Puji dan Syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya, Penulis bisa menyelesaikan penulisan Proposal tentang ‘PROGRAM
KETAHANAN PANGAN UNTUK ANAK USIA DINI’ di Mata Kuliah
Ketahanan Pangan ini.
Proposal ini disusun untuk menyelesaikan Tugas Kelompok Ujian Akhir
Semester 02 yang diberikan oleh Dosen Pengajar, juga untuk menambah
Pengetahuan khususnya bagi Penulis.
Penulis telah berusaha menyusun Proposal ini dengan baik, Penulis juga
menyadari bahwa Proposal ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam Proposal ini. Penulis
mengharapkan Saran serta Kritik dari Para Pembaca untuk membuat Proposal yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Terima kasih.
Penulis
Rabu, 25 Juni 2021
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
3.6. Kebaruan Program Dibanding Dengan Program Yang Sudah Ada ..................9
BAB 4 PENUTUP
4.2. Saran................................................................................................................10
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Selain beras terdapat banyak sekali makanan – makan yang dapat menjadi
pengganti nasi seperti jagung, umbi - umbian dan lainnya. Hal tersebut dapat kita
manfaatkan untuk mempertahankan pangan di Indonesia dengan memodifikasi
pangan lokal.
1.3. Tujuan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dengam cara
memodifikasi pangan lokal menjadi pangan utama terutama untuk dikonsumsi oleh
anak usia dini, meningkatkan selera makan anak usia dini, menambah gizi anak usia
dini, serta memperkenalkan berbagai bahan makanan yang dapat dikonsumsi
kepada anak usia dini selain nasi.
2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
3
c) Produktifitas pertanian yang relatif rendah dan bahkan tidak
meningkat.
d) Tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca panen.
e) Infrastruktur pertanian yang tidak bertambah dan kemampuannya
semakin menurun.
f) Kegagalan produksi karena faktor iklim yang sangat berdampak
pada musim kering dan banjir.
b. Faktor sosial-ekonomi
a) Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan
yang wajar dari pemerintah kecuali beras.
b) Penyedia sarana produksi yang belum sepenuhnya terjamin oleh
pemerintah.
c) Tata niaga produk pangan yang belum pro petani termasuk
kebijakan tarif impor yang melindungi kepentingan petani.
d) Sulitnya mencapai tingkat efisien yang tinggi dalam produksi
pangan karena besarnya jumlah petani dibandingan dengan
lahan produksi yang lebih sempit dan terfragmentasi.
e) Terbatasnya devisa untuk impor pangan.
2. Distribusi Pangan
Kegiatan menyalurkan bahan pangan dari petani produsen (point of
production) kepada konsumen akhir (point of consumption). Tidak hanya
menyangkut distribusi pangan dalam negeri namun juga menyangkut
perdagangan internasional dalam suatu sistem harga yang terintegrasi secara
tepat (Soetrisno, 2005). Permasalahan dalam distribusi pangan (Nainggolan,
2006) :
1) Prasarana distribusi darat dan antar pulau yang diperlukan untuk
menjangkau seluruh wilayah belum memadai, sehingga wilayah
terpencil masih mengalami keterbatasan pemasokan pangan pada
waktu tertentu.
2) Bervariasinya kemampuan produksi antar wilayah dan antar musim
menuntut kecermatan dalam proses mengelola sistem distribusi
4
pangan, agar pangan selalu tersedia sepanjang waktu dan diseluruh
wilayah konsumen.
3) Kelembagaan pemasaran belum mampu berperan baik sebagai
penyangga kestabilan distribusi maupun harga pangan. Ketika masa
panen, pasokan pangan berlimpah ke pasar sehingga menekan harga
produk pertanian dan mengurangi keuntungan usaha tani.
4) Keamanan jalur distribusi dan pungutan sepanjang jalur distribusi
dan pemasaran, mengakibatkan biaya distribusi yang sangat tinggi
pada sebagian produk pangan.
3. Konsumsi Pangan
Permasalahannya yaitu belum terpenuhinya kebutuhan akan pangan, karena
belum tercukupinya konsumsi energi. Konsumsi energi ini di Indonesia
masih lebih rendah dari yang direkomendasikan WKNPG VIII. Selanjutnya
adalah mengenai konsumsi energi yang sebagian besar di dapat dari padi-
padian.
5
Dampak yang diharapkan dari pengembangan dan komersialisasi produk pangan
berbahan jagung yaitu tumbuhnya industry pangan berbasis jagung, baik dari segi
produk setengah jadi bahkan produk olahan siap konsumsi. Hal ini diharapkan
berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, terutama di sentra pengembangan
jagung di Indonesia.
Kelebihan jagung sebagai bahan pangan yaitu dapat diolah dari jagung panen
muda hingga pipilan kering. Perbaikan suatu teknologi pengolahan, pengemasan
produk, dan keamanan pangan diharapkan akan lebih diminati oleh anak. Untuk
mendukung penyediaan jagung diperlukan varietas yang berproduktivitas dan
bernutrisi tinggi, kini telah tersedia varientas unggul jagung khususpangan hasil
penelitian Badan Litbang Pertanian.
6
BAB 3
PROFIL PROGRAM
7
Pokok-pokok visi ketahanan pangan yaitu Kondisi terpenuhinya pangan bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Misi program ketahanan pangan yaitu Ketahanan Pangan harus berperan
sebagai “lead institution” dalam mengoordinasikan perumusan kebijakan
ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan
pangan, dan pemanfaatan pangan. Dalam rangka memainkan peran tersebut agar
dapat mencapai visi yang telah ditetapkan, maka Badan Ketahanan Pangan
mengemban misi sebagai berikut:
8
baik, meningkatkan perekonomian masyarakat dan mensejahtrakan kehidupan
masyarakat.
9
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Makanan olahan pangan lokal merupakan makanan yang mengandung gizi
dan sehat untuk dikonsumsi dengan harga yang terjangkau. Berbagai varian rasa
dan bentuk diaplikasikan ke dalam produk agar konsumen tidak mudah bosan saat
mengonsumsinya. Dengan mengikuti program serta mengonsumsi makanan olahan
pangan lokal, Konsumen bisa berkontribusi dalam mendongkrak perekonomian
warga sekitar sekaligus memandirikan ketahanan pangan mereka, serta
menyehatkan diri konsumen dengan mengonsumsi makanan sehat ini dan bisa
mengenalkan anak ketahanan pangan kepada anak usia dini.
4.2. Saran
Dengan diadakannya program pengenalan pangan lokal ini, Kami memiliki
harapan bagi para orang tua, anak usia dini dan guru untuk mulai mengonsumsi
makanan olahan pangan lokal. Dari hal tersebut, Kita bisa menaikkan
perekonomian masyarakat lokal juga membiasakan anak/keluarga mereka
mengonsumsi makanan olahan pangan lokal agar kebutuhan gizi bisa tercukupi.
10
DAFTAR PUSTAKA
11