Anda di halaman 1dari 18

Peningkatan Produksi Petani Melalui Budidaya Mina Padi Untuk

Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Sleman

Hendy Setiawan (20160520275)

Ekologi Pemerintahan

Abstraksi

Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menganalisis lebih jauh mengenai upaya yang
dilakukan oleh petani di Kabupaten Sleman untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten
Sleman. Saat ini banyak budidaya pertanian yang terus melakukan gebrakan-gebrakan baru
untuk mewujudkan ketahanan pangan suatu wilayah. Salah satu budidaya yang dilakukan
misalnya sistem teknologi budidaya mina padi. Peningkatan produksi pertanian melalui upaya
mina padi sampai saat ini belum banyak dilakukan oleh daerah-daerah yang ada di Indonesia.
Salah satu daerah yang saat ini melakukan inovasi baru dalam mewujudkan ketahanan pangan
adalah di kabupaten Sleman. Hampir setiap petani di kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman
menerapkan produksi budidaya mina padi. Pengembangan budidaya mina padi ini petani akan
mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yang pertama petani akan bisa memanen padi dan
selanjutnya petani juga akan memanen ikan. Strategi pengembangan pertanian seperti ini
memberikan pengaruh yang sangat penting kepada kesejahteraan petani dan dapat mewujudkan
ketahanan pangan. Berdasarkan hal tersebut, mengingat Kabupaten Sleman sebagai wilayah yang
memiliki banyak petani yang mengembangkanya. Metode inovasi pertanian ini sangat memiliki
potensi yang sangat besar untuk menciptaka sebuah wilayah yang tahan pangan. Metode
penelitian dalam paper ini menggunakan metode riset kualitatif dengan hampiran deskriptif.
Untuk mengumpulkan data dan informasi peneliti menggunakan cara studi pustaka. Peneliti akan
menggali informasi melalui berita, buku, jurnal. Dan data dari situs web instansi terkait terkait
bagaimana cara pengembangan produksi budidaya mina padi yang telah dilaksanakan di wilayah
Kabupaten Sleman.

Kata Kunci: Budidaya Pertanian, Mina Padi, Ketahanan Pangan.


A. Pendahuluan

Maraknya peralihan lahan dari lahan produktif pertanian ke dalam bentuk lain seperti
perumahan, perhotelan, dan apartemen menjadikan sektor pertanian harus bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan masyarakakat di tengah-tengah kendala luas wilayah pertanian yang dari
tahun ke tahun mengalami penurunan, baik secara jumlah, luas, dan kualitas wilayah pertanian
(Irawan, 2003). Selain itu kondisi yang tidak mendukung juga dialami oleh kondisi hutan yang
semakin tahun semakin menurun, dan ini tidak mendukung konsep ketahanan pangan (Purnomo,
2018). Jumlah penduduk yang semakin meningkat seharusnya kebutuhan pangan ataupun
pasokan pangan juga harus ada peningkatan produktivitasnya. Fakta yang terjadi di lapangan
justru peningkatan jumlah penduduk tidak diimbangi dengan produksi pertanian yang ada. Oleh
karena itu hal ini menjadi tantangan seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan sebuah
wilayah yang tahan terhadap pangan (Widodo, 2017). Peralihan lahan produktif pertanian lebih
masif digunakan untuk tingginya pembangunan pemukiman dan juga perumahan yang tiap
tahunya semakin melonjak jauh (Fattah, 2016). Untuk mewujudkan ketahanan pangan maka
sektor pertanian dituntut untuk memainkan perananya di tengah-tengah luas lahan yang semakin
menurun. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh sektor pertanian untuk mewujudkan ketahanan
pangan adalah membuat terobosan-terobosan baru agar bisa survive mewujudkan pertahanan
pangan di saat kondisi yang tidak mendukungnya (Nuryanti, 2011). Salah satu terobosan baru
yang dilakukan disektor teknologi pertanian adalah pengembangan teknologi pertanian melalui
teknologi sistem budidaya mina padi. Pengembangan budidaya mina padi di Kabupaten Sleman
sendiri saat ini sangat masif dilakukan, bahkan setiap kecamatan yang berada di Kabupaten
Sleman sudah mulai menerapkan budidaya mina padi guna mewujudkan ketahanan pangan dan
kesejahteraan petani di kabupaten Sleman (Lantarsih, 2012). Konsep mina padi menjadi salah
satu teknologi produksi pertanian terbaru di Kabupaten Sleman karena selama ini di dalam
sistem pertanian hanya fokus pada penanaman budidaya padi saja. Melihat hal tersebut kurang
produktif, maka dengan konsep mina padi selain petani bisa mendapatkan keuntungan dari panen
padi juga dapat mendapat keuntungan dari panen ikan. Pertumbuhan produksi padi dan ikan
secara tidak langsung akan berimbas pada ketahanan nasional (Ekasari, 2018).

Sektor pertanian mempunyai andil yang vital dalam menciptakan ketahanan pangan yang
bagus pada level nasional, lokal, regional, bahkan sampai pada tingkat rumah tangga (Rachman
dan Ariani, 2002). Adanya variasi ataupun ragam dari bahan pangan, beras ternyata masih
menduduki peringkat terdepan atau primadona makanan yang pokok khususnya untuk
masyarakat di negara Indonesia. Produksi ataupun panenan tanaman padi khususnya di Daerah
Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011 sejumlah 843 ribu ton atau ada sebuah peningkatan
pertumbuhan produkdivitas hasil pertanian tanaman padi sejumlah 4,5 persen dalam kurun waktu
tahun 2007 hingga tahun 2011 dengan hasil sebesar 60,51 ku/ha untuk padi area sawah dan juga
44,24 ku/ha untuk padi area ladang (Badan Pusat Statistik DIY, 2012). Berdasarkan pencapaian
itu, maka dibutuhkan strategi dan terobosan baru dalam meningkatkan dan mengembangkan
teknologi dalam sektor pertanian sehingga mampu memberikan hasil yang positif khususnya
untuk kesejahteraan hidup petani dan juga untuk mewujudkan ketahanan pangan (Fatuchri,
2002). Banyak upaya telah dilakukan di dalam usaha tani padi yang harapanya produktivitas padi
akan selalu besar, ramah terhadap kondisi lingkungan, dan yang paling penting tetap terus
berkelanjutan. Usaha peningkatan penghasilan para petani yang sudah saat ini ditempuh
meliputi: Program Prima Tani, Tata Kelola Tanaman Terpadu (PTT), mina padi dan
pengembangannya (Lantarsih, 2012).

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kawasan yang mengembangkan teknologi mina
padi. Hal ini dikarenakan keadaan tanahnya dan ketersediaan air yang mendukung untuk
diadopsinya teknologi mina padi (Rachman dan Ariani, 2002). Kabupaten Sleman merupakan
penghasil padi dan perikanan terbesar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman, setidaknya pada tahun 2015 dalam bidang pertanian
mampu menyerap pengangguran yang ada di Kabupaten Sleman dengan jumlah 23,56% dari
keseluruhan jumlah masyarakat di Kabupaten Sleman sejumlah penduduk kurang lebih
1.062.801 orang. Sektor pertanian ternyata juga sebagai penyumbang PDRB primer yang paling
besar dengan setiap tahunya. Terbukti di tahun 2015 mencapai mencapai 12,59%, hal ini
disupport dengan adanya area luas lahan sektor pertanian di wilayah Kabupaten Sleman dengan
luas 22.233 ha, yang mana di dalamnya juga area atau wilayah perikanan dengan luas area
seluas 874,85 ha atau jika diprosentasikan mencapai 3,9%. Tingginya potensi dalam bidang
perikanan di wilayah Kabupaten Sleman ternyata juga dapat diamati dari pertumbuhan bibit ikan
yang didapatkan yaitu sebanyak 997.881.400 benih pada tahun 2015, yang akhirnya Kabupaten
Sleman bisa memberikan atau penyumbang dari keperluan bibit ikan di Daerah Istimewa
Yogyakarta dan sejumlah 55% sebagai angka konsumsi kebutuhan ikan di Daerah Istimewa
Yogyakarta (Irawan, 2003).

Pengembangan budidaya mina padi memiliki prospek yang menjanjikan bagi


kesejahteraan petani dan sistem ketahanan pangan. Sistem budidaya mina padi di Kabupaten
Sleman ini sebagai respon untuk menangani luas dari lahan yang semakin menyusut dengan
permintaan keperluan beras dan juga ikan yang setiap tahun semakin meningkat (Lantarsih,
2012). Pengenalan inovasi budidaya mina padi mulai gencar dikenalkan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Sleman kepada seluruh petani yang ada di area Kabupaten Sleman melalui gabungan
kelompok tani yang ada di wilayah Kabupaten Sleman.

Guna merespon inovasi pengembangan budidaya pertanian tersebut, masyarakat petani di


wilayah Kabupaten Sleman sangat antusias terhadap penerapan metode mina padi. Ditinjau dari
ilmu ekologi, sistem teknologi pertanian mina padi memberikan kemampuan untuk memebrikan
impack produktivitas lahan pertanian dan juga dapat berfaedah secara sisi ekologis, ekonomi dan
sosial (S Lestari dan Bambang, 2018). Secara ekologis sistem budidaya mina padi ini sangat
ramah lingkungan, dan juga sangat memberikan efek positif bagi lingkungan. Sistem mina padi
secara tidak langsung memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan tanaman padi dan
juga perkembangan ikan yang hidup di dalamnya. Kotoran ikan nantinya akan menjadi pupuk
yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi, sehingga produksi padi mampu meningkat secara
signifikan. Ditinjau dari aspek sosial, sistem mina padi memberikan peluang nbagi masyarakat
agar mereka mampu bertani secara produktif sehingga penghasilan secara ekonomipun juga akan
meningkat. Selain itu, dari aspek ekonomi sistem mina padi dapat meningkatkan taraf hidup
ekonomi guna mendukung ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Sleman. Oleh karena itu
teknologi sistem budidaya mina padi menjdi alternatif dan terobosan baru untuk mewujudkan
swasembada pangan dan ketahanan pangan.

B. Studi Terdahulu

Abuasir dkk (2004) dengan judul penelitian "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Sistem Usaha Tani Mina Padi di Desa Pujo Rahayu Kecamatan Belitang Kabupaten Ogan
Komering Ulu" menjelaskan bahwa Penelitian telah dilakukan di Desa Pujo Rahayu Ogan
Komering Ulu, pada bulan Februari sampai Maret 2003. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengukur pengaruh tingkat intern dan faktor eksternal adopsi "Mina sistem pertanian padi,
tujuan kedua penelitian ini adalah memperhitungkan pendapatan selisih antara pertanian itu
menggunakan adopsi sistem pertanian "Mina padi" dengan pertanian yang tidak menggunakan
adopsi sistem "Mina padi". Sampel terdiri dari dua jenis, yaitu pertanian yang tidak
menggunakan sistem pertanian "Mina Padi" dan pertanian yang menggunakan sistem pertanian
"Mina Padi". Hasilnya dengan menggunakan pengaruh internasional Chi Quadrate terhadap
adopsi Pertanian "Mina padi" hanya bertani petani korelasional, dengan derajat korelasi 0,34
(korelasinya adalah tak berdaya). Faktor eksternal yang dipengaruhi adalah kompatibilitas
inovasi, triabilitas inovasi, dan inovasi diamati. Pendapatan rata-rata pelanggan adalah Rp
3.396.732 sekali hektar setiap periode tanam Jenis pertama dan kedua adalah Rp 3.498.372 satu
hektar untuk masa tanam. Setelah diperiksa dengan menggunakan Ujian median diketahui bahwa
pendapatan rata-rata jenis pertama lebih besar daripada pendapatan rata-rata jenis kedua.
Berdasarkan riset oleh Babihoe dkk (2015) dengan judul penelitian "Kajian Teknologi
Mina Padi di Rawa Lebak di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi" menjelaskan bahwa Mina
padi sebagai sebuah teknologi sektor pertanian yang mengintegrasikan antara pengembangan
ikan dengan penanaman padi. Sistem seperti ini memiliki banyak manfaat keuntunga yakni
petani akan memperoleh pemasukan tambahan dari pemanenan ikan tanpa menganeksasi
pemasukan dari pemanenan padi, meningkatkan hasil tanaman padi, meningkatkan efektifitas
dan efisiensi dan produktifitas lahan, tanaman padi akan bisa lebih terkendali dan memberikan
keperluan protein dan hewani. Pengujian dilakukan dengan hampiran penatatakelolaan tanaman
terpadu (PTT) padi rawa lebak. Pengujian dilakukan di daerah Desa Rantau Kapas Tuo yang
terletak di Kecamatan Muaro Tembesi tepatnya di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi pada
bulan April hingga bulan Agustus 2012. Pengujian ini bermaksud agar memahami intensitas
pertumbuhan dari produktifitas antara tanaman padi dan ikan melalui proses pengembangan
teknologi tani mina padi. Pengujian dilakukan dengan luas area pertanian sebanyah dua hektar
dan mengimplementasikan beberapa unsur teknologi yang meliputi: pemilahan bibit ikan,
persemaian bibit, penyediaan lahan, penciptaan parit untuk penyemaian tanaman padi, penebaran
benih ikan, pemberian pupuk, peregulasian air, pengomposan pupuk, penyiangan tanaman liar
yang mengganggu, perawatan dan pengontrolan ikan, pengontrolan hama patologi dan panen.
Varietas unggul baru (VUB) jenis tanaman padi yang dimanfaatkan yakni adalah Inpara no 3
dan bibit ikan yang dipakai atau dibutuhkan adalah ikan jenis nila. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa produksi tanaman padi sebanyak 6,85 ton/ha GKP dan survival rate
(keberlangsungan tahan hidup) ikan sebesar 75%. Pengujian ini membuktikan ketika
menggunakan teknologi budidaya dengan penggunaan metode PPT padi penghasilan yang
didapatkan sejumlah Rp 14.110.000,- (B/C Ratio 1,1) dan juga non PTT mendapatkan
pendapatan bekisar Rp 2.485.000,- (B/C Ratio 0,4).
Sistem teknologi pertanian budidaya sistem mina padi merupakan sistem pertanian
yang memberikan keuntungan yang lebih, dan hal ini diperkuat dengan riset oleh Handayani
(2017) dengan judul penelitian "Pengembangan Usaha Tani dengan Sistem Jajar Legowo di Desa
Margodadi Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman" produktivitas lahan digunakan untuk
mengukur tingkat kelayakan usahatani mina padi dengan membandingkan nilai produktivitas
lahan dengan biaya sewa lahan yang berlaku di tempat penelitian. Apabila produktivitas lahan
lebih tinggi dari biaya sewa lahan, maka usahatani layak untuk diusahakan. Apabila
produktivitas lahan lebih rendah dari biaya sewa lahan maka usahatani tersebut tidak layak untuk
dijalankan. Cara mencari produktivitas lahan yaitu pendapatan dikurangi biaya bunga modal
sendiri, dikurangi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan dibagikan dengan luas lahan
usahatani mina padi. Produktivitas pada luas lahan 1.357m2 sebesar Rp. 2.369 dengan biaya sewa
lahan yang disepakati di Desa Margodadi sebesar Rp 1.000/m2 tiap tahunya, yang berarti areal
lahan yang dipergunakan untuk pengembangan mina padi mendapatkan penghasilan Rp 2.369
lebih banyak dibandingkan ongkos dari sewa lahan, sehingga usahatani mina padi patut agar bisa
digaungkan karena benar bebnar menjadi terobosan baru dalam bidang pengemmbangak
produktifitas pertanian.
Pengejawantahan sistem teknologi baru pertanian ini dapat dipahami oleh temuan
Winahyu (2017) dengan judul penelitian "Implementasi Program Mina Padi Dalam
meningkatkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Sleman Tahun 2016-2017" menjelaskan bahwa
implementasi program mina padi dapat meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Sleman
tahun 2016-2017 dengan adanya penenuhan ketersediaan dan cadangan pangan, akses dan
distribusi pangan, serta keanekaragaman konsumsi dan keamanan pangan. Meskipun demikian,
implementasi program mina padi tidak mempengaruhi secara keseluruhan ketahanan pangan di
Kabupaten Sleman. Oleh karena itu, perlu langkah konkret agar implementasi sistem teknologi
pertanian mina padi ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketahan pangan di
Kabupaten Sleman, lebih-lebih bisa mewujudkan ketahanan pangan di tingkat nasional.
Teknologi pertanian ini memiliki peluang yang sangat besar mengingat tantangan sektor
pertanian yang semakin kedepan semakin besar, sehingga perlu langkah-langkah dan strategi
yang jitu ditengah hambatan yang semakin menjurang tajam.
Sektor pertanian yang saat ini tidak banyak dilirik oleh masyarakat petani juga menjadi
tantangan tersendiri, lebih-lebih asumsi di tengah masyarakat sudah terbangun asumsi bahwa
pertanian adalah sektor yang melelahkan tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan. Temuan
dari Mar'I dkk (2017) dengan judul penelitian "Analisa Usaha Kegiatan Budidaya Mina Padi
pada Kelompok Mina Padi Makmur dan Kelompok Mina Murakabi di Kabupaten Sleman"
menjelaskan bahwa mina padi sebagai terobosan baru dalam sektor pertanian secara terintegrasi
dengan maksud untuk menambah tingkat penghasilan petani, kesejahteraan petani, kesuburan
area pertanian, dan mampu menciptakan ketahanan pangan dalam sebuah wilayah. Analisa usaha
yaitu sebuah metode agar kita mengenali laba dan ruginya dalam sebuah sistem usaha tani. Riset
ini dilaksanakan pada anggal 29 Maret 2016-16 April tahun 2016. Cara yang dipakai yakni
metode kualitatif agar dari riset ini bisa memahami lebih jauh terhadap aspek bagaimana cara
budidaya mina padi, aspek pemasaranya, dan tata kelola keuanganya. Hasil yang diperoleh dari
riset ini yaitu aspek sistem daripada pengembangan budidaya mina dan padi kelompok pertanian
Mina Makmur dan juga Mina Murakabi sudah dapat dikatakan baik seperti pengeringan lahan
areal persawahan, pembajakan tanah ladang persawahan, pemberian pupuk urea. Kelompok
Mina Makmur mempunyai penghasilan kisaran antara Rp.2.379.5790-Rp.30.997.211. Nilai
NPV kisaran Rp. 963.659-Rp. 171.320.899, IRR kisaran10%-20%, B/C Ratio kisaran 0,77-3,77
dan Payback Periode kisaran 0.54-0,73. Kelompok Mina Murakabi mempunyai penghasilan
berkisar antara Rp. 2.438.000-Rp.35.720.000. Nilai NPV berkisar antara Rp. 9.329.379-
Rp.112.492.353. B/C Ratio berkisar antara 1.35-1.98 dan Payback Periode berkisar antara 0,52-
0,63. Berdasarkan hal itu, dapat dikemukakan jika proses sistem budidaya mina padi oleh Mina
Makmur dan Mina Murakabi dinilai memberikan benefit dan pantas untuk dilanjutkan. Potensi
yang ada dalam Mina Makmur memilki output yang bagus. Aspek teknis meliputi pemilihan
lokasi, persiapan lahan, pemeliharaan kultivan budidaya, pemanenan, dan pemasaran tergolong
baik.
C. Metode Penelitian
Paper ini disusun dengan menngunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif
kualitatif. Metode pendekatan deskriptif dalam penelitian ini digunakan agar dapat lebih dalam
untuk menarasikan fenomena dan temuan temuan di lapangan. Metode penelitian dengan teknik
deskripsi adalah jenis riset yang ditujukan pada problem solving yang ada pada masa sekarang
atau tendensinya diri pada pemecahan persoalan-persoalan , data-data yang didapatkan nantinya
dikumpulkan, lalu disusun, an dijelaskan, dan kemudian dapat dianalisis (Imam Gunawan,
2013). Metode penelitian pendekatan kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang
didasarkan pada filsafat postpositivisme, yang dilakukan agar di dalam meneliti pada keadaan
objek alamiah, (sebagai kebalikanya adalah eksperimentasi atau percobaan) di mana peneliti
merupakan alat kunci, teknik untuk mendapatkan data dilakukan secara triangulasi atau
campuran, analisis dari data yang didapatkan bersifat induktif atau dengan kualitatif, dan hasil
dari penelitian pendekatan kualitatif lebih menandaskan arti pada generalisasi. Penelitian dengan
pendekatan kualitatif mempunyai pertanda diantaranya sebagai berikut: (1) data dari penelitian
didapatkan diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan, dan bukan berasal dari
laboratorium atau penelitian yang dibawah pemantauan; (2) pengeksplorasian dari data dilakukan
dengan cara alamiah, menggunakan teknik kunjungan pada kondisi-kondisi alamiah subyek; dan
(3) untuk mendapatkan hasil baru di dalam bentik kategori responya, peneliti harus mampu
mengembangkan kondisi dialogis sebagai keadaan situasi alamiah (Chairi Anis, 2009).
Selain itu, penelitian ini memiliki unit analisis yakni dibatasi kepada pengembangan
budidaya mina padi yang dikembangkan di Kabupaten Sleman. Untuk pengumpulan data yang
relevan, maka peneliti menggunakan sumber data sekunder yakni data tersebut didapatkan dari
jurnal-jurnal ilmiah, artikel ilmiah, berita, dan situs resmi terkait yang relevan. Data sekunder
atau penunjang merupakan semua data yang didapatkan oleh seseorang yang melakukan riset
dengan adanya perantara, artinya data tersebut diperoleh dari orang yang tidak terlibat secara
langsung tetapi mereka tahu (ataupun yang terkait dengannya) di dalam unit analisa yang
nantinya digunakan sebagai obyek. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka, pelengkap data
primer serta literature yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti melalui media massa,
internet, Undang-Undang serta dokumen terkait. Teknik pengumpulan datanya peneliti
menggunanakan metode library riset untuk mendukung masalah yang diangkat.
D. Hasil dan Pembahasan

Teknologi Pertanian Mina Padi

Persoalan ketahanan pangan telah menjadi sebuah isu yang hangat dibicarakan ketika
berbicara mengenai pertumbuhan penduduk dalam sebuah wilayah, karena semakin meningkat
jumlah penduduk maka juga harus diiringi dengan jumlah produksi pangan sebuah wilayah
(Rachman dan Ariani, 2002). Produksi pertanian tanaman padi khususnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta tercatat mengalami pengurangan atau turun yang mana pasokan hasil panen padi
berdasar tahun 2013-2014 sebanyak penurunan atau minus 10.409 ton. Hal ini diakibatkan oleh
adanya penyusutan area pertanahan produktif pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga
adanya serangan pengganggu tanaman hama wereng, tikus, burung, dan hewan lainya yang
megakibatkan daerah ini mengalami penyusutan panenan (Anam, 2018). Untuk produksi
perikanan di Daerah Istimewa Yogyakarta masih tergolong cukup tinggi baik dalam budidaya air
payau maupun budidaya air tawar. Tercatat dari hasil produksi perikanan di Daerah Istimewa
Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2012 sebanyak 28.930 ton
(BPS, 2015).
Di sisi lain, sektor pertanian juga mengalami permasalahan yang serius yakni menurunya
jumlah lahan produktif pertani, tetapi di saat yang sama juga harus mampu mewujudkan kondisi
ketahanan pangan. FAO (Food Agricultur Organization) mengutarakan jika pengembangan mina
padi yang telah diidentifikasi dan diperkenalkan di negara Indonesia, FAO menilai dapat berhasil
dikembangkan dengan baik. Salah satu wilayah yang dinilai cukup berhasil dalam menerapkan
sistem pengembangan mina padi adalah Kabupaten Sleman Yogyakarta. Lebih-lebih mengingat
Kabupaten Sleman sebagai pusat lumbung padi Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kini sistem
mina padi sudah tersebar di 17 Kecamatan di Kabupaten Sleman. (Kurniawan F, 2017). Oleh
karena itu dorongan institusi petani mina padi dengan melakukan kolaborasi dengan Non-
Government Organizations (NGOs) sangatlah penting agar keberhasilan dan dalam mewujudkan
swasembada bidang pertanian secara masif dan konstan dapat diwujudkan (Ramdani Rizal,
Purnomo Eko Priyo, 2018)).
Mina Padi Kabupaten Sleman memiliki sumbangsih yang besar dalam meningkatkan
jumlah pasokan beras, mempengaruhi naiknya income atau penghasilan petani dan yang paling
penting adalah adanya perbaikan nutrisi di masyarakat Kabupaten Sleman. Penerapan pilot
project atau ladang sawah partanian percontohan telah mampu teruji dapat meningkatkan hasil
produksi padi dengan rerata hasil produksi panen padi sebanyak 6,5 ton/ha pada sebelum
penggunaan sistem mina padi dan meningkat menjadi 9,3 ton/ha sesudah menerapkan sistem
mina padi dalam pengembanganya (Ittaqillah, 2018). Selain itu juga secara konkret mampu
meningkatkan penghasilan petani di kabupaten Sleman dengan memanen ikan atau mina yang
dapat diperoleh masing-masing tiap hektar khususnya dalam satu musim dapat menyentuh
sebesar 42 juta. Merujuk dari data Badan Pusat Statistik tahun 2014 mengemukakan jika wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta hanya mengonsumsi ikan sebesar 19,79 kg/kapita/tahun. Hal ini
menunjukkan jika Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah yang sangat rendah di dalam
mengonsumsi ikan jika dikomparasikan dengan daerah-daerah lain yang mampu mengkonsumsi
ikan sebesar 37 kg/kapita/tahun. Melalui sistem pengembangan budidaya mina padi di Daerah
Istimewa Yogyakarta khususnya Kabupaten Sleman diharapkan bisa menjadi pemicu untuk bisa
meningkatkan konsumsi ikan dan mampu mencukupi kebutuhan nutrisi masyarakat di Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan Sleman sebagai tumpuanya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta
yang saat ini belum mampu menyentuh 20 kg/kapita/tahun (Suyatno, 2018). Di samping itu,
penggunaan konsep budidaya mina padi di Yogyakarta dengan menggunakan hampiran konsep
ekosistem dengan tidak memakai obat-obatan kimia atau pestisida yang intinya sangat ramah
lingkungan dan akhirnya bisa menciptakan keberlangsungan lahan produktif pertanian di daerah
Istimewa Yogyakarta. Namun keberhasilan progam ini mendapat beberapa kendala yang saat
ini tengah dihadapi oleh petani pengadopsi teknologi mina padi di Desa Margodadi dan
Margoluwih Kecamatan Seyegan. Pada tahun 2016, terjadi penurunan luas lahan mina padi yang
awalnya 25 Ha menjadi 12 Ha yang secara langsung juga menurunkan pendapatan petani.
Artinya terjadi penurunan atau diskontinuitas petani yang mengadopsi teknologi mina padi
tersebut.
Keunggulan Sistem Teknologi Pertanian Mina Padi

Kelebihan pengembangan sistem budidaya pertanian mina padi jika dikomparasikan


dengan sistem monokultur dapat ditinjau dari 3 aspek, yang meliputi aspek ekologi, aspek sosial,
dan aspek ekonomi (Cahyaningrum, W., Widiatmaka. & Soewardi, K., 2014). Untuk memahami
kelebihan dari berbagai aspek yang telah diutarakan di atas maka dapat dipahami menggunakan
penjelasan sebagai berikut ini. Ditinjau dari sisi ekologi, sistem pengembangan budidaya mina
padi bisa menambah produktivitas lahan pertanian dan memberikan faedah secara sosial, secara
ekonomi, dan ekologi. Dipahami jika korelasi antara unsur abiotik dan unsur biotik memiliki
peranan yang sangat vital di dalam produk akhir dari siklus rantai makanan dalam sebuah
ekosistem. Unsur abiotik dan unsur biotik dalam pengembangan budidaya sistem minapadi
terdiri berbagai bagian seperti invertebrata atau pengganggu, ada gulma, dan tanaman-tanaman
mikro, sedangkan unsur abiotik terdiri atas sinar matahari, unsur tanah, ada air, dan juga ada
nutrisi (Davis & Stretton, 1995) . Pengembangan sistem mina padi ada sebuah pola dan korelasi
hubungan yang saling menguntungkan dari ekosistem tanaman padi, mina, dan air juga tanah
yang mana semuanya mampu membuat sebuah keseimbangan sistem ekologi secara natural.
Selain itu, dalam pola yang alami sistem ekosistem tersebut mampu meningkatkan perbaikan dan
keseimbangan dari sistem ekologi pasalnya kotoran ikan sebagai pupuk tanaman padi dan hama
yang ada dapat sebagai makanan mina (Cahyaningrum, W., Widiatmaka. & Soewardi, K., 2014).

Konsep budidaya mina padi mina kakan memakan seluruh tanaman-tanaman kecil yang
tumbuh disekitar budidaya padi, yang akhirnya terbentuk kompetisi antara tanaman padi dan
tumbuhan-tumbuhan mikro dalam menyerap unsur nutrisi bisa diminimalisir, mina tidak sekedar
memakan itumbuhan-tumbuhan mikro yang tumbuh disekitar budidaya saja, tetapi mina akan
memakan hewan-hewan mikro yang itu menjadi pengganggu tanaman padi (Bobihoe & Asni,
2015). Adanya kondisi tersebut membuat pengurangan hama yang ada dan juga mengurangi
patologi-patologi tanaman padi yang timbul. Perilaku mina juga kotoranya yang dihasilkan juga
menjadi manfaat yang sangat vital bagi perkembagan tanaman padi, karena kotoran ikan bisa
meningkatkan tingkat kesuburan tanah sehingga itu dimungkinkan untuk menghindari pupuk
kimia atau pestisida dalam mengembangkan budidaya mina padi dan akhirnya budidaya ini
benar-benar sistem teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Selain itu gerak-gerik ikan yang
biasanya membolak-balikkan tanah juga bisa mewujudkan perbaikan fungsi sistem tanah.
Karakteristik mina dan kotoran ikan juga memegang peranan penting dalam meningkatkan
kesuburan tanah. (FAO, 2016).

Ditinjau dari sudut sosial, FAO, 2016 mengemukakan secara detail bahwa dengan
dibuatnya sistem teknologi pertanian sistem mina padi maka akan menjadikan sektor pertanian
menjadi lebih ada sesuatunya dan menarik lebih-lebih pada generasi muda yang memang saat ini
sangat rendah minatnya dalam sektor pertanian. Selain itu juga bisa meminimalisir tingkat
urbanisasi yang tinggi pasalnya generasi muda memiliki kesempatan yang besar untuk
menonjolkan daerahnya dengan terlibat langsung disektor pertanian dan nantinya akan
mengurangi kertergantungan jika hanya wilayah kota yang memiliki banyak lowongan
pekerjaan. Adanya konsep ini akan memunculkan pemikiran baru jika desa juga sebenarnya
memiliki lowongan pekerjaan yang menjanjikan, misalnya yang terjadi di Kabupaten Sleman. Di
Sleman sistem pengembangan mina padi didesaign dengan konsep ekowisata oleh kaum
millenial di pedukuhan Cibuk Kidul, Kelurahan Margoluwih, yang berada di Kecamatan
Seyegan (Dinas Pariwisata Kab. Sleman, 2017). Hal ini menjadikan peluang yang sangat besar
dalam pengembangan teknologi sistem pertanian mina padi di Sleman dalam pengelolaanya
dapat diperlukan agar wisatawan dapat datang dan mereka bisa berlama-lama wisata di Sleman
dan tinggal lebih lama dan juga bagaimana pendatang ataupun wisatawan manca atau domestik
bisa membelanjakan uang yang sebesar-besarnya di ekowisata mina padi (Saputra, 2019). Di
samping itu, diadakanya edukasi generasi millenial sungguh mengalami peningkatan yang
signifikan disektor pertanian dan sektor perikanan. Pengembangan sistem mina padi di Sleman
telah membuat kondisi perekonomian keluarga menjadi lebih baik, karena seluruh anggota
keluarga dilibatkan pengelolaan sistem mina padi. Seluruh anggota keluarga mendapat ilmu baru
dalam sistem teknologi pertanian mina padi karena bisa meningkatkan produktivitas padi secara
alami tanpa menggunakan pestisida atau obat-obatan kimia dalam sistem cocok tanam pertanian
mina padi (Bobihoe & Asni, 2015) .

Di sisi lain, jika disudut dari sudut pandang ekonomi, kelebihan sistem teknologi mina
padi menjadi pilihan yang sangat tepat sebagai diversifikasi disebabkan sistem ini merupakan
teknologi pertanian yang sangat hemat lebih-lebih dalam pemakaian ongkos untuk pemakaian
pupuk dan obat-obatan. Sebanding dengan riset yang dilakukan oleh Nurhayati et al., (2016)
sistem teknologi pertanian mina padi bisa menekan hama pengganggu tanaman padi, mengurangi
tumbuhnya rumput-rumput mikro, dan nantinya bisa mengurangi ongkos biaya khususnya dalam
sistem teknologi pertanian mina padi. Adanya pengefisienan ongkos baik dari pembalikan tanah,
proses pengomposan atau pemupukan, pengirigasian, pemberian makan mina, dan seluruh
perawatan mina padi maka hal tersebut berdampak pada menambahnya penghasilan petani .

Budidaya sistem mina padi setidaknya memiliki tiga keberhasilan. Beberapa keberhasilan
yang diperoleh misalnya para petani sistem teknologi mina padi nantinya bisa meningkatkan
penghasilan beras yang akan dipanen, menambahnya penghasilan dan akan terjadi perbaikan gizi
dan nutrisi di tengah-tengah kehidupan masyarakat saat ini (T.W, 2017). Melalui penerapan
sawah ladang pilot project akhirnya teruji secara nyata jika adanya pilot project sistem teknologi
budidaya mina padi di Kabupaten Sleman bisa menyumbang pendapat panenan tanaman padi
dengan hasil yang cukup memuaskan.

Menurut Laporan Tahunan POPD 2016 Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan
Kabupaten Sleman, indikator kinerja untuk program mina padi tertuang dalam bentuk kegiatan
pelatihan dan pembinaan teknologi perikanan. Kegiatan untuk program mina padi di Kabupaten
Sleman sendiri berupa pelatihan dan pembinaan teknologi perikanan yang memiliki masukan
(input) berupa dana. Masukan sendiri merupakan segala jenis sumber daya yang memberikan
kontribusi untuk pelaksanaan suatu program. Untuk sumber dana kegiatan pelatihan dan
pembinaan teknologi perikanan, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan merencanakan target
pengeluaran yakni sebesar Rp 48.468.000,- dengan realisasi sebesar Rp 47.985.400,- atau
pencapaian rencana tingkat capaian sebesar 99,00. Sumber dana dari masukan ini kemudian
menjadi sumber adanya keluaran (output) yakni merupakan sesuatu yang dihasilkan dari suatu
pelaksanaan atau penerapan program yang telah direncanakan. Dari pengukuran keluaran
(output), suatu program yang dijalankan dan telah terpenuhi dapat diketahui keberhasilan dan
kesesuaiannya dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Winahyu, 2017).

Keluaran (output) dari indikator kinerja kegiatan pelatihan dan pembinaan teknologi
perikanan yakni dengan pengadaan demfarm mina padi kolam dalam. Demfarm sendiri adalah
singkatan dari demonstrasi farming, yakni metode percontohan dengan belajar melalui bekerja
dan belajar dengan melihat serta pemberdayaan petani padi agar petani dapat mengolah potensi
yang dimiliki untuk meningkatkan produksi dan produktivitas padi (Pemkab Sleman, 2018).
Demfarm ini dilakukan pemerintah Kabupaten Sleman dengan cara bekerja sama dengan
kelompokkelompok tani yang tergabung dalam suatu gabungan kelompok tani yang ada di
Kabupaten Sleman. Untuk rencana atau target dari pengadaan demfarm ini adalah sebanyak 6
unit dan untuk realisasinya adalah sebanyak 6 unit dengan capaian kinerja yakni 100%
(Cahyaningrum, W., Widiatmaka. & Soewardi, K., 2014).

Selanjutnya, dari adanya keluaran kegiatan pelatihan dan pembinaan teknologi perikanan
dengan demfarm, maka hasil yang dicapai (outcomes) dari kegiatan ini adalah meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan pembudidaya ikan dalam budidaya mina padi kolam dalam.
Sehingga para petani dapat mengimplementasikan program mina padi dengan baik. Kedua
adalah meningkatnya hasil produksi padi dan produksi ikan di Kabupaten Sleman. Bertanam padi
dengan menggunakan sistem usahatani mina padi dapat meningkatkan produksi padi dan ikan
karena terjadinya simbiosis mutualisme dari ikan dan padi (Feriyanto, Nur dan Maharika, 2014).
Ikan yang dibudidayakan di sawah mina padi dapat memakan gulma yang muncul sehingga padi
dapat tumbuh dengan baik. Ikan juga dapat tumbuh dengan baik karena adanya pakan alami yang
ada di sawah sehingga ikan cepat tumbuh besar dan berkembang biak. Selain itu, meskipun lahan
yang digunakan untuk menanam padi berkurang untuk membuat kolam dalam, anakan padi akan
lebih banyak muncul dengan sistem mina padi dibandingkan dengan sistem bertani konvensional
sehingga produksi padi dapat meningkat (Saepudin, 2018). Ukuran dan tujuan dari implementasi
yang ketiga adalah meningkatnya nilai gizi padi dan ikan. Padi yang dibudidayakan dengan
menggunakan sistem mina padi akan berkualitas baik dan sehat karena hanya menggunakan
pupuk alami yang dihasilkan oleh ikan yang dibudidayakan di sawah. Selain itu, ikan juga
mendapat pakan alami dari adanya gulma yang ada di sawah sehingga menghasilkan padi dan
ikan organik.

E. Kesimpulan
Berdasar analisis pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
pertama, konsep teknologi pertanian sistem mina padi merupakan cara baru yang cukup
berhasil di Kabupaten Sleman denga segala keuntungan yang didapatkan dan diperoleh
oleh petani yang mengembangkan mina padi. Oleh karena sistem pertanian ini sangat
menjanjikan serta dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Selanjutnya, dari masyarakat
sendiri nantinya akan terjadi perbaikan gizi dan nutrisi dengan pola konsumsi ikan yang
cukup. Lalu, yang terakhir bahwa sistem teknologi pertanian mina padi menjadi solusi
yang sangat bagus untuk mengatasi masalah pengurangan lahan produktif pertanian di
wilayah Indonesia, yang setiap tahunya terjadi penurunan dan diharapkan sistem
teknologi pertanian ini memberikan kontribusi dan mewujudkan ketahanan pangan dalam
negeri mengingat Indonesia sebagai negara agraris.

Saran
Seyogyanya sistem teknologi pertanian ini harus mampu digalakkan oleh
pemerintah jika ingin mewujudkan ketahanan pangan di dalam negeri. Selanjutnya, bagi
para pelaku wisata sistem teknologi peertanian mina padi ini dapat dikemas dan
dikembangkan dengan konsep ekowisata pertanian yang bisa menghasilkan penghasilan
yang lebih bagi pelaku wisata. Bagi petani, sebaiknya gencar mengadopsi sistem
pertanian ini agar penghasilan petani juga meningkat baik secaara penghasilan dan secara
kesehatan bagi masyarakat bisa terjadi konsumsi makan ikan yang lebih masif lagi
mengingat konsumsi ikan di Yogyakarta sangat rendah jika dibandingkan dengan daerah
lainya.
Daftar Pustaka

Anam, M. K. (2018). Sains Aku a kultur Tropis. Jurnal Sains Akuakultur Tropis: 1 (2017)1:52-
61, 1, 52–61.

Bobihoe, J., & Asni, N. (2015). Kajian Teknologi Mina Padi di Rawa Lebak. 4(1), 47–56.

Cahyaningrum, W., Widiatmaka., &, & Soewardi, K. (2014). Arahan Spasial Pengembangan
Mina Padi Berbasis Kesesuaian Lahan dan Analisis A ’ WOT di Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat ( Spatial Directing of “ Mina Padi ” Development Based on Land Suitability and A ’
WOT Ana lysis in Cianjur Regency , West Java Province. 77–88.

Chairi Anis. (2009). Landasan filsafat dan metode penelitian kualitatif.

Davis, R. E., & Stretton, A. O. W. (1995). 14 - Neurotransmitters of Helminths A2 - Marr, J.


Joseph. 257–287. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-012473345-9/50015-5

Ekasari, F. (2018). KEPEMIMPINAN INFORMAL DALAM MEMBERDAYAKAN GABUNGAN


INFORMAL LEADERSHIP IN EMPOWERING THE GROUP OF FARMERS (
GAPOKTAN ) IN. 2(1), 24–35.

Fattah, A. N. (2016). ANALISIS KEBIJAKAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON –


PERTANIAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2013-2016. 2016(2), 113–140.

Fatuchri, M. (2002). Peningkatai\ teknologi budidaya perikanan. 2(2), 61–66.

Feriyanto, Nur dan Maharika, I. F. (2014). Diversifikasi komoditas pangan unggulan lokal
berbasis agropolitan di daerah kabupaten sleman d.i.yogyakarta. (2013), 161–170.

Imam Gunawan. (2013). KUALITATIF Imam Gunawan.

Irawan, bambang. (2003). Konversi lahan sawah : potensi dampak, pola pemanfaatannya, dan
faktor determinan. 1–19. Retrieved from
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/fae/article/viewFile/4055/3384

Ittaqillah, E. (2018). No Title.


Kurniawan F. (2017). No Title. 1–14.

Lantarsih, R. (2012). Pengembangan “ Minapadi Kolam Dalam ” di Kabupaten Sleman.


https://doi.org/10.18196/agr.2122

Nuryanti, S. (2011). Peran KelompokTani dalam Penerapan teknologi Roles of Farmers ’


Groups in Agricultural Technology Adoption. (70), 115–128.

Pemkab Sleman. (2018). Kebijakan publik.

Purnomo, E. P. dkk. (2018). COLLABORATIVE.

Rachman dan Ariani. (2002). Ketahanan pangan: konsep, pengukuran dan strategi. 20(1), 12–
24.

Ramdani Rizal, Purnomo Eko Priyo, A. R. D. P. (2018). Karet Alam Sebagai Basis
Pembangunan Pedesaan dan Peningkatan Tarap Hidup Masyarakat yang Berkelanjutan
Rijal Ramdani, Eko Priyo Purnomo, Retno Dewi Pramudya Ahsani. 44(1), 21–36.

Saepudin, E. (2018). Participation of communities toward the village food independent program
in bandung regency. 20(1), 86–94.

S Lestari dan Bambang. (2018). Prosiding Seminar Nasional seri 8 “ Mewujudkan Masyarakat
Madani dan Lestari ” Yogyakarta , 27 September 2018 Diseminasi Hasil-Hasil Pengabdian
PKM BUDIDAYA TERPADU PADI ORGANIK BERSAMA IKAN DAN UDANG SEHAT DI
DESA SUKOHARJO , NGAGLIK , SLEMAN D . I . YOG. (September), 184–194.

Saputra, G. . dkk. (2019). KEMITRAAN PENGELOLAAN PARIWISATA DALAM


MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN
2017. 3(1), 298–341.

Suyatno, A. dkk. (2018). COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH THE DEVELOPMENT


OF CIBUK KIDUL Negara Indonesia merupakan Negara. 1–14.

T.W, H. (2017). No Title. 44–70.

Widodo, S. dkk. (2017). Kelayakan usahatani mina padi di kabupaten sleman. 5(November),
874–883.

Winahyu. (2017). No Title. 79–145.

Anda mungkin juga menyukai