Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Potensi dan Prospek Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia

Disusun oleh :

Sri Wahyuni (240110150074)

Amorita Iqradiella Edytiananda (240110150082)

Siti Sarah Sidabalok (240110150093)

Sandra Ayu Cantika (240110150102)

Regina Cantika Dewi Firdaus (240110150104)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat
dan karunia -Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Potensi dan Prospek
Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia” ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun
kami tahu masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang sudah berperan dalam proses pembuatan dan penyusunan
makalah ini, kepada sumber yang telah memberikan referensi materi, serta kepada bapak
Zaida Dosen mata kuliah Manajemen Agroindustri yang telah memberikan tugas ini kepada
kami dan membimbing kami dengan ilmu yang telah diberikan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai materi yang kami sampaikan dalam makalah ini. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi perbaikan makalah
yang telah kami buat, karena saran yang membangun dapat menyempurnakan tugas kami di
kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami menunggu kritik dan saran, serta usulan yang membangun untuk
kesempurnaan makalah kami pada tugas yang akan dating kelak.

Jatinangor, November 2015

Penulis

i
Daftar Isi

Contents
Kata Pengantar........................................................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................................................ii

Pendahuluan..........................................................................................................................................1

Latar Belakang...................................................................................................................................1

Tujuan................................................................................................................................................1

Output...............................................................................................................................................2

Data Potensi Bahan 5 Tahun Terakhir.............................................................................................2

Karakteristik Bahan...........................................................................................................................2

Sifat Fisiko-Kimia Bahan..................................................................................................................6

Standar Mutu Bahan Baku Untuk Industri.........................................................................................6

Pohon Industri...................................................................................................................................6

Metodologi............................................................................................................................................7

Hasil dan Pembahasan...........................................................................................................................8

Penutup................................................................................................................................................13

Rekomendasi.......................................................................................................................................14

Daftar Pustaka.....................................................................................................................................15

ii
Pendahuluan
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia yang
memberikan peran yang sangat signifikan dalam pembangunan perekonomian bangsa
Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Indonesia diharapkan akan menjadi
produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Namun demikian, ternyata prediksi tersebut
berjalan lebih cepat, Indonesia saat ini tercatat sebagai produsen minyak sawit mentah CPO
(Crude Palm Oil) terbesar di dunia, mengungguli Malaysia.

Sebagai penghasil minyak kelapa sawit CPO (Crude palm oil) dan inti kelapa sawit
PKO (Kernel Palm Oil) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Hal ini disebabkan oleh permintaan dan harga
produk CPO di pasar dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini, seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi terhadap produk-produk turunan dari kelapa
sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku beberapa sektor industri lain (industri hilir).

Jika melihat kebutuhan akan minyak kelapa sawit di dunia maka sudah tentu setiap
tahunnya akan meningkat, sejalan pula dengan peningkatan jumlah penduduk dunia. Terlebih
saat ini minyak sawit juga banyak digunakan sebagai biodiesel, bahan bakar alternatif yang
kini sedang marak di pasaran karena sifatnya yang ramah lingkungan.

Prospek pengembangan kelapa sawit sangatlah baik. Dari sisi permintaan,


diperkirakan permintaan terhadap produk kelapa sawit akan tetap tinggi di masamasa
mendatang karena memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan komoditas
subtitusinya. Dari kondisi yang demikian, maka peluang bisnis untuk mengembangkan
proyek pengembangan pabrik minyak kelapa sawit sangatlah menjanjikan. Terlebih di
Indonesia, kondisi iklim yang tropis dan curah hujan yang cukup memungkinkan tanaman
kelapa sawit tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia.

Hal ini tentu saja akan menimbulkan dampak yang lebih baik bagi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak pihak lain yang terkait secara langsung
maupun tidak langsung dalam kegiatan perekonomian.

Tujuan
 Untuk mengetahui data potensi bahan 5 tahun terakhir
 Untuk mengetahui karakteristik bahan
 Untuk mengetahui sifat fisiko-kimia bahan
 Untuk mengetahui standar mutu bahan baku untuk industry
 Untuk mengetahui pohon industry

1
Output

Data Potensi Bahan 5 Tahun Terakhir

Karakteristik Bahan
Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma
yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.
Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara
Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal
dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.


Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya
sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai
bahan bakar dan arang.

Urutan dari turunan Kelapa Sawit:

 Kingdom: Tumbuhan
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Liliopsida
 Ordo: Arecales
 Famili: Arecaceae
 Jenis: Elaeis
 Spesies: E. Guineensis

Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit

1. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna
sedikit lebih muda. Penampilannya sangaat mirip dengan tanaman salak, hanya saja
dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam
2. Batang
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12
tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman
kelapa.
3. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah kebawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi.
2
4. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga
sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
5. Buah
Buah sawit memiliki warna bervariasi dari hitam , ungu hingga merah tergantung
bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan licin
b) Mesoskarp, serabut buah
c) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas
tinggi.

3
Data Potensi Bahan 5 Tahun Terakhir
Dalam 10 tahun terakhir luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus
meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 8,7% per tahun dari hanya seluas 3.902 ribu
ha pada 1999 meningkat menjadi 7.321 ribu ha tahun 2009.

Perkembangan pesat perkebunan kelapa sawit dimulai pada akhir tahun 1980an,
ketika perkebunan besar swasta (PBS) mulai masuk ke sektor perkebunan dan pengolahan
minyak kelapa sawit dalam jumlah besar. Sebelumnya perkebunan kelapa sawit didominasi
oleh perkebunan milik negara (PBN).

Sejalan dengan harga Crude Palm Oil yang terus meningkat maka selain perkebunan
swasta besar, maka petani kecil mulai menanam kelapa sawit. Semula kebun sawit milik
rakyat dibangun dalam skema inti plasma dengan perkebunan besar baik swasta maupun
milik negara sebagai inti, namun kemudian perkebunan rakyat (PR) semakin berkembang
diluar skema inti plasma.

Saat ini PBS mendominasi luas areal perkebunan sawit di Indonesia. Pada tahun 2009
dari total areal perkebunan kelapa sawit nasional seluas 7.077 ribu ha, sekitar 3.501 ribu ha
(49,47%) diusahakan oleh perkebunan besar swasta (PBS), sedangkan 2.959 ribu ha
(41,80%) diusahakan oleh perkebunan rakyat (PR) dan selebihnya 617 ribu ha (8,73%)
adalah milik PBN.

Pada periode 1999-2009, pertumbuhan luas areal perkebunan besar negara hanya
relatf kecil yaitu meningkat rata-rata 1,73% per tahun. Sedangkan pertumbuhan terbesar
terjadi pada perkebunan rakyat yang mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata 12,01% per
tahun. Sementara perkebunan besar swasta meningkat rata-rata sekitar 5,04% per tahun.

Penyebaran geografis

Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17


provinsi meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Tahun
2005 wilayah Sumatera merupakan yang terbesar yaitu sebesar 4.280.094 ha atau 76,46%
dari total areal perkebunan kelapa sawit nasional. Di wilayah ini provinsi Riau tercatat
memiliki areal terbesar yaitu 1.383.477 ha dan selanjutnya diikuti provinsi Sumatera Utara
seluas 964.257 ha.

Wilayah lainnya yang juga memiliki areal perkebunan kelapa sawit cukup besar
adalah Kalimantan seluas 1.108.288 ha (19,80%). Dengan luas areal perkebunan kelapa sawit
sebesar 466.901 ha berada di provinsi Kalimantan Barat yang tercatat sebagai yang terbesar
di Kalimantan, kemudian disusul oleh Kalimantan Tengah seluas 269.043 ha.

Sedangkan di P. Jawa wilayah luas perkebunan kelapa sawitnya sangat terbatas yaitu
hanya 26.046 ha atau 0,46% dari total areal nasional. Lokasi perkebunan sawit di wilayah
Jawa hanya terdapat provinsi Jawa Barat dan Banten. Kondisi alam di Jawa Barat yang
dingin dan berbukit lebih cocok untuk jenis tanaman teh, sehingga lebih banyak terdapat
perkebunan teh di wilayah ini yaitu mencapai 77,83% dari total perkebunan teh nasional.

Luas kebun menurut kondisi tanaman

4
Pertambahan luas kebun kelapa sawit di beberapa propinsi seperti Riau, Jambi,
Sumatera Selatan dan Kalimantan dalam jumlah besar dalam lima tahun terakhir
menyebabkan masih banyaknya kebun kelapa sawit yang masih muda dan belum
menghasilkan. Pada 2009, secara nasional kebun kelapa sawit belum menghasilkan 2.173.668
ha (29,7%) dan kebun produktif 5.062.019 ha (69,1%), sedangkan kebun dengan tanaman
rusak relatif kecil yaitu hanya 87.417 ha (1,2%).

Wilayah Sumatera Utara yang telah lama mengembangkan perkebunan kelapa sawit,
dimana rata-rata komposisi tanaman muda yang belum berproduksi memiliki luas 1.256.509
ha atau 17,2% dari luas kebun sawit nasional. Dengan demikian dalam waktu dekat produksi
sawit Indonesia masih akan meningkat dan akan segera dapat melampaui produksi kelapa
sawit dari Malaysia yang rata-rata kebunnya sudah dalam keadaan dewasa atau telah pada
puncak produksinya.

Karakteristik Bahan
Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma
yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.
Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara
Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal
dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter.


Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan
kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya
sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai
bahan bakar dan arang.

Urutan dari turunan Kelapa Sawit:

 Kingdom: Tumbuhan
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Liliopsida
 Ordo: Arecales
 Famili: Arecaceae
 Jenis: Elaeis
 Spesies: E. Guineensis

Ciri-ciri Fisiologi Kelapa Sawit

6. Daun
Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit
lebih muda. Penampilannya sangaat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri
yang tidak terlalu keras dan tajam
7. Batang

5
Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun
pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.
8. Akar
Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah kebawah dan samping. Selain itu juga terdapat
beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi.
9. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang
sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
10. Buah
Buah sawit memiliki warna bervariasi dari hitam , ungu hingga merah tergantung bibit yang
digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
d) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan licin
e) Mesoskarp, serabut buah
f) Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Sifat Fisiko-Kimia Bahan

Standar Mutu Bahan Baku Untuk Industri

Pohon Industri

6
Metodologi

7
Hasil dan Pembahasan

PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT

Perluasan areal perkebunan kelapa sawit semakin gencar dilakukan sebagai respon
terhadap kebutuhan minyak masak domestik maupun ekspor seiring dengan peningkatan
populasi dan mahalnya alternatif minyak masak lainnya (antara lain minyak kedelai dan
lobak). Ekspansi sawit progresif dan besar-besaran ke Indonesia bagian Timur sebenarnya
sudah dicanangkan sejak akhir masa pemerintahan Presiden Soeharto, yang dilanjutkan
semasa jaman Presiden Habibie (1998/1999). Kondisi ini dipicu oleh keinginan pemerintah
pada waktu itu untuk mengalahkan Malaysia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia
dengan rencana untuk menggandakan luasan kebun menjadi 5,5 juta ha pada akhir tahun
2000. Para investor domestik dan perkebunan-perkebunan swasta milik asing ditawarkan
untuk melakukan pengembangan perkebunan.

Ada beberapa kondisi yang menguntungkan bagi industri minyak sawit Indonesia,
yaitu mutu minyak sawit Indonesia tidak kalah dari Malaysia dan Industri makanan di
Amerika Serikat mulai beralih dari minyak kacang kedelai ke minyak sawit sehingga peluang
pasarnya masih sangat besar. Namun, persaingan pasar minyak kelapa sawit juga cukup
tinggi dimana berbagai negara yang mempunyai lahan juga membuka perkebunan kelapa
sawit seperti Malaysia, Nigeria, Thailand, Brazil, Columbia, Belgia, Gabon, Gana, dan
lainnya. Terutama Malaysia yang saat ini menjadi Negara penghasil minyak sawit terbesar di
dunia, dimana mereka telah memiliki perkebunan sawit yang cukup luas dilengkapi dengan
pabrik pengolah sawit yang cukup besar dan dengan standar pengolahan yang baik sehingga
produknya dapat diterima pasar dunia. Indonesia sendiri sebenarnya dapat bersaing karena
permintaan terhadap minyak sawit masih sangat besar karena produk olahan dan turunan dari
minyak sawit tersebut sangat banyak, bahkan sekarang telah ditemukan cara pengolahan
minyak sawit untuk menggantikan solar sebagai bahan bakar mesin diesel yang kini
persediaan minyak bumi semakin menipis dan minyak sawit dapat dijadikan alternatif
pengganti (biodiesel) yang tentunya sangat besar peluang pasarnya. Sementara itu lahan di
Indonesia masih sangat luas yang dapat dimanfaatkan sebagi lahan perkebunan kelapa sawit,
selain itu juga tenaga kerja Indonesia masih sangat banyak, bahkan banyak tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di perkebunan kelapa sawit Malaysia, sedangkan Malaysia sebagai
saingan utama Indonesia memiliki keterbatasan lahan dan juga tenaga kerja. Sehingga pada
prinsipnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bersaing dalam Industri kelapa sawit
dunia.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada
kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar
(radikula).Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa
sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya
memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun
biasanya tandan buahnya besar‐besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.
Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat
jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis
8
ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing‐masing induk dengan sifat
cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase
daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat
mencapai 28%. Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam
perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa
sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai
insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan wilayah baru
untuk areal perkebunan besar swasta
Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami mengingkatan yang
sangat signifikan. Hal ini disebabkan tingginya permintaan atas Crude Palm Oil (CPO)
sebagai sumber minyak nabati. Konsumsi minyak sawit (CPO ) dunia dari tahun ke tahun
juga terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan permintaan CPO dunia dalam 5
(lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China dengan Indonesia merupakan
negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu negara Uni Eropa juga termasuk
konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia. industri kelapa sawit cukup marak
dibicarakan, karena dunia saat ini sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru
pengganti minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti
tersebut adalah energi biofuel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa
sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Biofuel ini merupakan
energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus
dikembangkan, sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis
tidak dapat dikembangkan kembali. Masalah energi alternatif saat ini sedang menjadi
perbincangan yang ramai di masyarakat. Krisis bahan bakar minyak (BBM) saat ini telah
menggugah masyarakat bahwa Indonesia sangat bergantung pada minyak bumi. Dilihat dari
luas daratan serta tanahnya yang relatif subur, Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan bahan bakar dari tumbuhan atau biofuel. Energi alternatif biofuel yang
dapat diperbarui dapat memperkuat ketersediaan bahan bakar. Selain itu biofuel juga ramah
lingkungan sehingga bisa meningkatkan kualitas udara di beberapa kota besar di Indonesia
serta dunia.
Sorotan Dunia Internasional terhadap perkembangan industri kelapa sawit di
Indonesia semakin tajam, khususnya setelah Indonesia menjadi negara produsen CPO
terbesar di dunia.
Industri kelapa sawit di Indonesia telah berkembang pesat dengan dukungan
pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat pula hingga mencapai lebih dari 6.3 juta hektar
yang terdiri dari sekitar 60% yang diusahakan oleh perkebunan besar dan 40% oleh
perkebunan rakyat. Pertumbuhan perkebunan sawit ini tidak terlepas dari politik ekspansi
pada akhir 1970an sebagai sarana untuk menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya
perkebunan sawit. Pertumbuhan pesat juga terjadi pada ke dua jenis pengusahaan yaitu
perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat 965 perusahaan
dengan luas perkebunan 3.753 juta hektar yang dimiliki oleh perkebunan Negara swasta
nasional dan asing. Sementara perkebunan rakyat telah mencapai 2,565 juta hektar, suatu
9
perkembangan yang luar biasa mengingat pada awal pengenalanya hanya 3.125 hektar (1979)
yang hanya mewakili 1,20% saja dari total perkebunan sawit yang ada
Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini sedang
ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya
semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel dimana
bahan baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan
nama Crude Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah
lingkungan, selain itu sumber energinya dapat terus dikembangkan (Ariati, R, 2007), sangat
berbeda dengan minyak bumi yang jika cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan
kembali.

Tuntutan masyarakat/konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan baik dalam proses
produksi maupun pemanfaatannya semakin tinggi, ini menimbulkan persaingan produsen
untuk memanfaatkan bahan baku yang juga ramah lingkungan.Konsumsi minyak sawit
(CPO ) dunia dari tahun ke tahun terus menunjukkan tren meningkat. Pertumbuhan akan
permintaan CPO dunia dalam 5 (lima) tahun terakhir, rata-rata tumbuh sebesar 9,92%. China
dengan Indonesia merupakan negara yang paling banyak menyerap CPO dunia. Selain itu
negara Uni Eropa juga termasuk konsumen besar pengkomsumsi CPO di dunia (Anonymous,
2006).Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima) tahun
terakhir juga menunjukkan tren meningkat, rata-rata peningkatannya adalah sebesar 11%.
Ekspor terbesar didunia didominasi oleh Malaysia dan Indonesia, kedua negara tersebut
menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia. Papua Nugini berada di urutan ke3 dengan
perbedaan share yang cukup jauh yaitu hanya berkisar 1,3%.Diprediksikan peningkatan
konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut bahkan dalam persentase yang lebih besar
mengingat faktor yang mendukung hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan
penduduk, pertumbuhan industri hilir, perkembangan energi alternatif, dll. Malaysia dan
Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO ini, mengingat
belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing lainnya. Bahkan Indonesia
diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam produksi maupun ekspor CPO, karena
didukung oleh luas lahan yang tersedia dimana Malaysia sudah mulai terbatas.
Permasalahan utama perdagangan dunia CPO sebenarnya bukan terletak pada tingkat
permintaan konsumsi atau ekspornya, karena baik konsumsi atau ekspor dunia cenderung
meningkat dengan stabil. Permasalahan utamanya justru terletak pada fluktuasi harga yang
tidak stabil. Fluktuasi harga CPO ini cenderung dipengaruhi oleh isu-isu yang dibuat oleh
negara penghasil produk subtitusi (saingan CPO), yaitu negara-negara penghasil minyak dari
kacang kedelai dan jagung yang umumnya merupakan negara di Eropa dan Amerika (negara
maju). Isu-isu seperti produk yang tidak higienis, pengrusakan ekosistem hutan termasuk isu
pemusnahan orang utan merupakan isu yang diangkat untuk menjatuhkan harga CPO dunia.
Harga CPO dunia pada tahun 2006 adalah USD540/ton, relatif tinggi jika dibandingkan
dengan harga selama tujuh tahun terakhir.Untuk mengatasi fluktuasi harga ini, pihak
gabungan pengusaha kelapa sawit Malaysia (MPOA) dan gabungan petani kelapa sawit
Indonesia (GAPKI) mengadakan perjanjian kerja sama yang didukung penuh oleh
pemerintahan kedua negara, yang isi perjanjian diantaranya adalah untuk menjaga stabilitas
harga CPO. Perkembangan Ekspor dan Konsumsi CPO Dunia.

10
HASIL KELAPA SAWIT

Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya. Bagian
daging.buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendahkolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah
menjadi.bahan baku margarin.Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri
kosmetika.Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur
90°C.Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan
cangkang.dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang
dipisahkan.dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur
sehingga.sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.Sisa pengolahan buah sawit
sangat.potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi
kompos

Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya


Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal
dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di
berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri
yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri
kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan
bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain:
1. Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi
2. Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi
3. Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas,
baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan
4. Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.

Kendala-Kendala Pengembangan Industri Kelapa Sawit Nasional


Secara fakta, prospek industri kelapa sawit di Indonesia cukup baik, tetapi dalam pelaksanaan
pengembangannya cukup banyak kendala yang dihadapi diantaranya adalah:
1. Kebijakan yang saling tumpang tindih antara pusat dan daerah, seperti ijin pembukaan lahan
yang kadang membuat para pelaku bisnis ragu-ragu dalam bertindak dan mengakibatkan
biaya besar.
2. Infrastruktur yang belum memadai terutama pelabuhan ekspor. Diprediksikan dengan
pertumbuhan lahan kelapa sawit yang signifikan (jika tidak didukung adanya penambahan
kapasitas pelabuhan baik perluasan atau penambahan pelabuhan baru) maka industri kelapa
sawit dalam 10 tahun bisa terganggu karena akan banyak hasil produksi yang tidak dapat
11
diekspor, sementara daya tampung dalam negeri akan semakin terbatas apalagi jika program
bio diesel pemerintah tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
3. Tumbuhnya industri hilir tidak secepat pertumbuhan industri kelapa sawit itu sendiri,
mengakibatkan nilai jual hasil minyak kelapa sawit Indonesia bernilai rendah
(Tryfino.2006:2). Ekspor Indonesia baru 42% yang sudah berupa produk turunan kelapa
sawit, sedangkan ekspor industri kelapa sawit Malaysia sudah 80% lebih berupa produk
turunan.
4. Belum adanya bukti yang jelas dari pemerintah untuk mengembangkan industri ini, padahal
pemerintah telah mengklem bahwa sektor ini adalah sektor unggulan Indonesia untuk ekspor
non migas dan penyerapan tenaga kerja.

12
Penutup
Kesimpulan

Prospek pertumbuhan industri kelapa sawit ini sangat cerah mengingat permintaannya
yang terus meningkat, baik akibat dari pertambahan yang alami seperti kenaikan pertambahan
penduduk yang otomatis akan meningkatan permintaan minyak goreng, berkembangnya
industri hilir, dan yang terakhir yang cukup mempengaruhi kenaikan permintaan CPO dunia
secara signifikan yaitu pengembangan energi alternatif pengganti minyak bumi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat diuntungkan dengan adanya
perubahan penggunaan energi dunia ini karena hanya dua negara yang mendominasi
industri/perkebunan kelapa sawit, yaitu Malaysia dan Indonesia. Malaysia pertumbuhannya
cenderung melambat karena adanya keterbatasan lahan, sedangkan di Indonesia potensi
pengembangan lahannya masih terbuka luas.

Saran
1. Untuk mendapatkan hasil yang efektif perluh dilakukan pengembangan pabrik dan jalur
transportasinya untuk mendapatkan efektifitas dan efisiensi kerja yang lebih baik dalam
berproduksi CPO.
2. Sebaiknya perusahaan membuat suatu rencana kerja sehingga produksi CPO akan semakin
optimal dan juga perencanaan produksi yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang
apabila pabrik telah berjalan.

13
Rekomendasi

14
Daftar Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41203/5/Chapter%20I.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai