I. PENDAHULUAN
taraf hidup rakyat secara adil dan merata. Salah satu indikator peningkatan taraf
stabilitas politik dan keamanan atau ketahanan Nasional. Selain itu, ketahanan
pangan dalam arti keterjangkauan pangan juga berkait dengan upaya peningkatan
mutu sumberdaya manusia Indonesia. Tanpa dukungan pangan yang cukup dan
karena itu membangun sistim ketahanan pangan yang kokoh merupakan syarat
merupakan sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air)
2
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh demi mencapai kesehatan dan kesejahteraan
sepanjang hidupnya. Dalam siklus kehidupannya manusia mulai dari janin dalam
kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun sampai lanjut usia selalu
pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang
layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu. Ketahanan
pangan merupakan aspek yang sangat esensial bagi negara yang berkembang
yang yang diwujudkan oleh hasil kerja dari suatu sistem ekonomi pangan yang
Selain itu pentingnya ketahanan pangan suatu daerah adalah dilihat dari
cadangan yang baik pula, baik itu yang berasal dari kemampuan produksi dalam
negeri, maupun dari impor atau mengisi kesenjangan antara produksi dan
Salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber mata pencaharian utama
penduduk. Salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi yang paling gencar melakukan
berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2011, komoditi karet
menempati tempat teratas untuk luas lahan yaitu 119.221 ha diikuti oleh
komoditas kelapa sawit dangan luas lahan 9.020 ha. Bahkan Kabupaten
di Provinsi Jambi yaitu 942 kg/ha. Perkebunan karet adalah penyedia lapangan
rumah tangga petani karet di Kabupaten Sarolangun memiliki luas lahan hampir 4
(Lampiran 5).
seperti yang tercantum pada misi pembangunan Provinsi Jambi di atas. Namun,
upaya untuk memenuhi hak penduduk seperti pangan belum sepenuhnya berhasil
dilaksanakan. Hal ini tercermin dari hasil analisis konsumsi yang telah dilakukan.
Rata-rata konsumsi energi penduduk per kapita per hari Kabupaten Sarolangun
berdasarkan hasil survey konsumsi pangan tahun 2010 menunjukkan bahwa rata-
rata konsumsi energi masyarakat masih berada di bawah konsumsi energi yang
PDRB masih yang terbesar dibanding subsektor lain dalam sektor pertanian.
Sarolangun atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar37,18% (Statistik
kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 253.421 jiwa dengan jumlah rumah
tangga 65.495 rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang
(lampiran 7). Kecamatan Mandiangin adalah salah satu Kecamatan yang memiliki
banyak potensi alam, baik yang sudah dimanfaatkan seperti pertanian dan
perkebuanan karet dimana pada tahun 2011 produksi tanaman karet di Kecamatan
Mandiangin bahkan menempati urutan pertama luas lahan karet yaitu seluas
26.836 Ha, dengan produksi dan produktivitasnya yang cukup tinggi. Ini semua
sebagai petani telah melekat dalam diri mereka yang kemudian mempengaruhi
Perilaku kehidupan mereka ini secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap
Meskipun sekarang harga karet agak jatuh, namun harganya masih mampu
menopang kehidupan petani. Artinya pendapatan petani karet saat ini masih bisa
petani karet ini telah dijalani turun temurun oleh petani karet di Kecamatan
Faktor ekonomi seperti pendapatan yang tinggi belum tentu akan membuat
petani akan mengkonsumsi pangan secara baik dan benar. Perubahan pendapatan
dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan
akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang di
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan
mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam
dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur
Faktor sosial budaya seperti pendidikan, agama, suku, dan adat istiadat
pangan yang akan di konsumsi. Jumlah rumah tangga akan menentukan proporsi
lebih lanjut dengan mengangkat judul “Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Rumah
meliputi : pangan yang dipilih, cara memperolehnya, cara penyimpanan dan cara
dengan siapa, bagaimana dan berapa jumlah yang dikonsumsi baik secara kualitas
maupun kuantitas.
adalah tingkat kecukupan gizi, yang lazim disajikan dalam unit kalori dan protein.
konsumsi kalori dan protein per kapita per hari masing-masing 2000 kalori dan 52
gram protein.
macam faktor. Harga pangan, pendapatan yang tersedia, sosial budaya dan religi
pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik jumlah anggota keluarga
dalam satu keluarga juga menentukan besarnya porsi konsumsi makanan yang
bisa dikonsumsi. Pendidikan dan pengetahuan rumah tangga akan pola dan
konsumsi bahang pangan. Kesemuanya ini tentu saja akan mempengaruhi pola
kecukupan konsumsi baik energi maupun protein dapat dicapai salah satunya
Sarolangun yang cukup secara ekonomi belum tentu cukup dari segi sosial.
sekunder dan tersier, namun terkadang gizi dan kesehatan anak-anak dan istri
mereka mengkhawatirkan. Bagi petani itu sendiri dapat dilihat dari produktivitas
kerja serta semangat kerja mereka yang rendah. Gizi yang tidakterpenuhi secara
produktivitas kerja, kemampuan dan daya saing mereka akan semakin jauh
tertinggal.
8
Permasalahan gizi keluarga petani karet ini sangat terkait dengan pola
konsumsi atau kebiasaan makan rumah tangga. Kebiasaan makan dalam rumah
rendahnya mutu makanan rumah tangga. Fenomena inilah yang sedang terjadi
Sarolangun.
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
dan gizi.
2001).
musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang
10
tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil
menyangkut aspek fisik dalam arti pangan tersedia di semua lokasi yang
distribusi ini perlu dikelola secara optimal dan tidak bertentangan dengan
pangan dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi
satu jenis pangan pokok tertentu, yaitu beras. Ketergantungan yang tinggi
bersaing dengan produk-produk yang telah ada. Dalam kaitan ini peranan
setiap rumah tangga mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, bergizi
dan aman.
sumberdaya manusianya sendiri yang dalam hal ini adalah petani itu sendiri.
Kualitas sumberdaya manusia itu salah satunya ditentukan oleh jenis pangan yang
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi
masyarakat ini dapat diamati dari parameter Pola Pangan Harapan (PPH). PPH
dengan siapa, bagaimana dan berapa jumlah yang dikunsumsi serta penggunaan
pangannya.
yaitu jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang dalam sehari untuk
hidup sehat. Selain itu ada konsep lain yang dikenal dengan konsep jumlah yang
dianjurkan sehari, yaitu normal gizi yang dianjurkan untuk dimakan agar dapat
rata-rata zat gizi yang diperlukan manusia berdasarkan kelompok umur, jenis
kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia. Masing-
masing tahapan ini memiliki kebutuhan pangan dan gizi yang berbeda-beda; b)
kerja dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Mereka juga menidentifikasi
13
pangan pokok sebagai pangan yang dimakan secara teratur oleh suatu kelompok
penduduk dalam jumlah cukup besar untuk menyediakan bagian terbesar dari
Produksi pangan bergantung pada berbagai sumber daya, seperti sinar matahari,
tanah, air, dan udara. Kinerja produksi pangan akan mempengaruhi pangan yang
aman, seimbang, merata, dan kontiu maka peranan faktor pemasaran, jasa,
merubah untuk pangan. Dari defenisi tersebut terlihat bahwa terdapat proses
dan pangan nabati. Pangan hewani meliputi daging, ikan, kerang, telur, susu, dan
yang tidak termasuk serealia dan kacang-kacangan, buah-buahan segar dan kering,
bumbu dan rempah, pangan lainnya seperti madu, gula, dan jamur.
meliputi : (1) Padi-padian : seperti padi, jagung, gandum, sorgum, dan produk
olahannya seperti tepung, pasta; (2) umbi-umbian: seperti singkong, ubi jalur,
14
kentang; (3) pangan Hewani: daging, telur, susu, dan ikan serta hasil olahannya;
(4) minyak dan lemak: seperti minyak kelapa, Minyak sawit, minyak kacang
tanah, minyak kedelai, minyak jagung, minyak kapas, margarin, serta yang
berasal dari hewani yaitu ikan; (5) Buah/biji berminyak: seperti kacang mete,
tanah, kacang tunggak, kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai, dan hasil
olahannya; (7) Gula: gula pasir dan gula merah serta produk olahannya; (8)
sayuran dan buah: yaitu daun, bunga, batang, umbi, atau buah; (9) lain-lain adalah
Zat gizi adalah zat unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan
yang diperlukan untuk metabolism dalam tubuh secara normal (Suhardjo, 1986).
Zat gizi adalah yang bertanggung jawab atas fungsi dari pangan. Keenam zat gizi
Banyak pangan yang mengandung beberapa atau seluruh zat gizi tersebut.
Beberapa diantaranya, misalnya gula, mengandung hanya satu zat gizi. Untuk
dapat disebut penting, pangan tersebut sedikitnya harus mengandung satu macam
zat gizi.
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi
masyarakat ini dapat diamati dari parameter Pola Pangan Harapan (PPH). PPH
ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan
atau status gizi masyarakat secara tidak langsung, informasi tentang konsumsi
pangan dapat dilakukan dengan cara survey dan akan menghasilkan data yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif akan diketahui jumlah dan
jenis pangan yang dikonsumsi. Secara kualitatif dakan diketahui frekuensi makan
jumlah pangan dan minuman yang dimakan oleh seseorang selama 24 jam
yang lalu atau sehari sebelum wawancara dilakukan. Prinsip dari metode ini
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi
pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden disuruh
16
menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu
(kemarin). Apabila pengukuran hanya sekali, maka data yang diperoleh kurang
menghasilkan gambaran asupan gizi lebih optimal dan memberi variasi yang
lebih besar tentang intake harian individu. Dengan metode ini akan diketahui
Metode ini biasa disebut food records atau dietary records yang digunakan
tangga (urt) atau menimbang langsung berat pangan yang dimakan (weight
food records). Responden diminta untuk mencatat semua yang dimakan dan
diminum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga atau dengan
Pada metode ini responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode waktu tertentu
seperti hari, minggu, bulan dan tahun. Dengan metode frekuensu makanan,
sekelompok orang melalui kuisioner yang terdiri dari daftar jenis dan frekuensi
konsumsi pangan.
Metode ini dikenal dengan metode riwayat pangan yang bertujuan untuk
menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka waktu lama serta untuk
melihat kaitan antar inti pangan dengan kejadian penyakit tertentu. Metode ini
(chek list) yang sudah disiapkan, untuk mengecek kebenaran recall 24 jam
tadi,
dan gizi pangan yang digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah
melalui sisi kuantitas dapat ditinjau dari jumlah pangan yang dikonsumsi dan
kosumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Berdasarkan Pola Pangan
Rumah Tangga
Secara umum faktor yang mempengaruhi pola konsumsi ada dua yaitu
ekonomi dan harga serta faktor sosio-budaya dan religi (Baliwati, dkk. 2004).
diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu
tahunan diukur dalam satuan rupiah pendapatan ini pendapatan permanen perata-
rata dengan tingkat pendidikan tertentu disertai lamanya bekerja (dengan satuan
peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik.
adalah harga pangan dan harga non pangan. Perubahan harga dapat berpengaruh
berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan rill berkurang. Keadaan ini
tidak boleh memakan suatu makanan (tabu), walaupun tidak semua tabu rasional
bahkan jenis tabu yang tidak masuk akal (Baliwati, dkk. 2004).
dimakan, dijumpai banyak pola tantangan, tahayul, dan larangan pada beragam
kebudayaan dan daerah yang berlainan. Misalnya larangan memakan daging babi
dalam agama islam dan larangan mengkonsumsi lembu dalam agama hindu.
gizi. Kecukupan pangan dan gizi masyarakat juga ditentukan oleh taraf
pengetahuan terhadap pangan dan gizi. Kemampuan berdaya beli tidak selalu
20
diimbangi oleh pengertian gizi yang baik. Akibatnya meskipun daya beli
diharapkan semakin baik pengelolaan usahanya, yang berarti akan semakin tinggi
tingkat pendapatannya.
Peran seorang ibu dalam membina sebuah keluarga tidak perlu diragukan
lagi. Ibu merupakan anggota keluarga yang terlibat langsung dalam pengawasan
anak dan menyiapkan makanan untuk keluarga. Ibu rumah tangga yang
berpendidikan tinggi cenderung memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi
untuk keluarga. Ibu rumah tangga yang berpendidikan tinggi lebih cepat
menerima informasi tentang gizi dan kesehatan. Secara umum masyarakat yang
Hal lain yang juga berpengaruh adalah besarnya rumah tangga menyatakan
jumlah seluruh anggota yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga. Besaran
rumah tangga dapat memberikan indikasi beban rumah tangga. Semakin tinggi
besaran rumah tangga berarti semakin banyak anggota rumah tangga yang
Hasil survey Bina Hidup (SBH) tahun 1989 membuktikan bahwa semakin
besar jumlah anggota rumah tangga maka semakin besar proporsi pengeluaran
rumah tangga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin
21
kecil anggota rumah tangga, maka semakin kecil pula bagian pendapatan untuk
kebutuhan makanan.
diwilayah historis pangan beras dan non beras di Indonesia menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan pola konsumsi pangan pada wilayah historis konsumsi beras
dan non beras daerah pedesaan-perkotaan pada berbagai strata pendapatan dan
hewani daging, telur, dan susu, serta makanan dan minuman jadi sedangkan untuk
kesejahteraan petani padi sawah di pededaan di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa
komditas bahan makanan pokok seperti beras masih mendapat porsi yang lebih
vitamin.
kebiasaan makan dari suatu rumah tangga berkaitan erat dengan pendidikan yang
berhubungan dengan pengetahuan dakan pangan dan gizi, jumlah rumah tangga
(keadaan miskin) merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan dan
gizi serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh,
gizi adalah salah satu unsur paling dalam pembentukan kualitas manusia. Keadaan
gizi kurang dapat memberi dampak pada setiap perkembangan hidup manusia.
Pada tahap bayi masih dalam kanduangan, gizi kurang dapat mengakibatkan
pembentukan otak yang tidak sempurna. Padahal keadaan gizi pada saat
dilahirkan merupakan modal dasar bagi bayi yang akan menentukan masa
berakibat rendahnya kualitas manusia pada masa dewasa. Kualitas usia dewasa
yang rendah berarti kualitas tenaga kerja akan rendah dan tentu saja akan menurun
produktivitas kerja. Bisa dibayangkan jika ini terjadi pada tenaga kerja petani
produktivitas pada komoditi ekspor seperti karet ini secara tidak langsung akan
mempengaruhi PDRB Provinsi Jambi, GNP Nasional atau devisa Negara dan
Nasional.
Diantaranya dari aspek konsumsi petani terhadap pangan baik dari kuantitas
maupun dari kualitas pangan yang dimakan. Arah dan kebijakan pembangunan
Jadi baik secara langsung maupun tidak langsung, unsur atau faktor gizi
melalui usia produktif yang lebih panjang, produktivitas kerja yang meningkat
dan kualitas petani yang meningkat dapat digunakan sebagai alat (indikator)
Jumlah ART
Pola Konsumsi Pangan dan
Pendidikan Gizi Rumah Tangga
Petani Karet
Pendapatan
II.10.Hipotesis
tangggal 08 Desember 2013. Adapun data yang dihimpun dalam penelitian ini
adalah data jumlah konsumsi pangan rumah tangga petani karet, kandungan dan
jumlah zat gizi rumah tangga petani karet, pendapatan rumah tangga petani karet,
dan data-data lain yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan petani karet yang
diteliti adalah petani karet yang memiliki kebun karet sendiri dan di sadap sendiri
III.2.1.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data utama yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari penduduk
dibutuhkan adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait, hasil-
yang dituntun dengan pertanyaan terlebih dahulu. Data sekunder dihimpun dengan
26
mengutip dan menyalin dari instansi literatur, literatur pustaka dan hasil penelitian
sebelumnya.
Kecamatan Mandiangin yang merupakan daerah yang memiliki areal karet terluas,
Kecamatan Mandiangin terdapat 20 desa, yaitu Gurun Mudo, Gurun Tuo, Gurun
B.Peranginan, Guruh Baru, Petiduran Baru, Butang Baru, Meranti Baru, Jati Baru,
Dari beberapa desa tersebut maka dipilih 2 desa sebagai lokasi penelitian
dengan pertimbangan bahwa dua desa tersebut memiliki jumlah rumah tangga
petani karet yang terbanyak (Lampiran 9), yaitu Desa Mandiangin dan Desa
petani karet digunakan metode sampel quota (Quota Sampling) yaitu pengambilan
sampel dengan mendasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan. Biasanya yang
mudah. Yang penting diperhatikan disini adalah terpenuhinya jumlah yang telah
27
N
n= 2
N d +1
Dimana :
n = jumlah sampel
Ni
¿= n
N
Dimana:
400
Pemusiran ¿ 93=27,054 ≈ 27 KK
1375
975
¿ 44=9,5844504=9 KK
4.476
28
400 975
¿ 44=12 , 8=13 KK ¿ 44=KK Mandiangin
1375 10809
makanan akan menghasilkan jenis data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
1. Analisis Deskriptif
tangga terhadap kecukupan dan keragaman pangan dan gizi rumah tangga.
Dimana:
Setelah didapat hasilnya maka jumlah dari keseluruhan bahan pangan yang
dikonsumsi selama 24 jam dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah anggota rumah
tangga.
29
2. Analisis Kuantitatif
konsumsi pangan rumah tangga petani karet, digunakan bentuk dan persamaan
Y = A.Kb1.Lb2.eu
Y1 = aX1b1.X2b2.X3b3.e4
Y2 = aX1b1.X2b2.X3b3.e4
Dimana :
X2 = Pendidikan (Tahun)
X3 = Pendapatan (Rp/hari)
a = Konstanta
e = Kesalahan penggunaan
pangan rumah tangga petani karet atau apakah hasil pendugaan bidang regresi
tersebut cukup baik atau tidak digunakan ukuran koefisien determinasi berganda
2 b ∑ xi yi
R=
∑ yi 2
Dimana :
R 2 /K
F-hit = 2
(1−R )/(n−k−1)
Dimana :
n = Jumlah sampel
pangan dan gizi petani karet maka dilakukan pengujian dengan uji statistik
bi
ti=
Sbi
Dimana ;
ti = t-hitung
t-hitung
Dimana ;
n = jumlah sampel
komputasi dengan menggunakan software SPSS 16. Hal ini dilakukan untuk
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber yang berasal dari
sumber hayati dan air, baik diolah maupun yang tidak diolah yang tidak
termasuk bahan tambahan pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam
2. Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
4. Petani karet adalah petani yang pekerjaan utamanya sebagai penyadap karet
8. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah jiwa yang ada dalam suatu rumah
9. Pendapatan Rumah Tangga adalah total Pendapatan per bulan yang diperoleh
rumah tangga atau keluarga dapat berupa uang atau barang yang dapat
diuangkan atau dihitung dalam nilai uang akibat melakukan suatu pekerjaan
IV.1.1.Kondisi Geografis
adalah :
terdiri dari tiga belas (13) desa asli dan enam (6) desa ex-transmigrasi dengan
jumlah penduduk sebanyak 36.555 jiwa dan rumah tangga 10.809 KK serta rata-
34
sebagai berikut :
transmigrasidengan rincian :
Luas Kecamatan
No Desa/Kelurahan Luas (km²)
Mandiangin (%)
1 Gurun Mudo 35 5.30
2 Gurun Tuo 36 5.45
3 Gurun Tuo Simpang 32 4.84
4 Pemusiran 56 8.48
5 Rangkiling 28 4.24
6 Rangkiling Simpang 33 5
7 Mandiangin Tuo 58 8.78
8 Mandiangin 64 9.69
9 Taman Dewa 25.5 3.86
35
10 Kertopati 34 5.15
11 Kertopati Simpang 30 4.54
12 Muaro Ketalo 39 5.90
13 B. Peranginan 69 10.45
14 Guruh Baru 15 2.27
15 Petiduran Baru 15 2.27
16 Butang Baru 15 2.27
17 Meranti Baru 22 3.33
18 Jati Baru 19 2.87
19 Sei. Butang 16.5 2.72
20 Talang Serdang 16.5 2.5
Kecamatan 660 100
Sumber : BPS Provinsi Jambi Tahun 2012
Tabel 1 menunjukkan bahwa desa yang memliki luas adalah Desa Bukit
Peranginan yaitu 69 km², sedangkan desa yang memiliki luas paling kecil adalah
desa Guruh Baru, Petiduran Baru, Butang Baru dengan masing-masing memiliki
pertumbuhan suatu daerah. Hal ini berkaitan dengan keberadaan sumber daya
alam yang ada sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Jumlah penduduk
kecamatan Mandiangin menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2012 mencapai
10 Kertopati 1378 41
11 Kertopati Simpang 581 19
12 Muaro Ketalo 1069 27
13 B. Peranginan 1582 23
14 Guruh Baru 3321 221
15 Petiduran Baru 2093 140
16 Butang Baru 2021 135
17 Meranti Baru 2025 90
18 Jati Baru 1810 95
19 Sei. Butang 2076 115
20 Talang Serdang 1065 65
Jumlah 36555 55
Sumber : BPS Provinsi Jambi Tahun 2012
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada pada
Desa Mandiangin yaitu sebesar 4.599 Jiwa dari total penduduk Kecamatan
karet, hal ini dikarenakan kondisi daerah di Kabupaten Sarolangun ini sendiri
Penduduk di daerah penelitian sebagian besar adalah petani karet baik sebagai
IV.1.3.Keadaan Pertanian
hidup dari sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan. Luas areal pertanian
37
merupakan sektor perkebunan yang memiliki luas pengusahaan paling besar dan
paling banyak diusahakan di daerah ini. Hal ini dapat dilihat dari luas areal
perkebunan serta jumlah penduduk yang hidup dari usaha perkebunan tersebut.
suatu wilayah akan mendukung jalannya suatu pengembangan daerah baik secara
ekonomi maupun sosial. Lebih jauh dikatakan bahwa pembangunan sarana dan
daerah dan merupakan salah satu faktor strategis dalam menciptakan daerah yang
dinamis, efektif dan efisien. Dua desa penelitian pada dasarnya tidak terlalu
memiliki masalah dalam ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan. Hal ini
sehingga dapat menggerakan perekonomian local dalam waktu yang singkat dan
wilayah adalah sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang sudah dapat dijumpai
pada daerah penelitian milai dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMK.
38
mencakup umur dan pendidikan ibu rumah tangga, jumlah anggota keluarga,
pangan akan semakin baik. Umur disaat manusia mampu bekerja secara optimal
dikatakan dengan usia produktif. Usia produktif berada pada rentang usia 15-45
tahun. Pada usia inilah biasanya seseorang berpikir dengan baik bagaimana agar
dapat bekerja secara optimal dan menyediakan makanan yang dapat memenuhi
Mandiangin yang terbanyak adalah pada kelompok umur 26-32 tahun yaitu
sebanyak 25,81 persen, responden berada pada rentang usia produktif. Hal ini
berarti sebagian besar usia ibu rumah tangga responden di daerah penelitian
berada pada rentan usia produktif yaitu 15 - 45 tahun. Sehingga pada usia inilah
biasanya seseorang mampu berfikir dengan baik sehinnga dapat bekerja secara
optimal untuk dapat memenuhi segala kebutuhannya baik pangan maupun non
pangan.
seseorang, maka akan lebih bijaksana dalam memilih pangan apa yang patut
dikonsumsi dengan pertimbangan makan yang dikonsumsi itu harus sehat dan
bergizi.
tidak ada. Hal ini menandakan bahwa tingkat pendidikan di daerah penelitian
Jumlah Persentase
Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga (KK) (%)
2 7 7.53
3 26 27.96
4 42 45.16
5 15 16.13
6 3 3.22
Jumlah 93 100
Sumber : Hasil Data Olahan Kuisioner Tahun 2013
memiliki persentase terbesar di Desa Penelitian adalah 4 orang yaitu 45,16 persen.
Dan jumlah anggota keluarga yang memiliki persentase terkecil adalah 6 yaitu
IV.2.4.Suku
atau kebudayaan mengajarkan tentang cara bertingkah laku dan berusaha dalam
akan digunakan sebagai makanan, untuk siapa, dan dalam keadaan yang
bagaimana makanan itu dapat dimakan. Selain itu, suku dan kebudayaan
menentukan kapan seseorang boleh atau tidak memakan suatu jenis makanan
(tabu). Oleh karena itu, suku atau kebudayaan dapat mempengaruhi seseorang
diantarnya suku Melayu Jambi dan suku Jawa. Berikut distribusi responden
Suku N %
Jawa 27 29.03
Melayu Jambi 66 70.97
Jumlah 93 100
Sumber : Hasil Data Olahan Kuisioner Tahun 2013
persentase terbesar di Desa Penelitian adalah 66 orang yaitu 70,97 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa suku asli yang ada di Kecamatan Mandiangin adalah suku
melayu sedangkan selebihnya suku Jawa merupakan suku pendatang yaitu sebesar
29,03 persen.
IV.2.5.Pendapatan
42
konsumsi keluarga. Dengan adanya pendapatan, maka rumah tangga akan dapat
Rumah tangga dengan tingkat pendapatannya yang relatif tinggi tentu mampu
untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik
dibandingkan rumah tangga dengan tingkat pendapatan yang relative rendah serta
rumah tangga responden memiliki luas lahan 2,2 ha kebun karet dengan rata-rata
produksi 563.97 kg/ha/bulan. Harga rata-rata yang diterima petani pada saat
penelitian ini adalah Rp. 9.210,- (lampiran 18). Besarnya Pendapatan rata-rata
yang diterima oleh petani dari usahatani karet adalah Rp. 5.018.763.- per bulan,
hal ini berarti bahwa usahatani karet benar-benar merupakan sumber pendapatan
sebesar 29.03 persen atau sebesar 27 orang, dan pendapatan diatas Rp. 7.000.000
hanya 8,60 persen atau sekitar 8 orang. Hal ini berarti bahwa pada umumnya
dikeluarkan oleh suatu rumah tangga semestinya selalu sama dengan pendapatan
yang diperoleh oleh rumah tangga tersebut. Pendapatan dikeluarkan oleh rumah
tangga untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pangan, non pangan dan
besar berada pada kebutuhan pangan yaitu sebesar Rp. 1.896.561 per bulan.
Sedangkan alokasi pengeluaran untuk Non pangan yaitu sebesar Rp. 1.663.338
per bulan. Untuk investasi petani responden mengeluarkan dana rata-rata sebesar
44
Rp. 578.767 per bulan. Total pengeluaran rumah tangga petani responden dalam
satu bulan dari pangan,non pangan dan investasi adalah mencapai Rp. 4.138.711
per bulan.
Khususnya untuk pangan, orang atau orang rumah tangga akan terus
IV.3. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Rumah Tangga Petani Karet
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi
konsumsi pangan sumber energi dan sumber protein pada rumah tangga petani
karet. Pangan bergizi adalah makanan yang mengandung gizi (karbohidrat, asam
lemak, protein/asam amino, vitamin atau mineral) tinggi dan aman untuk
pangan utama (karbohidrat, lauk pauk, sayur, dan buah) dan konsumsi pangan
antar waktu (pagi, siang, dan malam) yang dikembangkan bebasis pada
IV.3.1.Pola Menu Konsumsi Pangan dan Gizi Rumah Tangga Petani Karet
yang bersumber dari karbohidrat, protein hewani maupun protein nabati serta
Adapun pola menu konsumsi rata-rata petani pada pagi hari adalah nasi di
tambah dengan lauk pauk yaitu jenis ikan asin/teri sebesar 27,95 dan ikan sebesar
10,75 persen, dengan lauk pauk telur sebesar 10.75 persen. Namun ada juga yang
mengkonsumsi panganan lainnya seperti roti dan gorengan sebesar 12,9 persen,
golongan mie instan sebesar 6,48 persen serta nasi goring sebesar 8,6 persen. Pada
pagi hari rata-rata minum teh atau kopi sebelum melakukan aktivitas dan ada juga
yang membawa minuman teh atau kopi tersebut ke kebun karet sebagai minuman
ketika sedang berhenti istirahat. Untuk susu, hanya sebagian kecil yang
mengkonsumsinya.
Pada siang hari rata-rata petani karet mengkonsumsi nasi ditambah lauk
pauk dan sayuran. Lauk pauk yang paling banyak dikonsumsi adalah dari jenis
ayam sebesar 38,81 persen, ikan asin sebesar 34,41 persen, ikan sebesar 19,35
persen dan telur ayam sebesar 7,52 persen. Ikan asin/teri ini dimasak dengan cara
disambal dan ikan, ayam serta telur di masak dengan cara di goreng, sambal atau
gulai. Ikan asin/teri, ikan, ayam dan telur ini biasanya dimasak dicampur dengan
tempe, tahu, kentang, mie/bihun serta kacang panjang dan buncis. Sedangkan
sayuran yang sering dan banyak dikonsumsi adalah dari jenis labu siam, bayam,
Saat makan malam pola menu konsumsi yang dikonsumsi petani di daerah
ini tidak begitu jauh berbeda dengan menu pada siang hari yaitu dari jenis nasi
ditambah lauk pauk dan sayuran. Lauk pauk yaitu ikan asin/teri sebesar 30,10
persen, ayam sebesar 29,03 persen, ikan sebesar 22,59 persen, dan telur sebesar
118,28 persen. Ikan asin, ikan, ayam dan telor yang dimasak dengan cara
47
disambal atau digulai dicampur dengan tempe, tahu, terong, rebung, toge dan
pare. Untuk sayur biasanya yang dimakan malam hari ini adalah lebih dari makan
keadaan makanan keluarga biasanya lebih baik, dimana buruh-buruh tani yang
kepada keluarganya dua kali sahari dengan lauk pauk ikan asin atau sambal dan
diambil dari tanaman pekarangan rumah mereka. Hal ini memang benar adanya
dan terjadi pada rumah tangga petrani karet di daerah penelitian. Rata-rata petani
yang di ambil dari tanaman yang mereka tanam di kebun atau pekarangan mereka.
serealia yang biasa dikonsumsi sebagai pangan pokok seperti padi, jagung,
gandum, sorgum, dan produk olahannya seperti butiran tepung (terigu, beras) dan
pasta (bihun, macaroni, mie) dan lainnya. Sedangkan umbi-umbian adalah pangan
yang berasal dari akar/umbi yang biasa dikonsumsi sebagai pangan pokok seperti
singkong, ubi jalar dan kentang. Di daerah penelitian beras merupakan jenis bahan
makanan yang dikonsumsi oleh semua responden dengan frekuensi antara 2-3 kali
per hari. Sedangkan untuk jenis bahan makanan sagu tidak dikonsumsi oleh
Pangan hewani adalah pangan yang berasal dari hewan yang terdiri dari
daging, telur, susu, dan ikan serta hasil olahannya. Sedangkan pangan nabati dalah
sayur, dan buah serta produk olahannya. Dari semua jenis bahan makanan pangan
hewani dan nabati, hanya pada jenis bahan makanan sayur yang dikonsumsi
bulanan dan tahunan. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani karet kadang-
dikonsumsi dengan frekuensi satu kali per minggu. Sedangkan untuk jenis bahan
makanan yang mengandung protein nabati dari kacang kedele, kacang tanah dan
kacang hijau. Kacang kedele dikonsumsi oleh rumah tangga responden dalam
bentuk produk olahannya seperti tahu dan tempe dengan frekuensi 4-6 kali per
minggu. Untuk kacang tanah dan kacang hijau paling banyak dikonsumsi dengan
frekuensi 1 kali per bulan. Untuk buah responden mengkonsumsinya hanya ketika
musiman buah tiba seperti halnya dengan sayuran, buah juga banyak yang dipetik
dari kebun sendiri misalnya pisang, papaya, jambu, rambutan, durian, duku dan
lain-lain.
responden dengan frekuensi harian yaitu dengan frekuensi 3 kali perhari. Hal ini
mengolah atau memasak bahan makanan menjadi makanan yang siap untuk
dimakan atau disajikan. Begitu pula dengan gula pasir, teh dan kopi yang rata-rata
dikonsumsi oleh responden dengan frekuensi 1 kali per hari, hal ini dikarenakan
responden di daerah penelitian yang suka meminum teh atau kopi setiap harinya
terutama pada saat pagi hari. Sedangkan untuk gula merah sangat jarang
dikonsumsi rumah tangga dengan frekuensi per bulan, karena gula merah biasanya
digunakan untuk membuat makanan selingan seperti bubur, kolak, kue dan lain
sebagainya yang biasanya sering dibuat pada waktu-waktu tertentu saja misalnya
saat ada hajatan atau pada saat hari besar keagamaan. Sedangkan untuk minyak
kelapa dan lemak hewani sangat jarang bahkan tidak dikonsumsi oleh rumah
tangga responden.
Karet
konsumsi jumlah energi yang digunakan untuk melihat apakah konsumsi telah
memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat sesuai standar yang dianjurkan. Pola
Pangan Harapan Tahun 2020 bahwa angka kecukupan konsumsi energi adalah
2100 kkal/kap/hari. Dimana angka ini merupakan angka rata-rata yang harus
kkal/kap/hari. Dalam hal ini berarti secara keseluruhan rata-rata jumlah konsumsi
50
mendapatkan gizi yang seimbang, dalam satu hari porsi makanan setengahnya
Kelebihan asupan konsumsi energi ini dapat menimbulkan masalah kelebihan gizi
seperti jantung, stroke, hipertensi dan diabetes. Untuk itu perlu diperhatikan
dalam masalah pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi, frekuensi makan
dan aktivitas tubuh setiap harinya, semakin beragam buah dan sayur yang
dikonsumsi akan semakin baik untuk memenuhi gizi seimbang terutama buah
daan sayuran berwarna dan konsumsi susu serta diimbangi dengan olahraga yang
teratur.
responden memiliki konsumsi pangan yang cukup beragam yang besumber dari
Pada Tabel 10 di atas dapat dilihat rumah tangga petani responden terdapat
2518,52 – 2653,28 kkal/kap/hari dan hanya 27,96 hanya 11,83 persen rumah
tangga petani responden memiliki tingkat konsumsi lebih dari 2600 kkal/kap/hari.
Rata-rata tingkat konsumsi energi untuk seluruh petani responden yaitu sebesar
dianjurkan yaitu sebesar 2100 kkal/kap/hari, bahkan sebagian besar dari rumah
tangga petani responden memiliki tingkat konsumsi energi melebihi dari standar
yang ditentukan.
kuantitas makanan yang dikonsumsi akan semakin baik pula. Rata-rata tingkat
pendapatan petani responden di daerah penelitian adalah Rp. 4.990.322 per bulan
yang berarti bahwa pendapatan petani responden berada pada tingkat pendapatan
di atas standar yang ditetapkan oleh Sajogyo yaitu dengan nilai Rp. 1.920.000.
konsumsi jumlah protein yang digunakan untuk melihat apakah konsumsi telah
memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat sesuai dengan standar yang dianjurkan
dalam Widyakarya Nasional pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 dalam
tubuh orang dewasa, seperlima dari berat tubuhnya terdiri dari protein, dari analisa
berat keringnya relative dari berat tubuhnya terdiri dari protein, sepertiga dari
bagian itu berada dalam otot, seperlimanya berada dalam tulang dan tulang rawan,
sepersepuluhnya tersimpan dalam kulit dan sisanya berada dalam tubuh dan
berbagai jaringan tubuh. Karena itu protein sangat penting bagi tubuh terutama
jaringan tubuh.
lemak dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan yang diperukan tubuh untuk
terhadap mutu sumberdaya manusia yang dalam hal ini adalah keluarga petani
dengan perkembangan sel-sel otak. Protein juga berguna untuk mengganti sel-sel
tubuh yang rusak dan mati, dan juga merupakan materi penyusun dasar dari
53
semua jaringan tubuh. Jadi, jika asupan protein berada dibawah standar gizi yang
dianjurkan maka dalam jangka panjang akan menurunkan mutu generasi yang
akan datang. Sedangkan bagi petani itu sendiri kekurangan konsumsi protein
Pola konsumsi pangan dan gizi sumber protein rumah tangga petani
berasal dari protein hewani diperoleh dari ikan,telur dan Daging ayam serta
protein nabati yang berasal dari olahan kacang kedelai yaitu tahu dan tempe. Rata-
rata keselurahan konsumsi protein rumah tangga petani responden mencapai 54,54
gram/kap/hari. Hal ini berarti bahwa rumah tangga petani responden belum
gram/kap/hari.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa konsumsi protein rumah tangga yang
sebanyak 24,73 persen berada pada kelas yang berkisar 52,22 – 56,06
gram/kap/hari. Dimana hanya 3,23 persen rumah tangga yang berada pada kelas
54
sebanyak 10,75 persen berada pada kelas 48,37 – 52,21 gram/kap/hari dan 56,07 –
59,91 gram/kapita/hari.
yang diduga berpengaruh (sebagai variabel x) dan dimasukan dalam uji Coob-
Y = Konsumsi Energi
X2 = Pendidikan
X3 = Pendapatan
nilai F sebesar 64.073 dengan nilai sig = 0,000. Model ini dapat dilanjutkan jika
angka signifikasi (sig) harus < 0,05. Karena nilai signifikasi < 0,05 maka
keputusannya adalah H0 ditolak dan H1 diterima dan oleh sebab itu, pengujian
Angka R Square yang didapat sebesar 0,684 yang setelah dikalikan 100%
menjadi 68,4 persen. Hal ini berarti sebesar 68,4 persen konsumsi energi bisa
Pendapatan. Sedang sisanya sebesar 31,6 persen harus dijelaskan oleh faktor-
55
faktor lain. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak variabel lain yang
Energi
konsumsi energi. Uji secara individual seperti yang ditunjukkan oleh lampiran 23
didapat nilai sig 0,000. Nilai sig 0,000 lebih kecil dari probabilitas 0,05 atau nilai
0,05 > 0,000 maka keputusannya H0 ditolak dan H1 diterima artinya koefisien
anggota keluarga adalah 0,013. Artinya hubungan kedua variabel ini kuat.
signifikan jika dilihat dari angka signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
Nilai koefisien dari variabel ini adalah 0,028 yang berarti bahwa tiap
Hal ini berarti bahwa penambahan jumlah anggota rumah tangga dengan kondisi
tingkat variabel yang lain tetap akan dapat menurunkan jumlah konsumsi energi
rumah tangga.
lampiran 23 didapat nilai sig 0,730. Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas
dan informal yang diikuti oleh ibu rumah tangga, yang mana seorang ibu dituntut
untuk lebih dapat memahami mengenai pangan yang beragam, bergizi, dan
pengetahuan gizi ibu yang baik akan dapat mempermudah pelaksanaan tanggung
jawab seorang ibu yaitu tanggung jawab berupa pemilihan jenis pangan yang
Nilai koefisien dari variabel ini adalah 0,017 yang berarti bahwa setiap
satuan. Hal ini berarti bahwa peningkatan tingkat pendidikan dengan kondisi
tingkat variabel yang lain tetap akan dapat menurunkan jumlah konsumsi energi
rumah tangga.
57
akan beralih memperbesar porsi makanan sumber protein. Hal ini terlihat dari
nilai koefisien pendidikan untuk konsumsi protein yang positif. Makanan sumber
protein adalah juga sumber energi sedangkan makanan sumber energi hanya
akan gizi khususnya protein akan lebih baik sehingga akan meningkatkan
kebutuhan tubuh akan energi, tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu
rendah, karena energi hanya digunakan agar tubuh agar bisa beraktivitas.
membentuk sel dan erat kaitannya dengan kualitas manusia seperti tingkat
protein.
secara individual seperti yang dilampirakan pada lampiran 23 didapat nilai sig
0,000. Nilai sig 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 >
0,1319. Artinya hubungan kedua variabel ini kuat. Hubungan antara variabel
58
pendapatan dan konsumsi energi signifikan jika dilihat dari angka signifikan
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan
Nilai koefisien dari variabel ini adalah 0,537 yang berarti bahwa setiap
satuan. Hal ini berarti bahwa peningkatan pendapatan dengan kondisi tingkat
variabel yang lain tetap akan dapat menaikan jumlah konsumsi energi rumah
tangga.
untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya
Sama halnya dengan konsumsi energi, untuk melihat faktor yang diduga
berikut:
Y = Konsumsi Protein
X2 = Pendidikan
X3 = Pendapatan
dengan nilai probabilitas (sig) = 0,000. Karena nilai sig < 0,05 maka
keputusannya adalah H0 ditolak H1 diterima dan oleh sebab itu, pengujian secara
Angka R Square yang didapat sebesar 0,808 yang setelah dikalikan 100%
menjadi 80,8 persen. Hal ini berarti bahwa sebesar 80,8 persen konsumsi protein
pendapatan. Sedang sisanya sebesar 19,2 persen harus dijelaskan oleh faktor-
faktor lain, masih banyak variabel lain yang berkontribusi dan perlu
Protein
konsumsi protein. Uji secara individual seperti yang ditunjukan oleh lampiran
didapat nilai sig 0,000. Nilai sig 0,000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau
nilai 0,05 > 0,000 maka keputusannya H0 ditolak dan H1 diterima artinya koefisien
keluarga adalah -0,045. Artinya hubungan kedua variabel ini kuat. Hubungan
antara variabel jumlah anggota keluarga dan konsumsi protein signifikan jika
dilihat dari angka signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 artinya ada
Nilai koefisien dari variabel ini adalah -0,105. Yang berarti bahwa tiap
0,105 satuan. Hal ini berarti bahwa penambahan jumlah anggota rumah tangga
dengan kondisi tingkat variabel yang lain tetap akan dapat menurunkan jumlah
konsumsi protein. Uji secara individual seperti yang dianjurkan oleh lampiran 24
didapat nilai sig 0,298. Nilai sig 0,298 lebih besar dari nilai probabilitas 0,05
Ternyata dari hasil penelitian ini tingkat pendidikan secara formal tidak
semakin tinggi akan tetapi semua itu tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
saya lakukan. Banyak jenis pendidikan yang dapat dijalani dan dalam hal ini
61
berarti pendidikan yang dapat ditempuh tidak mesti secara formal melainkan bisa
mengenai kandungan gizi pada tiap jenis makanan yang akan dikonsumsi. Salah
satu tingkat pendidikan informal yang bisa diikuti oleh ibu rumah tangga adalah
seperti mengikuti penyuluhan mengenai pangan yang bergizi, yang mana seorang
ibu lebih dapat memahami mengenai pangan yang beragam, bergizi, dan
berimbang. Dimana tingkat pengetahuan gizi ibu yang baik akan dapat
berupa pemilihan jenis pangan yang mengandung zat gizi bagi keluarganya.
Nilai koefisien dari variabel ini adalah 0,033 yang berarti adalah tiap
satuan. Hal ini berarti bahwa peningkatan tingkat pendidikan dengan kondisi
tingkat variabel lain yang tetap akan dapat menaikkan jumlah konsumsi protein
rumah tangga.
sel dan erat kaitannya dengan kualitas manusia seperti tingkat kecerdasan. Dengan
secara individual seperti yang dilampirkan pada lampiran didapat nilai sig 0,000.
Nilai sig 0.000 lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,05 > 0,000 maka
adalah 0,897. Artinya hubungan kedua variabel ini kuat. Hubungan antara variabel
Pendapatan dan konsumsi protein signifikan jika dilihat dari nilai signifikasi
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan
tangga untuk pangan. Untuk bisa mengakses pangan agar lebih beragam, maka
dibutuhkan alokasi pendapatan untuk kebutuhan pangan yang lebih besar. Tingkat
beli yang tinggi akan memberikan pilihan lebih banyak dalam menentukan ragam
pangan dan gizi yang akan dikonsumsi. Oleh karena itu tingkat pendapatan yang
tinggi dan disertai dengan sikap dan pengetahuan yang baik terhadap keragaman
Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat dilihat bahwa pola konsumsi
petani karet yang dilihat dari kecukupan konsumsi energi dan protein rumah
tangga petani karet yang dilihat dari kecukupan konsumsi energi dan protein
sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan tapi tidak
untuk pendidikan. Rumah tangga petani karet dengan jumlah anggota lebih besar
ternyata belum mampu mencukupi konsumsi energi dan protein mereka. Rumah
tangga petani karet yang pendapatannya lebih rendah dari rumah tangga lainnya
ternyata juga perlu meningkatkan konsumsi energi dan protein mereka dengan
63
yang serius. Pendapatan yang rata-rata cukup tinggi memungkinkan mereka untuk
mampu memenuhi kebutuhan pangan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat
dari kemampuan mereka dalam memenuhi konsumsi akan energi. Tapi jika dilihat
dari konsumsi akan protein, mereka belum cukup mampu untuk memenuhinya
Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat rata-rata petani karet didaerah
penelitian memiliki latrar pendidikan formal yang cukup baik. Namun, ternyata
pendidikan formal yang baik belum tentu membuat seseorang mampu untuk
menentukan konsumsi pangan dan gizi dengan cukup baik. Masalahnya adalah
pangan dan gizi. Melalui pendidikan formal yang tinggi belum tentu mendapatkan
pengetahuan tentang cara hidup yang baik pula. Dalam pendidikan formal
biasanya sedikit sekali informasi tentang pola hidup sehat ini. Karena itu bagi
dijadikan indikator untuk melihat status gizi dan konsumsi gizi masyarakat yang
64
dilihat dari pola konsumsi pangan dan gizi yang sesuai dengan standar yang
diharapkan serta tingkat keberagaman dari sumber pangan energi dan protein
tersebut.
konsumsi energi dan protein keluarga petani karet yang adalah bagian dari
masyarakat akan menciptakan bangsa dengan kualitas yang baik sehingga dapat
datang.
V. KESIMPULAN
V.1.Kesimpulan
kesimpulan yaitu :
1. Bahan makanan pokok sumber energi yang paling sering dikonsumsi oleh
perhari, pangan yang bersumber dari jenis pangan nabati yang paling sering
dikonsumsi adalah dari jenis bahan makanan kedele dengan dalam bentuk
tahu dan tempe dengan frekuensi makan 4 - 6 kali perminggu, pangan yang
bersumber dari jenis pangan hewani yang sering dikonsumsi adalah dari jenis
rata konsumsi energi dan protein rumah tangga petani karet di Kecamatan
50.96 gram/kapita/hari.
V.2.Saran
dianjurkan.