Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan pangan
setiap rumah tangga yang dapat dilihat dari indikator tersedianya pangan secara cukup, baik secara jumlah, mutu, keamannnya, dan keterjangkauannya. Ketahanan pangan sangat penting digalakkan pada sekarang ini, dikarenakan tingginya tingkat ketergantungan pada beras sebagai sumber pangan utama masyarakat Indonesia. Sehingga muncul beberapa solusi untuk menangani masalah ini, salah satunya penggalakan konsumsi gandum untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat harian masyarakat Indonesia. Gandum merupakan solusi selain sumber karbohidrat alternatif lainnya seperti Jagung, Sagu, dan Singkong. Biasanya gandum diproses menjadi tepung, dan tepung tersebut digunakan untuk membuat berbagai macam makanan seperti Roti, Kue, Mie dan olahan makanan lainnya. Data yang menunjukkan tingkat konsumsi beras mencapai 94,9 kg per kapita / tahun dengan total kebutuhan mencapai 29,6 juta ton / tahun menyebabkan adanya ketimpangan terhadap bahan pangan, hal ini dikarenakan jumlah permintaannya lebih besar dibanding jumlah produksinya. Oleh karena itu, timbul sebuah solusi dari Pemerintah Indonesia terkait penanganan masalah ini dengan melakukan penggalakkan penanaman gandum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum Indonesia mengalami kenaikan sejak 2016 hingga sekarang, yakni pada rentang 10- 11 juta ton setiap tahun. Momen itu bersamaan dengan jumlah konsumsi gandum yang melambung. Padahal pada periode 2012-2015, jumlah impor gandum Indonesia setiap tahun berada pada rentang 6,25-7,43 juta ton setiap tahun. Semakin berkembangnya pengetahuan, setiap masyarakat jadi lebih mengetahui bahwa adanya sumber karbohidrat selain beras yang lebih rendah gula dan lebih rendah kalori. Pemanfaatan gandum sebagai bahan pangan masih dianggap sebagai hal yang asing bagi masyarakat Indonesia, dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat terkait jenis sumber karbohidrat selain beras serta kebiasaan yang sudah dilakukan secara turun temurun dari era kolonialisme. Gandum memiliki lebih banyak manfaat yang terkandung didalamnya, Kandungan gluten pada gandum memungkinkan pangan dari komoditas ini bersifat kenyal, dan mengembang bila dipanaskan. Dalam kehidupan modern, pangan berbahan gandum mendominasi pasar swalayan, karena mudah diawetkan dalam bentuk roti, cake, biskuit, mie instan, dan lainnya. Besarnya impor gandum di Indonesia sering menimbulkan pertanyaan, mungkinkah gandum diproduksi di dalam negeri, guna mengurangi impor. Dikarenakan hanya ada satu komoditas gandum yang dapat tumbuh dan menghasilkan produk dengan baik di Indonesia. Menurut FAO (2015) produksi gandum dunia setiap tahun mencapai 800 juta ton hingga 855 juta. Negara pengekspor gandum terbesar di dunia adalah Amerika Serikat (24,67%), Australia (14,95%), Canada (14,51%), Negara Uni Eropa (13,15%), Argentina (6,35%), dan negara-negara produsen gandum lainnya (26,38%). Pada setiap akhir tahun selalu tersedia stok sisa gandum sekitar 7-14 juta ton, guna mengisi pasar internasional tahun berikutnya. Hal ini menyebabkan hampir tidak pernah terjadi kekurangan stok gandum di pasar dunia. Pola makan bangsa Indonesia yang terkait dengan terigu (gandum), nampaknya dibentuk oleh kampanye lewat iklan yang sangat gencar dan oleh penyediaan produk ‘siap saji secara mudah’ di seluruh pelosok negara. Sudah saatnya kita dapat memanfaatkan segala potensi alam yang ada di Indonesia guna mengatasi ketahanan pangan lokal ini demi keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia di masa yang akan datang.