DOSEN PENGAMPU:
Disusun oleh :
BTP-3A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit yang berjudul Sejarah Tanaman Kelapa
Sawit ini tepat pada waktunya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Lili Nurdianti
NIM 4072020028
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Tujuan ...................................................................................................2
1.3. Rumusan masalah..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Tanaman Kelapa Sawit........................................................3
2.2. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit.............................................................5
2.2.1 Introduksi Tanaman Kelapa Sawit Ke Indonesia.............................5
2.2.2 Awal Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia (1911 – 1945).....7
2.2.3 Perkembangan Kelapa Sawit Pasca Kemerdekaan..........................8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..........................................................................................10
3.2. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
minyak nabati utama dunia. Dengan demikian, telah terjadi perubahan pangsa
minyak sawit dan minyak kedelai dalam pasar minyak nabati dunia. Pangsa
minyak sawit meningkat dari 26%(1980) menjadi 41%(2014).
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu kelapa sawit
Untuk mengetahui sejarah tanaman Kelapa Sawit
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum, kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah. Bagian dari kelapa sawit yang dilolah menjadi minyak
adalah buah. Arecaceae dewasa bertangkai tunggal, dan dapat tumbuh dengan
ketinggian lebih dari 20 m (66 ft). Daunnya menyirip, dan panjang mencapai
antara 3–5 m (10–16 ft). Bunganya diproduksi dalam bentuk padat; masing-
masing bunga kecil, dengan tiga sepal dan tiga kelopak. Buahnya berwarna
kemerahan, seukuran plum besar, dan tumbuh dalam tandan besar. Setiap buah
3
terdiri dari lapisan luar yang mengandung minyak (perikarp), dengan biji tunggal
(inti sawit), juga kaya akan minyak. Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya
dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah
dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah
ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah
tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul
dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah
sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak
bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan
sendirinya. Buah terdiri dari tiga lapisan:
4
dan bakal akar (radikula). Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit
dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). pohon kelapa sawit
mulai berbuah saat berumur sekitar tiga tahun dan masa produktifnya rata-rata
sekitar 25 tahun. Buah kelapa sawit dapat dipanen selama 12 bulan dalam satu
tahun. Pohon kelapa sawit dewasa dapat tumbuh hingga mencapai 20 meter.
Setiap tandan buahnya mengandung minyak sekitar 50 persen. Biji buah sawit,
yang disebut kernel, menghasilkan palm kernel oil. Bunga jantan dan betna
terpisah namun berada pada satu pohon dan memiliki waktu pematangan berbeda
sehingga jarang terjadi penyerbukan sendiri. Batang tanaman ditutupi pelepah
hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun, pelepah mengering akan terlepas
sehingga penampilan mirip dengan batang pohon kelapa.
5
Buah kelapa sawit yang dipanen dari empat dura tersebut (sesuai laporan
Teysmann) didistribusikan secara gratis ke berbagai wilayah pada tahun 1853
(Rutgers et al, 1922). Pada tahun 1858, Sekretaris Kantor Kolonial (the
Secretary of the Colonial Office) di Hindia Belanda mengajak Pemerintah
Negara Belanda untuk menjajaki kemungkinan penanaman kelapa sawit di
Indonesia. Sebanyak 146 lot benih kelapa sawit didistribusikan ke: (i) Jawa dan
Madura (mencakup Bagelen, Banyumas, Banyuwangi, Bantam, Batavia,
Besuki, Cirebon, Yogyakarta, Jepara, Kediri, Kedu, Madiun, Madura, Pasuruan,
Pekalongan, Priangan, Probolinggo, Rembang, Semarang, Surabaya, Surakarta,
Tegal), (ii) Sumatera (Bengkulu, Lampung, Palembang, Sumatera Timur,
Sumatera Barat, Tapanuli, Riau), (iii) Kalimantan, (iv) Sulawesi, (v) Maluku,
(vi) Nusa Tenggara.
Pada 1875, benih kelapa sawit yang berasal dari Kebun Raya Bogor
ditanam di Distrik Deli Sumatera. Empat tahun kemudian pada 1879, J. Krol,
Kepala Deli Maaatschappij melaporkan ke Kebun Raya Bogor bahwa kelapa
sawit yang ditanam di Distrik Deli tumbuh dengan sangat baik (Rutgers et al.,
1922).
6
Kurangnya publikasi mengenai kegunaan kelapa sawit pada masa
tersebut menyebabkan tidak adanya industri perkebunan kelapa sawit sebelum
tahun 1911. Ketidaktertarikan untuk mengusahakan kelapa sawit dikarenakan
ketiadaan industri pengolahan dan pada saat itu kelapa sawit tidak dapat
berkompetisi dengan tanaman kelapa. Meskipun hasil pengujian di plot-plot
percobaan menunjukkan hasil yang sangat baik, tetapi pengembangan kelapa
sawit pada skala ekonomi pada masa itu tidak segera dikembangkan oleh
Pemerintah Belanda. Dr Hunger dalam tulisannya mengenai sejarah kelapa
sawit menyampaikan opini bahwa kegagalan dalam pengembangan kelapa sawit
di Jawa lebih karena sikap dari otoritas lokal yang tidak memiliki antusias untuk
mengembangkan lebih lanjut, dan menghentikan percobaan kelapa sawit
sesegera mungkin.
7
Liput pada tahun 1918.
Pada tahun 1922, jumlah perkebunan yang mengelola kelapa sawit
mencapai 25 maskapai di Sumatera Timur, delapan maskapai di Aceh, dan satu
maskapai di Sumatera Selatan dengan total luas area sekitar 6.916 ha dan
meningkat menjadi 31.600 ha pada tahun 1925 (Hartley, 1977). Pada tahun
1938, perkebunan kelapa sawit di Sumatera mencapai luasan 90.000 ha (Moll,
1987), dan terus meningkat menjadi 100.000 ha pada 1939 yang dikelola oleh
66 kebun (Lubis, 1992). Pada masa penjajahan Jepang 1942 - 1945, banyak
perkebunan kelapa sawit yang diganti dengan tanaman pangan dan pabrik
kelapa sawit dihentikan kegiatannya (Lubis, 1992). Setelah kemerdekaan, pada
tahun 1947 kebun-kebun tersebut dikembalikan ke pemiliknya semula. Setelah
direinventarisasi hanya 47 kebun saja yang dapat dibangun kembali dari 66
kebun sebelumnya. Beberapa kebun mengalami kehancuran total seperti Kebun
Taba Pingin dan Kebun Oud Wassenar di Sumatera Selatan, Kebun Ophir di
Sumatera Barat, Kebun Karang Inou di Aceh dan beberapa kebun di Riau
(Lubis, 1992).
8
tanaman, tembakau, gula dan serat pada 1963 – 1968, yang disusul dengan
pembentukan PT. Perkebunan (PTP).
Pulihnya keamanan dan politik setelah gerakan G30S/PKI serta
semangat membangun dari Pemerintahan Orde Baru banyak mengundang
perhatian investor asing seperti Bank Dunia dan Asian Development Bank
untuk berkontribusi dalam pembangunan perkebunan. Pada masa Pembangunan
Lima Tahun (Pelita) I yang dimulai pada 1968, pembukaan areal kelapa sawit
dilakukan di luar wilayah tradisional. Dalam upaya pengembangan perkebunan
besar swasta, Direktorat Jenderal Perkebunan menyusun kebijakan Perkebunan
Besar Swasta Nasional (PBSN) melalui mekanisme kredit pada tahun 1977.
Skema PBSN berjalan cukup baik dalam tiga tahap, yakni PBSN I pada 1977 –
1981, PBSN II 1981 – 1986, dan PBSN III pada 1986 – 1989 (Lubis, 1992).
Perkembangan industri kelapa sawit Indonesia tidak terlepas dari peran
bahan tanaman di dalamnya. Meski hanya berkontribusi 7-8% dari total biaya
produksi, namun keberadaan bahan tanaman sangat menentukan berhasil atau
tidaknya suatu perkebunan. Pemilihan bahan tanaman dengan kualitas unggul
menjamin tingkat produksi yang stabil untuk masa ekonomi selama 25 tahun.
Karakter unggul varietas kelapa sawit dapat dilihat dari mutu genetis (potensi
hasil tinggi), mutu fisiologis (daya tumbuh), dan mutu morfologis (keseragaman
dan higienitas benih). Hingga April 2015, Pemerintah Indonesia telah merilis 46
varietas kelapa sawit dengan berbagai karakter unggulan yang menyertainya.
Varietas-varietas ini berasal dari 11 produsen benih, yakni 10 produsen dalam
negeri dan 1 produsen dari luar negeri.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
Perkembangan luas areal kelapa sawit setelah masa penjajahan Jepang
hingga tahun 1969 hanya mengalami peningkatan sekitar 10.000 ha. Pada masa
setelah kemerdekaan, terjadi stagnasi dan situasi politik sangat tidak mendukung
perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia. Perkembangan industri kelapa
sawit Indonesia tidak terlepas dari peran bahan tanaman di dalamnya. Meski
hanya berkontribusi 7-8% dari total biaya produksi, namun keberadaan bahan
tanaman sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu perkebunan.
3.1 Saran
Makalah ini sebaiknya dipresentasikan agar para mahasiswa
dapat belajar bagaimana cara mempresentasikan hasil kerjanya
masing-masing
11
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, AU. 1978. Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Marihat. Pematang Siantar.
Lubis, R.A,. Akiyat, and B. Nouy. 1991. Synthetic comparison of yield evolution
in North Sumatra of the Marihat RCEC first cycle DxP crosses.
12