Anda di halaman 1dari 5

Tugas

Studi Kasus
Pertemuan 14 – 15

Mata Kuliah : Ketahanan Pangan

Dosen Pengajar : Ika Rifqiawati, M.Pd

Disusun oleh Anggota Kelompok 02:

Laila Zulfah Nur : (2228200010)

Suci Sekar Rahayu : (2228200018)

Adzraa Aqiilah Khansa Solihin : (2228200023)

Anida Wulandari : (2228200021)

Hanifah Nur Fatha : (2228200014)

PG PAUD : Kelas 2A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN AJARAN 2021
TUGAS STUDI KASUS
Pertanyaan untuk Diskusi Kelompok :
1. Apa saja tantangan dalam ketahanan pangan selain yang saya sudah jelaskan di VN?
2. Bacalah berita pada link berikut https://bantenhits.com/2021/04/06/lebih-dari-9-ribu-
anak-di-lebak-stunting-5-kecamatan-ini-penyumbang-terbesar/, dan diskusikan:
A. Apa saja penyebab stunting yang terjadi dalam berita tersebut?
B. Pemerintah Banten menyebutkan bahwa angka stunting di Banten menurun tahun ini

(bisa di googling), menurut kalian, apa yang menyebabkan angka stunting tersebut bisa
turun?
C. Coba diskusikan solusi apa yang bisa dilakukan untuk menanggulangi stunting!

Jawaban

1. Ada empat tantangan yang dihadapi dari sisi kebutuhan dan pemanfaatan pangan, yaitu
terkait dengan peningkatan pendapatan per kapita, peningkatan penduduk dan dinamika
karakteristik demografis, perubahan selera karena akses terhadap informasi atau
promosi pangan global yang sangat tinggi, dan persaingan pemanfaatan.
Laju pertumbuhan produksi pangan nasional rata-rata negatif, sedangkan laju
pertumbuhan penduduk selalu positif yang berarti kebutuhan terus meningkat.
Keragaan total produksi dan kebutuhan nasional dari tahun ke tahun pada tiga
komoditas pangan utama (padi, jagung dan kedelai) menunjukkan kesenjangan yang
terus melebar, terlebih pada komoditas kedelai. Konsekuensi dari lebarnya kesenjangan
ini adalah peningkatan jumlah impor dan ketergantungan pangan kepada negara lain.
Sebagai negara agraris yang mengandalkan pertanian sebagai tumpuan kehidupan
sebagian besar penduduknya, kenyataan ini cukup ironis. Hal ini akan menjadi
hambatan sekaligus tantangan besar dalam mewujudkan kemandirian pangan bagi
bangsa Indonesia. Oleh karena itu diperlukan langkah kerja yang serius untuk
mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri menuju kedaulatan pangan nasional.

1
Sistem ketahanan pangan di Indonesia terdiri atas 4 simpul yang saling terkait dan
penting untuk diperhatikan. Pertama adalah aspek ketersediaan. Kendala yang dihadapi
dalam peningkatan ketersediaan produksi pangan terutama adalah: (1) pertumbuhan
luas panen sangat terbatas karena (i) laju perluasan lahan pertanian baru sangat rendah,
(ii) konversi lahan pertanian ke non pertanian sulit dikendalikan, (iii) degradasi
sumberdaya air dan kinerja irigasi serta turunnya tingkat kesuburan fisik dan kimia
lahan pertanian; dan (2) adanya gejala kemandegan dalam pertumbuhan produktivitas
yang diduga kuat merupakan akibat dari: (i) intensifikasi pertanian berlebihan yang
kurang memperhatikan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan (intensitas tanam tinggi,
monokultur, dosis pupuk anorganik berlebih, sangat kurang/tanpa menggunakan pupuk
organik), dan (ii) rendahnya inovasi dan adopsi teknologi dalam pengembangan
komoditas pangan berdaya hasil tinggi akibat dari sangat terbatasnya anggaran dan
infrastruktur pendukung.
Pemanasan global turut berperan dalam ketersediaan pangan karena menimbulkan
periode musim hujan dan musim kemarau yang makin tidak menentu. Pola tanam dan
estimasi produksi pertanian serta persediaan stok pangan menjadi sulit diprediksi secara
baik. Dampak langsung dari pemanasan global adalah penurunan produktivitas dan
tingkat produksi sebagai akibat terganggunya siklus air karena perubahan pola hujan
dan meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim yang mengakibatkan pergeseran
waktu, musim, dan pola tanam. Selain itu, kelangkaan dan kompetisi pemanfaatan
sumber daya (lahan dan air) pun terus berlanjut, sehingga produksi pangan semakin
menurun.
Aspek kedua adalah akses terhadap pangan. Hal ini berhubungan dengan jumlah
penduduk miskin yang masih tinggi di Indonesia.
Aspek ketiga adalah stabilitas. Tantangan dari aspek stabilitas adalah dampak negatif
dari ketergantungan terhadap beras (sisi konsumsi) dan masih rendahnya kinerja
manajemen risiko pada aspek produksi dan sistem distribusi (sisi produksi).
Ketergantungan yang berlebihan pada beras menyebabkan tertutupnya sebagian besar
peluang untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan yang sebenarnya dapat
mensubstitusi beras. Kerawanan semakin bertambah akibat diversifikasi konsumsi
justru mengarah pada pangan olahan berbahan baku impor (gandum).
Aspek keempat adalah aspek pemanfaatan. Tantangan pada aspek ini terkait dengan:
(i) kurang berkembangnya diversifikasi konsumsi pangan, dan (ii) kombinasi dari

2
lemahnya penegakan hak-hak konsumen, dan rendahnya tingkat kesadaran terhadap
pentingnya keamanan pangan.
Keragaman sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang kita dimiliki adalah
merupakan keuntungan yang sangat besar dalam rangka mendukung peningkatan
konsumsi masyarakat menuju ketahanan pangan yang beragam dan bergizi seimbang.
Berbagai sumber pangan lokal selain padi yaitu aneka kacang dan umbi yang saat ini
dimiliki oleh seluruh wilayah, perlu terus dikembangkan untuk memenuhi
keanekaragaman pangan masyarakat sehingga kedaulatan pangan dapat diwujudkan.

2. A. Penyebab stunting yang terjadi dalam berita tersebut didominasi oleh para pengidap
yang disebabkan karena kekurangan gizi. Kekurangan gizi sendiri memang termasuk
ke dalam indikator stunting. Tidak hanya kurang gizi, Kesalahan Pengasuhan juga
merupakan salah satu indikatornya. Walaupun lebih sering terjadi pada masyarakat
berpendapatan rendah (orang tidak mampu), Bukan berarti anak-anak masyarakat
menengah dan masyarakat atas (orang mampu) tidak akan terkena stunting. Faktanya,
Anak – anak mereka juga memiliki peluang mengidap stunting karena stunting akan
tetap terjadi apabila Si Kecil tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup terlepas dari
berbagai latar belakang keluarganya.
B. Adanya program penanggulangan stunting dan gizi buruk yang didukung oleh semua
pihak yaitu sektor kesehatan, pangan, pertanian, pemukiman, agama, dan pendidikan.
1. Sektor pembangunan keluarga melalui penerapan 1000 hari pertama kehidupan.
2. Perbaikan gizi pada balita.
3. Sektor kesehatan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil.
4. Penimbangan setiap bulan yang diadakan di setiap Posyandu.
5. Kesadaran masyarakat akan kebersihan di lingkungan sekitar.
6. Membangun kembali ekonomi yang terburuk akibat wabah covid-19.
7. Mengembangkan pertanian dan memperbanyak proyek-proyek infrastruktur yang
mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi.
C. Solusi untuk menanggulangi stunting
Untuk menanggulangi stunting bisa kita lakukan dari awal misalnya dengan
mengadakan seminar atau perkumpulan yang membahas masalah mengenai stunting
tersebut kepada masyarakat baik remaja maupun dewasa. Dalam kasus stunting pada
anak umumnya dapat kita cegah dimulai dari masa kehamilan anak, pada masa
kehamilan rutinlah berkonsultasi mengenai pentingnya menjaga asupan makanan yang
3
dapat memenuhi kebutuhan gizi, stunting pun dapat dicegah dengan menghindari
paparan asap rokok. Stunting tidak dapat disembuhkan jika sejak anak dilahirkan tetapi
masih bisa diperbaiki dengan menerapkan gizi seimbang, dimana orang tua harus
memperhatikan kebutuhan – kebutuhan nutrisi pada anak, mengatur pola tidur anak
dengan baik, melakukan pemeriksaan ke Posyandu. Bukan hanya itu kita sebagai warga
negara sekaligus orang tua harus membantu tercapainya program – program
penanggulangan stunting yang ada di Indonesia seperti halnya pemberian makanan
tambahan (PMT), pemberian tablet tambah darah (TTD), dan meningkatkan cakupan
imunisasi untuk anak.

Anda mungkin juga menyukai