Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SPESIFIKASI WILAYAH


(Potensi Sumberdaya Lokal dan Pemanfaatannya: Potensi Pangan Lokal
Menuju Ketahanan Pangan Nasional)

Oleh:
Nama: Sandra Ayu Cantika
NPM: 240120180505

MAGISTER TEKNOLOGI AGROINDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
POTENSI SUMBERDAYA LOKAL DAN PEMANFAATANNYA
(POTENSI PANGAN LOKAL MENUJU KETAHANAN PANGAN
NASIONAL)

1. Pendahuluan
Dua krisis besar yang sedang melanda dunia saai ini adalah krisis pangan dan
krisis energi. Krisis energi dipicu oleh kian menipisnya energi yang berasal dari
bahan bakar fosil, sedangkan krisis pangan dipicu oleh fenomena pemanasan global
dan tidak meratanya distribusi pangan. Kebutuhan pangan merupakan penggerak
esensial roda perekonomian masyarakat dunia sehingga ketika isu perubahan iklim
mencuat, hal tersebut menimbulkan kekhawatiran tersendiri pada persoalan
ketahanan pangan.
Untuk menghadapi krisis tersebut dibutuhkan komoditi alternatif untuk
diversifikasi baik bahan pangan maupun bahan energi. Indonesia memiliki potensi
pangan lokal yang luar biasa besar akan tetapi walaupun stok pangan
banyaktersedia, potensi tersebut belum termanfaatkan dengan baik. Indonesia
masih banyak melakukan impor untuk bahan-bahan makanan pokok, padahal impor
tersebut seharusnya dapat ditekan, bahkan ditiadakan dengan cara lebih
mengoptimalkan potensi sumber pangan lokal yang ada di Indoensia. Ini dapat
digolongkan sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan kegiatan dalam
ketahanan pangan menjadi tidak maksimal. Fenomena tersebut kemudian
berdampak pada tidak stabilnya ketahanan pangan negara Indonesia. Ubi kayu,
jagung, sagu, kelapa sawit, jarak pagar, sebenarnya sangat potensial digunakan baik
untuk diversifikasi pangan dan energi maupun hanya energi.
Pembangunan selayaknya harus mengenali karakter sumber daya alam
lingkungan agar dapat dikelola dengan tepat bagi kelanjutan hidup manusia
sekarang dan di masa mendatang. Sumber daya lingkungan bukan objek eksploitasi
melainkan potensi yang harus dikelola dan dirawat agar tetap menjalankan
fungsinya selaku penopang kehidupan manusia. Di dalam memanfaatkan kekayaan
lingkungan secara baik, efisien, dan efektif maka semestinya kita mengenal lebih
teliti karakter sumber daya alam tersebut agar pemanfaatan potensi kekayaan alam
yang ada dapat tepat sasaran dan berkesinambungan demi keberlanjutan
pembangunan.
Akan tetapi, masalah yang saat ini ada adalah perhatian pemerintah dan
masyarakat terhadap pengembangan potensi pangan lokal masih sangatlah kurang,
seringkali sudah muncul tetapi lebih banyak dalam seminar dan lokakarya serta
pernyataan-pernyataan yang menjanjikan tetapi tidak berlanjut dalam
implementasi. Hal ini mungkin disebabkan baik pemerintah maupun masyarakat
dalam berbagai profesi belum terlalu menyadari bagaimana pentingnya
pengembangan potensi pangan lokal untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional
untuk kedepannya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menggali lebih dalam dan
mengkaji potensi diversifikasi pangan berbasis potensi lokal yang ada di Indonesia
untuk solusi terwujudnya ketahanan pangan nasional. Ruang lingkup dari makalah
ini adalah mengenai potensi pangan lokal yang ada di Indonesia dan strategi
pengoptimalan potensi tersebut dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

2. Potensi Pangan Lokal Menuju Ketahanan Pangan Nasional


Bidang pangan terutama pangan lokal mempunyai peran strategis dan potensi
yang luar biasa. Indonesia sangat kaya akan ragam pangan lokal yang sudah berakar
dan membudaya di masyarakat. Namun saat ini justru terdapat kecenderungan
masyarakat mengabaikan sumber pangan lokal dan lebih memuja pangan impor.
Generasi muda bahkan mungkin sudah banyak yang tidak mengenal lagi pangan
lokal di daerahnya. Padahal apabila diteliti pangan lokal tersebut banyak
mengandung khasiat kesehatan yang tidak kalah dengan pangan impor dan
mempunyai peran strategis dalam membangun ketahanan, kemandirian dan
kedaulatan pangan.
Pangan lokal ialah makanan yang berasal dan dibuat dari produk setempat
dan diproses dengan sumber daya dan kearifan lokal. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No.18 Tahun 2012 tentang Pangan. Pangan lokal adalah
makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan
kearifan lokal. Pangan lokal merupakan salah satu contoh pengetahuan tradisional
yang dapat memberikan kebanggaan suatu bangsa, kelompok etnik, atau
masyarakat di wilayah tertentu karena pengetahuan tersebut memberi identitas
daerah (Harmayani, 2017).
Manfaat mengonsumsi pangan lokal antara lain sebagai penganekaragaman
menu makanan sehari-hari; sumber pangan fungsional yang dapat meningkatkan
kesehatan dan mampu menghambat penyakit degeneratif, menurunkan
ketergantungan pada produk impor sehingga menghemat devisa negara serta
mendorong tumbuhnya industri pangan yang memanfaatkan sumber daya lokal
secara optimal. Hal ini sesuai dengan kondisi ekologis, sosial, ekonomi dan budaya
setempat untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat serta kesejahteraan
petani. Meskipun banyak manfaat, sayangnya masyarakat dan pemerintah masih
terkesan kurang menghargai dan kurang menyadari pentingnya mengembangkan
pangan lokal. Akibatnya, masyarakat terbiasa dengan pangan impor. Dengan
meningkatkan pemanfaatan potensi pangan lokal, diharapkan dapat memberi andil
dalam memperbaiki kesejahteraan pelaku usaha kecil pangan dan petani yang
selama ini masih terpinggirkan. Masalah pangan bukan merupakan masalah
sekarang saja tetapi sudah merupakan masalah di masa lampau dan juga akan
menjadi masalah di masa akan datang.
Pengertian umum swasembada untuk suatu produk di suatu negara akan
tercapai apabila secara netto jumlah produk dalam negeri minimal mencapai 90%
dari jumlah konsumsi domestiknya, baik untuk memenuhi konsumsi rumah tangga,
industri, maupun neraca perdagangan nasional (Direktorat Jenderal Perkebunan,
2010:3).
Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), bahwa dari seluruh beras yang
beredar di pasar dunia, 80%-nya diserap oleh Indonesia (Louhenapessy, 2010:114).
Dari data tersebut jelas bahwa ketahanan pangan Indoensia terus bermasalah
apabila terus akan bertumpu pada swasembada beras, oleh karena itu konsep
diversifikasi pangan harus terus dikembangkan dan diimplementasikan.
Politik pemerintah Indonesia dalam pembangunan pertanian pangan yang
diidentikkan dengan “padi”, ternyata secara tidak langsung telah mengubah pola
konsumsi masyarakat dan berdampak pada pola diversifikasi pangan yang sudah
ada sejak zaman nenek moyang. Padahal diversifikasi pangan sebenarnya sudah
merupakan budaya masyarakat secara tradisional dan kalau pola pangan tradisional
ini dikembangkan secara terencana dan terarah maka masalah kesulitan pangan
tidak perlu terjadi.
Seharusnya sebagai negara kepulauan kita mempertahankan citra kita dengan
mengembangkan segala kekayaan yang masih diwariskan para pendahulu kepada
kita saat ini yaitu kekayaan alam, budaya, serta agama. Hal ini mengajak kita bahwa
kita harus pandai-pandai memanfaatkan ekosistem-ekosistem yang ada demi
keberlanjutan pangan bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian penduduk
negara kepulauan selayaknya mengandalkan ketahanan pangannya bukan pada satu
komoditas unggulan saja yaitu beras tetapi pada berbagai komoditas unggulan
termasuk di dalamnya beras serta komoditi-komoditi lokal lainnya seperti jagung,
sagu, umbi-umbian, dan lain-lain.

Macam-macam Jenis Pangan


Beberapa ragam jenis pangan dan pemetaan potensi daerahnya masing-
masing serta manfaat dari jenis pangan tesebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Ketela Pohon
Ketela pohon atau yang biasa dikenal dengan sebutan singkong merupakan
tanaman tahunan tropika dan subtropika. Hasil dari ketela pohon yang berupa umbi
dikenal luas sebagai salah satu makanan pokok penghasil karbohidrat di samping
beras dan jagung yang merupakan makanan pokok khas masyarakat Indonesia.
Ketela pohon sendiri menurut sejarahnya merupakan tanaman Brazilia yang hari ini
sudah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia. Ketela pohon pada umumnya
tumbuh dan beradaptasi secara luas di Indonesia. Tanaman ini tumbuh dan
berproduksi dari daerah dataran rendah hingga dataran tinggi. Adapun pemanfaatan
dari Ketela pohon yaitu dapat digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan
tepung tapioca, tepung gaplek, serta bahan pembuatan alcohol, etanol, gahosol dan
lain sebagainya.
2) Garut atau Arairut
Tanaman Garut atau Arairut adalah tanaman yang memberikan hasil utama
berupa umbi. Tanaman ini merupakan tanaman yang memerlukan iklim panas dan
kondisi yang basah. Adapun pemanfaatan tanaman ini dapat digunakan sebagai
bahan pembuatan makanan bayi, bahan pembuatan kosmetika, lem, keripik dan
bahkan dalam sejumlah penelitian tanaman Garut atau Arairut ini dapat
dimanfaatkan sebagai makanan bagi anak-anak penderita kelainan pencernaan
Sindrom Down dikarenakan kehalusan serat makanan ini. Tanaman Garut atau
Arairut menurut sejarahnya berasal dari Amerika Selatan yang mana pada tanaman
ini biasanya tumbuh di pekarangan tepatnya di bawah pohon yang rindang.
3) Sukun
Sukun menurut sejarahnya merupakan tanaman yang berasal dari New
Guinea, Pasifik. Sukun merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik pada lahan
kering (daratan), dengan tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Menurut
Pustaka Litbang Deptan, buah sukun telah lama dimanfaatkan sebagai bahan
pangan. Di daerah Fiji, Tahiti, Hawai, Samoa dan Kepulauan Sangir Talaud, buah
sukun dimanfaatkan sebagai makanan tradisional dan makanan ringan. Bahkan
dalam lingkup internasional buah sukun dikenal dengan sebutan bread fruit atau
buah roti dikarenakan kelezatannya sebagai buah, namun juga memiliki kandungan
karbohidrat yang tidak kalah dari beras, gandum dan jagung. Tanaman sukun
memiliki beberapa pemanfaatan bagi kepentingan pemenuhan pangan dan
penghijauan.
4) Jagung
Tanaman jagung merupakan tanaman yang berasal dari Amerika. Tanaman
ini memiliki hasil utama berupa biji. Di Indonesia jagung diberdayakan untuk
memenuhi berbagai keperluan baik pangan maupun non pangan. Sebagai bahan
pangan beberapa hasil olahannya meliputi: pati, tepung jagung, snack, berondong
(pop corn), jenang, nasi jagung, sirup jagung dan lain sebagainya. Sebagai bahan
non pangan beberapa manfaat dari jagung adalah sebagai berikut, misalnya
digunakan sebagai bahan pakan ternak, pupuk kompos, bahan pembuat kertas dan
kayu bakar. Di Imdonesia beberapa sentra penghasil utama tanaman jagung ialah
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat,
D.I.Yogyakarta, dan lain sebagainya. Penyebaran tanaman jagung yang dapat
tumbuh dan berproduksi secara merata di manapun, dikarenakan karakteristik
tanaman jagung yang merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah sub-tropis
maupun tropis.
5) Sagu
Sagu amerupakan salah satu sumber pangan populer bagi sebagian
masyarakat Indonesia di Indonesia Timur dan sebagian daeah Pulau Sumatera. Di
Indonesia sendiri potensi mengenai sagu sebagai produk alteratif pangan nasional
sangat berpeluang dan menjanjikan.Hal tersebut mengingat areal penghasil sagu
dunia yang saat ini masih dipegang Indonesia dengan besaran mencapai angka 60%
dari total areal sagu dunia. Selain berpotensi sebgai salah satu sumber karbohidrat
yang menjanjikan tanaman sagu juga dapat digunakan sebgai salah satu bahan
pembuat perekat, sirup dan bahan baku etanol. Sagu juga dapat digunakan untuk
membuat tepung, yang mana memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan
tepung tapioka maupun aci garut.
6) Kentang
Kentang menurut sejarahnya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika
Tengah. Hasil utama dari tanaman kentang ialah umbi. Tanaman kentang
merupakan tanaman yang hidup dan berproduksi di daerah subtropis atau daerah
dataran tinggi seperti pegunungan. Hasil olahan tanaman kentang selain sebagai
bahan pokok berupa umbi ialah sebagai bahan baku pembuat pati, sebagai salah
satu bahan pembuat cat, pembuat glukosa dan lain sebagainya. Penyebaran tanaman
kentang di Indonesia meliputi daera-daerah seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Aceh, Sumtera Selatan, Tanah Karo dan lain sebagainya. Kentang
merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung.
7) Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi,
jagung, dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan
pangan, bahan baku industri maupun pakan ter-nak. Ubi jalar dikonsumsi sebagai
makanan tambahan atau samping-an, kecuali di Irian Jaya dan Malu-ku, ubi jalar
digunakan sebagai ma-kanan pokok. Ubi jalar di kawasan dataran tinggi Jayawijaya
merupakan sumber utama karbohidrat dan memenuhi hampir 90% kebutuhan kalori
penduduk.
8) Talas
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Di Indonesia talas
bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai
pegunungan di atas 1000 meter dpl baik liar maupun ditanam. secara luas terutama
di wilayah Asia dan Oceania. Di Indonesia talas sebagai bahan makanan cukup
populer dan produksinya cukup tinggi terutama di daerah Papua dan Jawa (Bogor,
Sumedang dan Malang).

Hasil Olahan Umbi-Umbian Lokal


1) Combro

Gambar 1. Comro
(Sumber: Nurmilawati, 2011)

Combro atau kadang disebut comro atau gemet merupakan makanan khas
dari Jawa Barat. Combro terbuat dari parutan singkong yang dibentuk bulat yang
bagian dalamnya diisi dengan sambal oncom kemudian digoreng, karena itulah
dinamai combro yang merupakan kependekan dari oncom di jero (bahasa Sunda).
Namun nama tradisionalnya combro bukan comro).
2) Tiwul

Gambar 2. Tiwul
(Sumber: Nurmilawati, 2011)
Tiwul adalah makan pokok pengganti beras yang terbuat dari ketela pohon
atau singkong. Penduduk Wonosobo, Gunung Kidul, Wonogiri, Pacitan dan Blitar
dikenal mengonsumsi jenis makananini sehari-hari.
Tiwul dibuat dari gaplek. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya
lebih rendah daripada beras namun cukupmemenuhi sebagai bahan makanan
pengganti beras. Tiwul dipercaya mencegah penyakit maag, perut keroncongan,
dan lain sebagainya. Tiwul pernah digunakan untuk makanan pokok sebagian
penduduk Indonesia pada masa penjajahan Jepang dan sekarang tiwul dibuat jadi
tiwul instan. Dari Kebumen, Banyumas dan Cilacap dikenal makanan serupa yang
disebut oyek. Meskipun sama-sama berasal dari gaplek, kedua jenis makanan ini
berbeda dalam proses pembuatannya, sehingga rasanya pun sedikit berbeda.
3) Getuk

Gambar 3. Getuk
(Sumber: Nurmilawati, 2011)

Getuk (bahasa Jawa: gethuk) adalah makanan ringan yang terbuat dengan
bahan utama ketela pohon atau singkong. Getuk merupakan makanan yang mudah
ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembuatan getuk dimulai dari
singkong dikupas kemudian kukus atau perebusan, setelah matang kemudian
ditumbuk atau dihaluskan dengan cara digiling lalu diberi pemanis gula
dan pewarna makanan. Untuk penghidangan biasanya ditaburi dengan parutan
buah kelapa.
Getuk dikenal ada dua macam. Getuk pada saat singkong yang sudah
masak pada waktu suhu masih panas ditaburi potongan-potongan kecil gula jawa
sehingga berwarna coklat tidak merata tumbukan getuk ini bentuknya kasar. Getuk
lindri, adalah dengan cara singkong masak digiling halus dengan gula pasir,
dibubuhi pewarna makanan dan vanili dan setelah itu dicetak kecil-kecil
memanjang dan dirapatkan memanjang ini serupa dengan mie hingga berbentuk
memajang dengan ketebalan sekitar 2cm lebar 4cm, setelah itu dipotong-potong
berbentuk panjang sekitar 5cm dan lebar 4cm.
4) Misro

Gambar 4. Misro
(Sumber: Nurmilawati, 2011)

Misro adalah makanan khas dari Jawa Barat yang terbuat dari
parutan singkong yang bagian dalamnya diisi dengan gula merah kemudian
digoreng, karena itulah dinamai Misro yang merupakan kependekan dari amis
di jero (bahasa Sunda, artinya: manis di dalam). Bentuknya bulat dan makanan ini
enak disantap saat hangat.
5) Sawut

Gambar 5. Sawut
(Sumber: Nurmilawati, 2011)
Sawut adalah salah satu makanan atau jajanan tradisional yang terbuat dari
bahan singkong yang diparut kasar dan diberi campuran gula merah serta ditaburi
kelapa parut. Rasa sawut yang enak, manis, dan lezat membuat jajanan ini banyak
disukai oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Kue sawut ini adalah salah satu
kudapan dari Jawa Tengah.

Sumber pangan di atas selain persebaran menyeluruh di Indonesia juga


kandungan nutrisinya yang bersaing dengan beras. Sebernarnya, tidak perlu
mempermasalahkan antara beras dan bukan beras. Tetapi sebaiknya potensi
kekayaan tumbuhan di Indonesia semuanya harus digali dan dikembangkan.
Tumbuhan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan lahan pada wilayah tertentu
diolah dan dikembangkan, dan tumbuhan yang sudah berkembang sesuai
ekosistemnya dan mempunyai nilai produksi pada suatu wilayah harus tetap diolah
dan dikembangkan pada wilayah itu. Apabila hal tersebut dapat dikembangkan
maka kekayaan alam yang ada di Indonesia dapat berkembang sesuai karakter
wilayahnya masing-masing dan akan memperkaya keanekaragaman pangan secara
nasional.
Pemahaman ketahanan pangan baik secara internasional maupun nasional
telah terarah kepada pengertian kebutuhan rumah tangga atau individu. Beberapa
pemahaman tentang ketahanan pangan:
a. Menurut World Bank (1986): ketika orang pada setiap saat memilih
aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka agar bisa sehat dan produktif.
b. Menurut International Conference In Nutrition (FAO/WHO-1992): akses
setiap rumah tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap
waktu demi keperluan hidup sehat.
c. Menurut World Food Summit (1996): memperluas definisi FAO/WHO
dengan menambah persyaratan bahwa “pengembangan pangan sesuai nilai
atau budaya setempat”.
d. Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 (UU Pangan): kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan
pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan
terjangkau.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 (PP Ketahanan Pangan):
mengisyaratkan pengelolaan panagn secara nasional, terlaksananya
swasembada pangan yang diutamakan produksi dalam negeri dan bertumpu
pada sumber daya pangan lokal yang mengandung keragaman antardaerah
dan harus dihindari sejauh mungkin ketergantungan pada pemasukan pangan
dari luar (Louhenapessy, 2010:119).
Perbedaan antara swasembada beras dan ketahanan pangan dijelaskan lebih
lanjut oleh Nuhfil Hanani AR (2009) dalam tabel berikut:
Indikator Swasembada Pangan Ketahanan Pangan
Lingkup Nasional Rumah tangga dan individu
Sasaran Komoditas Pangan Manusia
Peningkatan ketersediaan
Strategi Substitusi Impor pangan, akses pangan, dan
penyerapan pangan
Status gizi (penurunan:
Output Peningkatan produksi pangan
kelaparan, gizi buruk)
Kecukupan pangan oleh produk Manusia sehat dan produktif
Outcome
domestik (angka harapan hidup)
(Sumber: Cahyanto, Sugeng Setya. 2012. Penguatan Kearifan Lokal Sebagai Solusi
Permasalahan Ketahanan Pangan Nasional. Dalam https://icssis.files. wordpress
.com/2012/05/09102012-66.pdf)

Sesuai dengan uraian dan pemahaman-pemahaman di atas, jelas bahwa


ketahanan pangan tidak tergantung pada satu komoditi pangan, tetapi lebih pada
pangan yang ada di lingkungan rumah tangga termasuk beras bagi daerah penghasil
beras, umbi-umbian pada daerah penghasil umbi-umbian, jagung pada daerah
penghasil jagung, sagu pada daerah penghasil sagu, dan lain-lain.Keragaman iklim
dan sumber daya air di masing-masing wilayah bisa dimanfaatkan untuk
memproduksi komoditas yang beragam. Dengan kondisi curah hujan yang
beragam, pewilayahan komoditas dapat dilakukan sehingga setiap daerah dapat
menghasilkan komoditas yang berbeda dalam waktu berbeda. Hal ini juga bisa
mendorong terjadinya perdagangan antarwilayah karena satu daerah harus
memasok komoditas tertentu untuk wilayah lain. Perdagangan antarwilayah juga
dapat membantu petani dari kerugian akibat jatuhnya harga komoditas pertanian
karena stok berlebih saat panen.
Pola konsumsi beras sudah menguasai masyarakat perkotaan dan makin
menerobos ke pedesaan. Akan tetapi, di sisi lain produktivitas beras untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat secara nasional tidak mencukupi. Jadi diharapkan
bahwa upaya ketahanan pangan keluarga berbasis kearifan lokal di daerah akan
memperkaya komoditas pangan di Indonesia, sekaligus turut mendorong
kemandirian pangan pada tingkat lokal maupun nasional pada masa yang akan
datang.
Aspek-aspek penting dalam ketahanan pangan adalah:
a. Tersedia pangan yang cukup, aman dan bergizi berasal dari pangan lokal stok
masyarakat maupun impor.
b. Distribusi stabil: pangan tersedia bagi rumah tangga sepanjang waktu dan di
mana saja.
c. Keterjangkauan: kemampuan akses fisik dan ekonomi terhadap sumber
pangan secara sosial dan geografis.
d. Konsumsi pangan: penganekaragaman konsumsi pangan, bergizi seimbang
sehat dan aman.
e. Kecukupan pangan: pangan cukup secara kuantitas maupun kualitas untuk
kebutuhan rumah tangga (Louhenapessy, 2010:122)
Aspek-aspek penting di atas sebenarnya sangatlah bisa terpenuhi dengan
pemanfaatan potensi pangan lokal yang ada di Indonesia. Persoalannya adalah
apakah ada kemauan baik pemerintah untuk mengembangkan pangan lokal
sebagaimana yang sudah dilakukan pada pengembangan padi selama ini.
Sebenarnya terdapat peluang yang sangat besar di masyarakat untuk
mempersiapkan kebutuhan pangannya sesuai potensi wilayahnya, dengan demikian
pangan lokal apakah itu padi, umbi-umbian, jagung, sagu, dan lain-lain diberi
kesempatan untuk berkembang di wilayahnya masing-masing. Mengingat kondisi
ekonomi masyarakat yang mayoritas masih lemah, apabila hal ini akan diterapkan
maka perlu peran yang kuat dari pemerintah baik sebagai inisiator, penyedia
fasilitas, maupun pembuat regulasi, untuk lebih meningkatkan peran masyarakat
dalam melakukan pembangunan ketahanan pangan.
Selain pentingnya peran pemerintah sebagai inisiator, fasilitator, dan pembuat
regulasi, serta peran masyarakat untuk ikut mengembangkan potensi pangan lokal
yang ada, peran para ahli teknologi pertanian mencakup teknologi pangan,
teknologi biosistem, serta teknologi industri pangan sangat penting untuk
membantu mewujudkan ketahanan pangan yang merupakan tantangan besar bangsa
Indonesia ini. Ilmu dan teknolodi pertanian diharapkan mempu berperan
memperkenalkan budaya makanan khas daerah untuk mendukung sistem pangan
nasional.

3. Penutup
Pada tahap awal, perlu adanya gerakan-gerakan nyata untuk mewujudkan
ketahanan pangan berbasis kearifan lokal ini. Beberapa langkah jangka pendek
yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut. Dengan menghentikan
kebijakan beras raskin. Beras raskin akan membuat masyarakat cenderung selalu
mengandalkan beras dan tidak mau beralih ke produk pangan yang lain, jadi
pengurangan jatah beras raskin ini kemudian diikuti dengan menghentikan
kebijakan beras raskin akan sangat membantu sebagai solusi jangka pendek.
Kemudian mengembangkan pasar produk-produk pangan lokal di kota-kota
provinsi, kabupaten, dan kecamatan juga menjadi salah satu solusi. Dengan
berkembangnya produk-produk pangan lokal di daerah-daerah, otomatis
masyarakat akan melihat peluang usaha dan cenderung akan tergerak untuk ikut
mengembangkan produk lokal yang ada di daerahnya.
Sosialisasi produk lokal sebagai diversifikasi makanan pokok dan
keunggulannya di kota-kota secara berkelanjutan, sosialisasi sangatlah penting
dalam turut serta membentuk pola pikir masyarakat akan perlunya langkah
diversifikasi makanan pokok dengan makanan lokal dan keunggulan produk lokal
yang ada. Selanjutnya adalah membiasakan memanfaatkan makanan lokal dan
penganan lokal pada acara-acara kedinasan maupun acara dalam keluarga. Semua
solusi hanya akan menjadi wacana belaka apabila pelaksanaannya tidak ada,
langkah yang paling mudah dilakukan adalah dengan membiasakan memanfaatkan
makanan lokal pada acara-acara keluarga maupun kedinasan, dengan semua pihak
memanfaatkan produk lokal maka derajat produk lokal juga akan semakin
meningkat sehingga pengembangan selanjutnya akan semakin mudah.
Setelah langkah-langkah jangka pendek terlaksana secara berkelanjutan,
perlu juga langkah jangka panjang yang harus dilakukan. Beberapa langkah yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan mutu produk pangan (dalam aspek nilai gizi, cita rasa,
penampilan produk, keamanan pangan, dan kemasan).
b. Mengembangkan alternatif aneka produk pangan.
c. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pedesaan di daerah penghasil
komoditas dalam hal pengolahan, promosi, dan pemasaran produk.
d. Mengembangkan jaringan pemasaran melalui kegiatan kemitraan antara
petani dengan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pemasaran (toko,
warung, distributor).
e. Gerakan konsumsi pangan lokal yang sinergi dengan kebijakan dan promosi
pengembangan pangan lokal baik pada industri jasa makanan (hotel dan
restoran) maupun pada toko-toko, warung, dan distributor.
Hal-hal pendukung yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemanfaatan
kearifan dan potensi pangan lokal untuk ketahanan pangan antara lain adalah
dengan menjaga ketersediaan pangan sesuai potensi wilayah masing-masing,
mengembangkan kerja sama jaringan dan informasi pangan lokal dalam daerah dan
antardaerah, upaya diversifikasi konsumsi pangan, serta meningkatkan motivasi
masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan berbasis kearifan lokal.
Potensi pangan lokal di Indonesia semuanya harus digali dan dikembangkan.
Tumbuhan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan lahan pada wilayah tertentu
diolah dan dikembangkan, dan tumbuhan yang sudah berkembang sesuai
ekosistemnya dan mempunyai nilai produksi pada suatu wilayah harus tetap diolah
dan dikembangkan pada wilayah itu. Apabila hal tersebut dapat dikembangkan
maka kekayaan alam yang ada di Indonesia dapat berkembang sesuai karakter
wilayahnya masing-masing dan akan memperkaya keanekaragaman pangan secara
nasional.
Sentra produksi padi tidak dapat dipaksakan ada di mana-mana walaupun
saat ini padi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Dengan kondisi
curah hujan yang beragam, pewilayahan komoditas dapat dilakukan sehingga setiap
daerah dapat menghasilkan komoditas yang berbeda dalam waktu berbeda.
Ketahanan pangan ini bisa dicapai jika daerah memaksimalkan potensi pangan
masing-masing. Setiap daerah bisa mengembangkan pangan khas lokal yang bisa
dijadikan identitas dan kekuatan lokal yang luar biasa. Merujuk pada pengalaman
di Amerika Serikat, yang memberi identitas untuk masing-masing negara bagian
dengan potensi lokal, seperti Florida yang disebut orange state, Georgia sebagai
peach state, dan Wisconsin sebagai American dairy land. Tidak menutup
kemungkinan hal tersebut juga dapat diterapkan di Indonesia, bahkan
kemungkinannya sangat besar mengingat potensi produk khas daerah di Indonesia
sangatlah beragam jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan Amerika. Bahkan,
pangan Indonesia tergolong unik dan jenisnya lebih beragam. Sehingga langkah ini
sangat potensial untuk dijadikan referensi.
Sekalipun demikian, sumber daya tersebut masih perlu untuk terus
dikembangkan. Perlu juga dikemas dengan memerhatikan kecenderungan pasar.
Hal ini karena baik pasar lokal maupun luar negeri terus menuntut kemampuan daya
saing dari produk pangan nasional.
Upaya ketahanan pangan berbasis kearifan lokal di daerah akan memperkaya
komoditas pangan di Indonesia, sekaligus turut mendorong kemandirian pangan
pada tingkat lokal maupun nasional pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2012. Diversifikasi Pangan Berbasis Potensi


Lokal. Dalamhttp://www.bppt.
go.id/index.php/component/content/article/56-bioteknologi-dan-
farmasi/1203-diversifikasi-pangan-berbasis-potensi-lokal diakses pada 5 Mei
2019 pukul 20:15 WIB

Anonim 2. 2012. Pakar IPB: Maksimalkan Potensi Pangan


Lokal. Dalam http://seafast.ipb.ac.id/latest-news/194-pakar-ipb-
maksimalkan-potensi-pangan-lokal-/ diakses pada 5 Mei 2019 pukul 20:27
WIB

Cahyanto, Sugeng Setya. 2012. Penguatan Kearifan Lokal Sebagai Solusi


Permasalahan Ketahanan Pangan Nasional. Dalam https://icssis.files.
wordpress.com/2012/05 /09102012-66.pdf diakses pada 5 Mei 2019 pukul
19.20 WIB

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Cetak Biru Road Map Swasembada Gula
Nasional 2010-2014. Jakarta: Kementerian Pertanian.

Food Review Referensi Industri & Teknologi Pangan Indonesia Volume VI No. 10
Oktober 2011.

Harmayani, 2017. Pemanfaatan Umbi-Umbian Lokal Diantara Persaingan Beras


Dan Terigu. Dalam https://makanantradisionalsehat.wg.ugm.ac.id diakses
pada 5 Mei 2019 pukul 20.05 WIB

Louhenapessy, J.E. dkk. 2010. Sagu: Harapan Dan Tantangan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Nurmilawati, 2011. Pangan Lokal Berbasis Umbi-Umbian. Dalam


https://www.academia.edu diakses pada 5 Mei 2019 pukul 19.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai