Anda di halaman 1dari 4

Tujuan tulisan

Isu mengenai kelaparan akan selalu menjadi isu penting bagi negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Namun, kini permasalahan mengenai kelaparan tidak hanya terbatas pada
persoalan negara, tetapi dunia juga memiliki andil yang besar dalam mengatasi persoalan ini.
Sehingga setiap program penanganan kelaparan harus dipahami secara menyeluruh dan saling
interdependen dengan beberapa program kegiatan lainnya. Tulisan ini disusun dengan tujuan
menyajikan solusi dalam mengatasi kelaparan dan malnutrisi melalui pendekatan pendidikan.

Deklarasi sgd
Lahirnya sebuah deklarasi Sustainable Development Goals atau biasa disebut SDGs tidak
lepas dari perkembangan dan program dari Millenium Development Goals atau biasa disebut
MDS’s. MDG’s memiliki delapan target yang bertujuan untuk memenuhi hak–hak setiap
individu, hak kebebasan dan pembangunan berkelanjutan. Namun, pada tahun 2015 program
MDGS berakhir dengan pencapaiannya yang belum terlaksana secara keseluruhan oleh setiap
negara yang ikut menandatangani program tersebut termasuk Indonesia. Hal itu menjadi sebuah
tantangan besar yang harus dicapai oleh setiap negara, sehingga dibentuklah SDGs yang
bertujuan melanjutkan program MDGs dengan adanya pembaruan serta tambahan disebabkan
tantangan dan permasalah yang dihadapi dunia semakin beragam.
SDGs yang dibentuk pada tahun 2015 memiliki 17 tujuan pembangunan berkelanjutan
(SGDs) atau tujuan global yang akan menjadi tuntunan kebijakan dan pendanaan untuk 15 tahun
ke depan (2030). Mengakhiri kelaparan menjadi poin kedua dalam strategi pencapaian target dan
indikator SDGs. Selain itu, isu kelaparan juga disandingkan dengan tujuan-tujuan lainnya, yaitu
mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, serta mencanangkan pertanian berkelanjutan.
kelaparan
Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi hasil dari kurangnya konsumsi pangan kronik.
Dalam jangka panjang, kelaparan kronis berakibat buruk pada derajat kesehatan masyarakat dan
menyebabkan tingginya pengeluaran masyarakat untuk kesehatan1. Kelaparan juga bisa diartikan
sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan nafsu atau selera makan akibat
hak pangan yang tidak terpenuhi. Latar belakang terjadinya kelaparan disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kurang tercapainya ketahanan pangan, rendahnya produktivitas pertanian, hingga
yang paling umum seperti faktor ekonomi yaitu kemiskinan. Sehingga tidak dapat dipungkiri
bahwa akibat dari isu kelaparan akan lebih mengancam kesehatan masyarakat seperti malnutrisi.
Kebijakan pemerintah dalam menangani masalah kelaparan
Kebijakan penanggulangan kelaparan antara lain tecermin dalam arah pembangunan pangan
dan gizi masyarakat yang diarahkan bagi pengembangan sistem ketahanan pangan. Tingkat
ketahanan pangan dalam suatu negara dapat mempengaruhi indeks kalaparan yang terjadi.
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan2. Jika suatu negara tidak dapat mencapai ketahanan pangan, maka permasalahan
seperti kelaparan akan terus menjadi ancaman nyata disebabkan tidak terpenuhinya aspek
ketersediaan, distribusi, dan konsumsi pangan masyarakat.
Sebaran indeks ketahanan pangan wilayah
Secara umum wilayah Indonesia bagian barat memiliki nilai IKP (Indeks Ketahanan
Pangan) lebih baik dibandingkan dengan Indonesia bagian timur. Wilayah yang masuk ke dalam
kelompok 1 adalah kabupaten/kota yang cenderung memiliki tingkat kerentanan yang lebih
tinggi daripada kabupaten/kota dengan kelompok diatasnya, sebaliknya wilayah pada kelompok
6 merupakan kabupaten/kota yang memiliki ketahanan pangan paling baik. Sebanyak 81
kabupaten atau 19,5% dari 416 kabupaten memiliki skor IKP yang rendah dengan sebaran
sebagai berikut: 26 kabupaten (6,3%) masuk kelompok 1, 21 kabupaten (5%) masuk kelompok 2
dan 34 kabupaten (8,2%) masuk kelompok 3. Dari 26 kabupaten kelompok 1, sebanyak 17
kabupaten berada di Provinsi Papua, 6 kabupaten di Provinsi Papua Barat, 2 kabupaten di
Provinsi Maluku dan 1 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan pada wilayah
kota, terdapat 2 kota (2%) yang masuk kelompok 1, yaitu Kota Subulussalam di Aceh dan Kota
Tual di Maluku, 2 kota (2%) yang masuk kelompok 2, yaitu Kota Gunung Sitoli di Sumatera
Utara dan Kota Pagar Alam di Sumatera Selatan, dan 3 kota (3,1%) yang masuk kelompok 3,
yaitu Kota Tanjung Balai di Sumatera Utara, Kota Lubuk Linggau di Sumatera Selatan, dan Kota
Tidore Kepulauan di Maluku Utara. Kabupaten-kabupaten dalam kelompok rentan pangan
kelompok 1-3 (81 kabupaten) diindikasikan oleh: i) tingginya rasio konsumsi per kapita terhadap
produksi bersih per kapita, ii) tingginya angka balita stunting, iii) tingginya penduduk miskin.
Sehingga rata-rata rasio konsumsi terhadap produksi pangan di daerah rentan pangan kelompok
1-3 adalah 3,92 2.
Sector sexy
Sektor pertanian merupakan sektor unggulan utama yang harus dikembangkan oleh
pemerintah Indonesia. Gambaran situasi pangan dunia menunjukkan bahwa perkiraan produksi
2011/2010 dibandingkan dengan periode sebelumnya menurun 1,4 persen. Demikian pula
dengan volume perdagangan global, serta stok pangan dunia cenderung menurun, sedangkan
konsumsi pangan naik akibat pertambahan penduduk dunia 3. Situasi ini perlu menjadi perhatian
semua negara guna mengantisipasi permasalahan krisis pangan dunia. Sudah menjadi kenyataan
bahwa hambatan utama peningkatan produktivitas pertanian adalah kurangnya investasi di
bidang pertanian. Padahal investasi di pertanian dan pedesaan inilah yang menjadi mesin
penggerak pembangunan masa depan. Menurut FAO, aliran dana untuk pertanian dunia hanya
US$ 24 juta per tahun, atau kurang 10 persen dari subsidi pertahun yang diberikan oleh negara-
negara maju (OECD) kepada petaninya.
Factor kelaparan-karena kemiskinan
Faktor terakhir yang menyebabkan semakin maraknya kelaparan adalah kemiskinan.
Kemiskinan mengindikasikan adanya ketidakmampuan orang untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar yang pada akhirnya membawa dampak ke berbagai permasalahan. Kemiskinan
akan mewariskan generasi yang kekurangan gizi, rentan terhadap penyakit, serta tidak mampu
menikmati pendidikan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 38,74 juta
jiwa. Jumlah ini terus menurun hingga pada tahun 2006 penduduk miskin di Indonesia naik
menjadi 39,3 juta. Meskipun jumlah penduduk miskin menunjukkan kecenderungan menurun,
namun hingga tahun 2013 secara absolut jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat
besar (28,55 juta jiwa)4. Masalah kemiskinan berkaitan erat dengan masalah ketahanan pangan,
karena daya beli masyarakat sangat menentukan kualitas pangan yang dikonsumsi. Makin tinggi
tingkat kemiskinan, ketahanan pangan bangsa akan semakin rapuh.
Menurut Statistik Kelaparan dari Program Pangan Dunia (WFP), tercatat 66 juta anak-anak
sekolah dasar masuk sekolah dalam keadaan lapar di negara-negara berkembang, di mana 23 juta
di antaranya berada di Afrika. Kelaparan yang terjadi pada anak-anak akan meningkatkan risiko
malnutrisi
Prevalensi kelaparan dapat dilihat dari indeks asupan energi. Tingkat kelaparan masyarakat
ternyata masih tinggi karena dua pertiga penduduk mendapatkan asupan energi kurang dari 2.100
kkal/hari.
Kelaparan dan kurang gizi merupakan penyebab kematian lebih dari 3,5 juta anak per tahun.
Diperkirakan biaya pangan yang tinggi akan memperlambat penurunan kemiskinan global
selama 7 tahun. Berarti target pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015
dalam menurunkan prevalensi kelaparan dan kemiskinan global memang tidak tercapai5.
solusi
Program makan siang di sekolah bisa menjadi salah satu solusi cerdas dalam melakukan
pendekatan untuk mengatasi penyebab kelaparan dan malnutrisi. Solusi tersebut seperti yang
tercantum dalam poin ke tiga dalam komponen-komponen utama pengalaman Brazil
mengahadapi zero hunger. Program makan siang sekolah yang ada saat ini diperluas meliputi
anak-anak pra-sekolah dan sekolah (47 juta anak). Sekolah diminta untuk membeli sekitar 30%
nilai pangan dari petani lokal skala-kecil melalui program pengadaan pangan langsung6.

1. AsiahHamzah. KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN KELAPARAN


DI INDONESIA: REALITA DAN PEMBELAJARAN. Jurnal AKK, Vol 1 No 1, September
2012, hal 1-55)
2. Indeks Ketahanan Pangan Indonesia 2018. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
3. FAO, (2010), Crop Prospects and Food Situation, No. 4 December 2010.
4. BPS, 2010, Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2010, Berita Resmi Statistik, BPS,
No.45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010, Jakarta.
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia
5. Kaman Nainggolan. Persoalan Pangan Global dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Pangan
Nasional 6 PANGAN, Vol. 20 No. 1 Maret 2011: 1-13
6. NOL KELAPARAN Pengalaman Brasil. Food and Agriculture Organization of the United
Nations Viale delle Terme di Caracalla 00153 Rome, Italy

Anda mungkin juga menyukai