Di susun oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Negara di kawasan Afrika, Asia Tengah, Asia Tenggara dan sebagian kecil
di Amerika Latin memiliki resiko lebih tinggi mengalami krisis pangan karena
lebih dari 35% atau lebih dari satu per tiga penduduknya kekurangan pangan.
Berdasarkan perkiraan neraca pangan dunia 2025 bahwa jumlah ketersediaan
pangan dan produksi pangan yang kurang dari permintaan pangan akan terjadi
ketidakseimbangan neraca pangan. Keadaan ketidak seimbangan neraca pangan
menyebabkan terjadinya penyaluran pangan dari Negara di Eropa dan Amerika
Utara kea rah negara yang rawan kekurangan pangan yaitu Afrika, Asia Tengah,
Asia Tenggara dan sebagian kecil di Amerika Latin. Beberapa Negara telah
mengantisipasi terjadinya krisis pangan dengan menjamin ketersediaan pangan
dan menjaga produksi, serta mengurangi ekspor (Dewan Ketahanan Pangan dan
Gizi, 2015).
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
PEMBAHASAN
Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang
terdiri dari subsistem ketersediaan meliput produksi, pasca panen dan pengolahan,
subsistem distribusi dan subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara
berkesinambungan. Ketiga subsistem tersebut merupakan satu kesatuan yang didukung
oleh adanya berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi.
Proses ini akan hanya akan berjalan dengan efisien oleh adanya partisipasi masyarakat
dan fasilitasi pemerintah.
Harga yang tinggi ini sudah membebani konsumen sekitar 98 miliar dollar AS
antara 2013 hingga 2015, bahkan melebihi jumlah pungutan Kebijakan Pertanian
Bersama Uni Eropa pada konsumen Eropa. Selain melambungnya harga pangan yang
memberatkan konsumen, petani justru tidak mendapatkan keuntungan dari hal ini.
Sebanyak dua per tiga dari petani Indonesia adalah konsumen yang terkena dampak dari
tingginya harga pangan. Mereka yang terdampak adalah para petani skala kecil yang
memegang kurang dari 0,25 hektar lahan di Jawa Tengah dan hanya menghasilkan Rp
500.000 atau sama dengan 36,35 dollar AS per orang per bulan. Kebijakan
swasembada, lanjutnya, dimaksudkan untuk melindungi petani. Tetapi para perantara,
penggilingan beras dan pedagang besar adalah pihak yang memperoleh manfaat terbesar
kebijakan ini.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Ketahanan pangan merupakan hal paling strategis bagi suatu Negara, karena
pangan adalah hal yang terpenting bagi kehidupan manusia. Dari permasalahan diatas
ada beberapa saran yaitu diversifikasi pangan, diversifikasi pangan adalah suatu proses
pemanfaatan dan pengembangan suatu bahan pangan sehingga penyediaannya beragam.
Saran lain yaitu pengembangan desa mandiri pangan, desa mandiri pangan ini bertujuan
untuk memberikan bantuan modal lunak kepada rumah tangga miskin agar dapat
mengembangkan usaha yang bisa menghasilkan uang sehingga kebutuhan makanan
dapat terpenuhi. Saran utama adalah pemerintah harus memperhatikan akses individu
terhadap pangan. Akses pangan tergantung dari pendapatan individu dan harga suatu
bahan pangan juga mempengaruhi akses individu tehadap pangan. Upaya untuk
meningkatkan akses individu terhadap pangan adalah peningkatan infrastruktur wilayah,
menstabilkan harga pangan dan non pangan, meningkatkan pendapatan
masyarakat,upaya peningkatan pengetahuan masyarakat akan pola makan bergizi dan
sehat, bantuan pangan (pemerintah, swasta, masyarakat.
REFERENSI
Artikel Kompas.com dengan judul "19,4 Juta Orang Indonesia Tidak Dapat Memenuhi
Kebutuhan Pangan", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/03/140000126/19-4-
juta-orang indonesia-tidak-dapat-memenuhi-kebutuhan-pangan?page=all.
Editor : Aprillia Ika
Rustanti, Ninik. 2015. Buku Ajar Ekonomi Pangan dan Gizi. Semarang :
Deepublish.