Anda di halaman 1dari 7

JUDUL ESAI

“GANYONG FLAKES: PEMANFAATAN GANYONG (Canna edulis) SEBAGAI


UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN NON BERAS DALAM MEWUJUDKAN
KETAHANAN PANGAN NASIONAL”

Karya Ini Disusun Untuk Mengikuti Lomba Esai Nasional


“Pembangunan Berkelanjutan (SDG)”

Penulis:
Abyan Setya Priambudi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Ketahanan Pangan (food security), secara luas dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk memenuhi kecukupan pangan masyarakat dari waktu ke waktu.
Kecukupan pangan dalam hal ini mencakup segi kualitas dan kuantitas, baik dari
produksi sendiri maupun membeli di pasar. Terwujudnya sistem ketahanan pangan
tersebut akan tercemin antara lain dari ketersediaan pangan yang cukup dan
terwujudnya diversifikasi pangan, baik dari sisi produksi maupun konsumsi.
Ketersediaan pangan yang cukup menentukan kualitas sumber daya manusia dan
ketahanan bangsa. Diversifikasi pangan merupakan hal yang sangat penting karena (1)
dalam lingkup nasional pengurangan konsumsi beras akan memberikan dampak positif
terhadap ketergantungan impor beras dari negara lain, (2) diversifikasi konsumsi pangan
akan merubah alokasi sumberdaya kearah yang efisien, fleksibel dan stabil bila
didukung oleh pemanfaatan potensi lokal, (3) diversifikasi konsumsi pangan penting
dilihat dari segi nutrisi untuk dapat mewujudkan pola pangan harapan (Suyastiri,
2008:51). Diversifikasi produksi pangan secara langsung ataupun tidak langsung akan
mendukung upaya diversifikasi konsumsi pangan yang merupakan salah satu aspek
penting dalam ketahanan pangan (Prabowo, 2010:69).
Situasi krisis pangan yang dialami oleh berbagai bangsa di dunia, termasuk
Indonesia memberi pelajaran bahwa ketahanan pangan harus diupayakan sebesar
mungkin bertumpu pada sumberdaya nasional. Pengupayaan ini tidak lepas dari
lemahnya negara kita dalam hal ketahanan pangan. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh
(a) jumlah penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi < 90%) dan sangat rawan pangan
(tingkat konsumsi < 70%) masih cukup besar, yaitu masing-masing 36,85 juta dan 15,48
juta jiwa untuk tahun 2002; (b) anak-anak balita kurang gizi masih cukup besar, yaitu
5,02 juta dan 5,12 juta jiwa untuk tahun 2002 dan 2003 (Ali Khomsan, 2003). Selain
itu, masyarakat Indonesia umumnya masih mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok
sumber karbohidrat, sehingga ketergantungan pada beras semakin besar. Jumlah
pemenuhan pasokan beras sebagian besar atau sekitar 89% digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan nasional. Namun, impor beras masih dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan nasional yaitu dengan jumlah rata-rata per tahun mencapai sekitar 4,7% atau
sekitar 1.043.140 ton dari pasokan nasional (Prabowo, 2010:64).

1
Ketidakberdayaan masyarakat dalam mengakses dan memanfaatkan potensi
lokal yang ada menjadikan terwujudnya ketahanan pangan semakin sulit dicapai.
Pemberdayaan masyarakat akan pemanfaatan potensi lokal merupakan suatu konsep
dimana masyarakat dikondisikan untuk memiliki daya upaya dalam penguasaan sumber
daya lokal yang dimilikinya secara efektif dan efisien. Upaya ini dilakukan dengan
memanfaatkan serealia umbi-umbian yang potensial namun belum termanfaatkan secara
maksimal. Tanaman ganyong (Canna edulis) sebagai umbi-umbian lokal yang belum
dimanfaatkan secara optimal ternyata memiliki keunggulan dalam hal jumlah bagian
umbi yang dapat dimakan sebanyak 68% dengan kandungan serat dan mineral yang
lebih tinggi dibanding umbi-umbian lain (Nio, 1992). Dengan upaya ini diharapkan
pada saat mendatang akan terwujud pola konsumsi pangan masyarakat yang bergizi,
beragam dan berimbang berbasis ganyong sebagai potensi lokal yang bermuara pada
terwujudnya ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah mewujudkan ketahanan pangan berbasis potensi
lokal berbasis non beras yang dapat mengubah pola konsumsi pangan masyarakat yang
bergizi, beragam dan berimbang. Mengembangkan suatu produk alternatif pangan non
beras dengan memanfaatkan ganyong sebagai potensi lokal sehingga bernilai jual tinggi
dan meningkatkan nilai tambah serta daya saing produk. Memberdayakan masyarakat
untuk dapat menguasai sumber daya lokal yang dapat bernilai jual tinggi sehingga
meningkatkan produktivitas dan menyejahterakan masyarakat.

2
ISI
Dalam konteks keanekaragaman konsumsi pangan di Indonesia sering diartikan
sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan bahan
pangan non beras. Salah satu alasan pentingnya diversifikasi pangan bahwa
pengurangan konsumsi beras akan memberikan dampak positif terhadap ketergantungan
impor beras dari negara lain (Suyastiri, 2008:51). Tidak hanya ditujukan untuk
mengurangi ketergantungan pada beras, tetapi juga dimaksudkan untuk mengubah pola
konsumsi masyarakat agar mengkonsumsi bahan pangan yang beranekaragam dan lebih
baik gizinya. Pola konsumsi masyarakat Indonesia masih didominasi oleh padi-padian,
khususnya beras. Masyarakat umumnya mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap
beras sebagai sumber karbohidrat utama. Perlu adanya upaya untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat pada beras dengan menggali potensi lokal yang berbasis non
beras untuk memenuhi kebutuhan pangan seperti memanfaatkan potensi ganyong
sebagai alternatif sumber karbohidrat.
Ganyong (Canna edulis), merupakan salah satu jenis umbi tropika dapat tumbuh
dengan baik disuatu daerah dengan distribusi curah hujan 1000-1200 mm per tahun.
Pertumbuhan normal ganyong terjadi pada suhu di atas 10°C-30°C. Tumbuh subur pada
berbagai macam tanah, termasuk tanah marginal bagi kebanyakan tanaman umbi. Tanah
yang cocok adalah lempung berpasir dan kaya humus. Tanaman ini toleran terhadap
interval pH 4,5-8,0 (Subandi, 2003). Ganyong merupakan tanaman berumbi yang kaya
manfaat. Ganyong dapat dimanfaatkan sebagai sumber pati berkualitas tinggi. Umbi
ganyong sangat baik untuk pertumbuhan anak balita karena mengandung fosfor, besi
dan kalsium yang tinggi (Damayanti, 2007). Ditinjau dari komposisi gizi tanaman
ganyong memiliki kandungan kalsium dan serat yang tinggi. Sebanyak 21 mg kalsium
dan 10,4 gram serat terdapat pada 100 g tepung ganyong (Direktorat Gizi Depkes RI,
1989). Menurut Richana dan Sunarti (2004:29) umbi ganyong memiliki kandungan
karbohidrat 84.47% dan zat lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Pati
ganyong memiliki komposisi gizi karbohidrat 84,34%, protein 0,44%, lemak 6,43%,
serat kasar 0,040%, amilosa 28%, air 7,42% dan abu 1,37% (BKP dan FTP UNEJ,
2001).

3
Pemanfaatan ganyong sampai saat ini masih terbatas dalam bentuk segar dengan
wujud direbus atau dikukus. Umbi mudanya dimakan sebagai sayuran dan pencuci
mulut (Pengesthi, 2009:1). Dalam rangka ketahanan pangan non beras, maka wujud
pemanfaatannya perlu dikembangkan lagi dengan mengolah ganyong menjadi bentuk
awetan yang memiliki rasa khas dan tahan lama bila disimpan. Flakes merupakan
produk makanan siap saji untuk menyediakan kalori bagi yang mengkonsumsinya.
Flakes memberikan kemudahan dalam memenuhi kalori dalam waktu singkat yang
relatif singkat. Ganyong flakes adalah olahan ganyong yang telah mengalami beberapa
proses termasuk proses pengeringan berbentuk serpihan, dan tidak menggumpal. Olahan
ganyong flakes dapat dikonsumsi oleh berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja
maupun dewasa. Cara mengkonsumsi ganyong flakes dapat secara langsung maupun
menambahkan susu sebagai campuran flakes.

(a) (b)
Gambar 1 (a) tanaman ganyong (Canna edulis), (b) produk ganyong flakes

Selain pembuatan produk ganyong fkakes, upaya yang dilakukan selanjutnya


adalah pemberayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan tidak
hanya melalui program peningkatan produksi ganyong flakes, tetapi juga berupaya
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu lokasi perlunya
pemberdayaan masyarakat yaitu di Desa sukajaya, Kecamatan Bungursari, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar masyarakat Desa Sukajaya bermata
pencaharian sebagai petani karena tersedia lahan sawah dengan luas 105,32 Ha. Lahan
pertanian yang tersedia cukup luas di desa ini dimanfaatkan untuk menanam padi,
namun masih banyak lahan kosong yang tersedia sehingga banyak tanaman liar yang

4
tumbuh salah satunya adalah tanaman ganyong. Keterbatasan pengetahuan dan akses
masyarakat Desa Sukajaya menyebabkan tanaman-tanaman tersebut hanya difungsikan
sebagai tanaman hias di pekarangan rumah dan menjadi tanaman liar yang diabaikan
oleh masyarakat sekitar.
Terdapat beberapa tahap dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat di
Desa Sukajaya. Tahap tersebut meliputi persiapan, pelaksaaan, monitoring dan evaluasi,
serta keberlanjutan pemberdayaan masyarakat. Tahapan persiapan meliputi survei,
pengumpulan data primer dan sekunder, penyuluhan. Penyuluhan dilakukan dengan dua
teknik, (1) diskusi, dilakukan agar memudahkan pelaksana untuk menghubungi atau
koordinasi dengan para calon peserta pelatihan pembuatan flakes berbahan dasar
tanaman ganyong, (2) sosialisasi, dilakukan dengan cara melakukan presentasi
mengenai manfaat dari tanaman ganyong secara umum, memberikan penjelasan
mengenai tujuan pembuatan produk yang berbahan dasar ganyong. Tahapan
pelaksanaan meliputi penyediaan bahan, pembuatan ganyong flakes dan pemasaran
produk ganyong flakes. Produk ganyong flakes hasil masyarakat Desa Sukajaya akan
dipasarkan melalui media online, mengikuti berbagai bazar agar produk lebih dikenal
masyarakat dengan media spanduk dan leaflet, serta dijual secara langsung di pasar
nasional dan internasional.
Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk memperbaiki suatu sistem atau metode
yang kurang efektif, menyelasaikan permasalahan yang terjadi di lapang secara
bersama-sama agar program dapat berjalan lancar, menilai kesesuaian kegiatan yang
telah dilaksanakan dengan perencanaan dan pemikiran solusi terbaik untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Terakhir, tahapan keberlanjutan
program, diserahkan kepada lembaga yang telah terbentuk dan menjadikan lembaga
tersebut sebagai penggerak bagi masyarakat Desa Sukajaya agar menjadi desa yang
sejahtera serta dapat mengelola dan memperluas jaringan produk ganyong flakes.

5
PENUTUP
SIMPULAN
Upaya mewujudkan ketahanan pangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
sumberdaya lokal yaitu dengan menggali manfaat ganyong sebagai potensi lokal yang
yang dapat mengubah pola konsumsi pangan masyarakat yang bergizi, beragam dan
berimbang. Diversifikasi pangan dengan pemanfaatan ganyong sebagai alternatif
sumber karbohidrat merupakan bentuk upaya terwujudnya ketahanan pangan yang
berkelanjutan. Pengembangan ganyong menjadi produk ganyong flakes menjadikan
ganyong bernilai jual tinggi dan meningkatkan nilai tambah serta daya saing produk
ganyong flakes dengan produk-produk lain di pasaran. Pemberdayaan masyarakat di
Desa Sukajaya dalam rangka pemanfaatan ganyong yang lebih optimal dan berupaya
meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan produktivitas masyarakat Desa Sukajaya serta
membuka peluang usaha dimasa yang akan datang.

SARAN
Pemanfaatan ganyong dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan
meningkatkan diversifikasi pangan di Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar.
Untuk itu, perlu digali lebih lanjut manfaat kandungan ganyong dan pengembangan
ganyong sehingga menjadi produk yang dapat bersaing di pasar nasional dan
internasional, serta melakukan pemberdayaan masyarakat di wilayah lain di Indonesia
dengan memanfaatkan potensi lokal sehingga meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai