Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KETAHANAN PANGAN

Peluang Ketahanan Pangan Indonesia 2021

Disusun oleh:
Dennis Arthur Naibaho
3336210032
Teknik Sipil B

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


CILEGON – BANTEN
2021
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkatnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Peluang Ketahanan Pangan Indonesia 2021”.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen pada bidang studi Ketahanan Pangan Teknik Sipil. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang peluang ketahanan
pangan Indonesia pada tahun 2021 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Siti Asyiah, S.Pd., M.T.
bidang studi mata kuliah Ketahanan Pangan yang telah memeberikan tugas ii
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuan nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 23 November 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk hidup sehat,
aktif dan produktif secara berkelanjutan.
Potensial suatu daerah atau negara untuk mencapai ketahanan pangan
adalah peluang ketahanan pangan. Setiap daerah mempunya potensial atau peluang
ketahanan pangannya masing-masing. Peluang ketahanan pangan tersebut
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal ketahanan pangan. Peluang Internal
ketahanan pangan yaitu berupa diversifikasi pangan, penguatan kelembangaan,
pangan lokal, dan kebijakan pemerintah. Peluang Eksternal ketahanan pangan yaitu
berupa revolusi industri 4.0, perdagangan bebas dan fair trade, dan isu lingkungan
serta perkembangan berkelanjutan.
Ketahanan pangan suatu negara atau daerah akan sewaktu-waktu
mengalami perubahan, kearah yang baik atau buruk. Perubahan ini tentu saja di
pengaruhi oleh peluang pangan negara atau daerah tersebut. Pandemi COVID-19
juga menjadi faktor eksternal yang akan mempengaruhi peluang ketahanan pangan
tersebut. Semakin parah suatu negara terdampak pandemi, semakin parah dan
terancam pula ketahanan pangan negara tersebut.
Negara Kesatuan Republik Indonesia juga tidak terlepas dari hal ini. Kondisi
ketahahanan pangan Indonesia juga berubah-ubah. Baik saat pra-pandemi,
pandemi, dan pasca pandemi. Oleh karena itulah dibuat makalah ini untuk mengkaji
kondisi ketahanan pangan Indonesia pada saat pandemi COVID-19 2021,
mengetahui peluang internal ketahanan pangan, mengetahui peluang eksternal
ketahanan pangan, serta menjelaskan langkah perwujudan peluang ketahanan
pangan indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ketahanan pangan ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia pada Saat Pandemi
COVID-19 2021?
2. Jelaskan Peluang Internal Ketahanan Pangan!
3. Jelaskan Peluang Eksternal Ketahanan Pangan!
4. Bagaimana Indonesia Dapat Mewujudkan Ketahanan Pangan Dengan
Peluang Yang Dimiliki?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan makalah ketahanan pangan ini dibuat, yaitu sebagai
berikut:
1. Mengkaji Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia pada Saat Pandemi
COVID-19 2021.
2. Mengetahui Peluang Internal Ketahanan Pangan.
3. Mengetahui Peluang Eksternal Ketahanan Pangan.
4. Menjelaskan Langkah Perwujudan Peluang Ketahanan Pangan Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Ketahanan Pangan Indonesia Pada Pandemi 2021
Pandemi COVID-19 membuat banyak tantangan yang harus dihadapi oleh
Indonesia dalam proses masa pemulihan khususnya di sektor ekonomi dan juga
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan. Rilis terbaru Global
Hunger Index 2020 menunjukkan adanya perbaikan nilai indeks yang dimiliki
Indonesia menjadi 19,1 dari kategori “serius” menjadi kategori “moderat”. Posisi
Indonesia berada di peringkat 70 dari 107 negara di bawah skor indeks Vietnam
dan Filipina. Namun, ketahanan pangan secara nasional sedang menghadapi
tantangan resesi ekonomi dengan berkurangnya pendapatan masyarakat karena
adanya penurunan aktivitas usaha produktif, dan meningkatnya angka
pengangguran dan kemiskinan.
Persoalan ketahanan pangan di masa pandemi COVID-19 tidak dapat hanya
dilihat secara makro namun lebih konkrit adalah kondisinya di level rumah tangga.
Salah satu kekurangan dari agregasi data indeks ketahanan pangan adalah
penggunaan nilai rata-rata yang berarti bahwa wilayah dengan kriteria tahan pangan
tidak serta merta merepresentasikan kondisi ketahanan pangan tiap-tiap
masyarakatnya. Dengan demikian maka penting adanya analisis ketahanan pangan
pada tingkat rumah tangga. Pada akhir 2020, Pusat Penelitian Ekonomi LIPI (P2E
LIPI) melakukan kaji cepat melalui survei daring kepada masyarakat di level rumah
tangga untuk mengetahui dampak pandemi COVID-19 terhadap ketahanan pangan
rumah tangga. Dengan mengadopsi metode dari USDA, survei yang dilaksanakan
selama periode 15 September - 5 Oktober 2020 berhasil menjaring 1.489 responden
layak analisis dari 2.483 responden yang berpartisipasi secara daring tersebut.
Kondisi Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Indonesia Sebagian besar (64 persen)
rumah tangga responden berada dalam kategori tahan pangan (food secure). Namun
demikian, perhatian khusus perlu diberikan kepada kelompok rentan yang bekerja
di sektor informal dan berpendapatan tidak tetap serta kelompok rumah tangga
miskin. Selama pandemi COVID-19, kelompok ini menghadapi kondisi kerawanan
pangan, dimana 23,84 persen dalam kondisi rawan pangan tanpa kelaparan (food
insecure without hunger), sebanyak 10,14 persen dalam kondisi rawan pangan
dengan kelaparan moderat, dan 1,95 persen dalam kondisi ketahanan pangan
dengan kelaparan akut.
Harus diakui bahwa program jaring pengaman sosial selama masa pandemi
COVID-19 yang dilakukan oleh Pemerintah dan segenap elemen masyarakat
memberikan manfaat bagi masyarakat yang terdampak oleh pandemi ini. Sebanyak
25 persen responden merupakan penerima manfaat dari bantuan sosial yang
mengalir selama masa pandemi COVID-19. Namun demikian, mistargeting
bantuan sosial tidak dapat dihindari karena sejak awal memang ada persoalan dalam
penyediaan data calon penerima bantuan. Sebanyak 25,4 persen dari total
responden penerima manfaat bantuan sosial merupakan kelompok masyarakat
dengan tingkat pengeluaran rumah tangga hampir di atas Rp 5 juta per bulan. Jika
didasarkan pada kondisi ketahanan pangannya, dari sebesar 74,4 persen responden
non-penerima bantuan, sebanyak 20 persen di antaranya merupakan rumah tangga
dengan rawan pangan tanpa kelaparan, sebanyak 8,9 persen berada pada status
rawan pangan dengan kelaparan moderat, dan sebanyak 1,3 persen responden yang
tidak menerima bantuan berada pada status rawan pangan dengan kelaparan akut.
Hal yang menarik dari studi ini adalah bagaimana perilaku konsumsi pangan
masyarakat, terlepas dari daya belinya, memberikan pengaruh besar bagi ketahanan
pangan suatu rumah tangga. Ketidaktahanan pangan dapat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan tentang pangan dan gizi, perilaku dan pola konsumsi pangan, serta
preferensi diet dari masing-masing orang. Artinya, ketidaktahanan pangan tidak
selalu identik dengan kemiskinan saja, suatu rumah tangga dengan kondisi
kesejahteraan yang baik akan dapat mengalami masalah ketahanan pangan apabila
pola dan perilaku konsumsi pangannya tidak baik. Hal itu terekam dalam hasil
survei dengan adanya sebagian kecil rumah tangga (0,3 persen) dengan tingkat
pengeluaran menengah dan memiliki pekerjaan yang baik tetapi masuk dalam
kategori rumah tangga dengan kondisi rawan pangan. Bagi mereka yang mengalami
kesulitan memenuhi kebutuhan pangan. Strategi awal dimasa pandemi untuk
memenuhi kebutuhan pangan banyak dilakukan oleh masyarakat dengan cara
mengambil tabungan yang mereka miliki. Bila tabungan tidak mencukupi maka
mereka berusaha menjual aset likuid yang bisa dengan cepat menghasilkan uang.
Selain itu, upaya meminta bantuan kepada kerabat, saudara dan tetangga juga
dilakukan sebelum pada akhirnya terpaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhan
pangan mereka.
Kesimpulan dari kaji cepat yang dilakukan Pusat Penelitian Ekonomi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menunjukkan bahwa pandemi COVID-19
memberikan dampak buruk bagi kondisi ketahanan pangan rumah tangga
khususnya kelompok rentan. Berbagai skema bantuan sosial untuk mempengaruhi
ketahanan pangan rumah tangga dan meningkatkan daya beli masyarakat selama
pandemi sangat membantu masyarakat penerimanya. Oleh karena itu, optimisme
baru dengan mulai berjalannya program vaksinasi bisa menjadi momentum bagi
perbaikan dan peningkatan kondisi ketahanan pangan nasional yang dimulai dari
tingkat rumah tangga. Adanya pandemi COVID-19 telah membuat adanya
perubahan perilaku konsumsi pangan rumah tangga dengan lebih banyak aktivitas
di rumah. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan
kesadaran masyarakat tentang perlunya menyeimbangkan pola konsumsi pada
pilihan-pilihan makanan yang tidak sekedar membuat kenyang tetapi juga mampu
memenuhi kebutuhan gizi.
Program bantuan sosial yang sudah ditetapkan pemerintah untuk
diperpanjang pada tahun 2021 harus meminimalisir resiko, tidak hanya pada
pencegahan penyalahgunaan dana bantuan tetapi juga ketepatan data penerima
bantuannya. Pemerintah harus memperbaiki data kependudukan dan data penerima
bantuan jaring pengaman sosial agar implementasinya menjadi lebih tepat sasaran
dan dapat membantu masyarakat memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga
bisa mengurangi resiko rawan pangan di level rumah tangga.

2.2 Peluang Internal Ketahanan Pangan


Peluang internal ketahanan pangan adalah sebuah potensial atau peluang
yang berasal dari dalam negara ataupun daerah itu sendiri. Peluang internal
ketahanan pangan dapat dibagi sebagai berikut.
1. Diversifikasi Pangan
Diversifikasi pangan merupakan salah satu upaya dalam mencapai
ketahanan pangan nasional. Diversifikasi pangan tidak saja dimaksudkan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan membudayakan pola
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman serta sesuai
dengan potensi dan kearifan lokal, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan
dan ketersediaan pangan masyarakat. Diversifikasi pangan Indonesia cukup
sulit dilakukan karena kentalnya pola pikir makanan pokok harus berupa
nasi.
Target utama diversifikasi pangan adalah pengoptimalan daya guna
pangan lokal. Ini menjadi dasar penelitian tentang diversifikasi pangan,
sehingga penelitian cenderung ke arah subtitusi terigu dengan tepung dari
pangan lokal dan pengubahan bentuk pangan lokal yaitu beras analog.
Diversifikasi pangan menjadi peluang internal ketahanan pangan
karena keanekaragaman pangan adalah isu dari dalam suatu negara tersebut.
Dengan diversifikasi pangan, ketergantungan yang sangat besar akan suatu
bahan pangan akan tidak ada, sehingga tidak akan terjadi kekurangan
produksi suatu pangan, sehingga menjamin ketahanan pangan
2. Pangan Lokal
Pangan lokal adalah sebuah sumber daya yang berharga bagi suatu
daerah atau negara. Semakin banyak, beragam dan berkualitas pangan lokal
tersebut, maka akan semakin terjamin ketahanan pangan negara tersebut.
Pangan lokal indonesia berupa beras analog, beras jagung, beras singkong,
sagu, talas, sukun dan ubi jalar. Dalam perihal ini Indonesia memiliki bahan
pangan lokal yang beragam, tapi pangan lokal yang menjadi ketergantungan
mayoritas masyarakat adalah beras analog. Walaupun beras analog
Indonesia produksinya cenderung mencukupi, ketergantungan ini tetaplah
berbahaya, jika terjadi gagal pangan, permintaan yang tinggi, ataupun beras
impor yang berlebihan. Beras analog lokal dapat mengalami kelangkaan
atau ketidakstabilan harga
3. Penguatan Kelembagaan
Kelembagaan pangan suatu negara yang akan mengolah dan
mengatur segala macam isu pangan yang terjadi. Tanpa adanya
kelembagaan yang memadai, maka ketahanan pangan negara itu cenderung
terancam. Indonesia memiliki beberapa lembaga yang mengurusi atau ikut
campur dalam isu ketahanan pangan yaitu Badan Ketahanan Pangan,
Kementrian Pangan, dan Badan Pangan Nasional.
4. Kebijakan Pemerintah
Sasaran RPJMN 2015-2019 dalam bidang pangan untuk memperkuat
kedaulatan pangan yaitu tercapainya peningkatan ketersediaan pangan
yang bersumber dari produksi dalam negeri. Kebijakan pembangunan
tersebut perlu termuat pada termuat dalam Rencana Pembangunan Daerah
(RPJD) sebagai realisasi rencana pembangunan nasional. Daerah
menetapkan RPJMN dan RPJPD yang berfungsi sebagai dokumen
perencanaan. Kebijakan daerah bidang pembangunan ketahanan pangan
sebaiknya memuat kebijakan pengentasan kemiskinan berbasiskan
kegiatan ekonomi kerakyatan serta pembangunan yang berwawasan
lingkungan dan kesinambungan.
Lumbung pangan merupakan lembaga cadangan pangan di daerah
perdesaan, berperan dalam mengatasi kerawanan pangan masyarakat.
Lumbung pangan telah ada sejalan dengan budaya padi dan menjadi
bagian dari sistem cadangan pangan masyarakat. Keberadaan lumbung
pangan jika dikuatkan akan meningkatkan peran kelembagaan masyarakat
dalam mewujudkan ketahanan pangan.

2.3 Peluang Eksternal Ketahanan Pangan


Peluang internal ketahanan pangan adalah sebuah potensial atau peluang
yang berasal dari luar negara ataupun daerah itu sendiri. Peluang eksternal
ketahanan pangan dapat dibagi sebagai berikut.
1. Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data
terkini dalam teknologi pabrik, Istilah ini mencakup sistem cyber-physical,
internet untuk semua, komputasi cloud, dan komputasi kognitif. Industri 4.0
menghasilkan pabrik cerdas di dalam pabrik cerdas berstruktur moduler,
sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik
secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat internet
untuk semua, sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama satu sama
lain dengan manusia secara bersamaan. Lewat komputasi awan, layanan
internal dan lintas organisasi disediakan dan dimanfaatkan oleh berbagai
pihak dalam rantai harga.
Mulai dari Revolusi Industri pertama, yaitu mekanisasi atau mesin,
kekuatan air dan uap. Revolusi Industri kedua, yaitu produksi masal, garis
perhubungan dan listrik. Revolusi industri ketiga yaitu komputer dan sistem
otomatis. Hingga Revolusi Industri keempat yaitu sistem siber-fisik.
Revolusi industri menggambarkan perkembangan industri yang setiap
zamannya akan berubah. Perubahan zaman inilah yang akan mendorong
inovasi dan langkah-langkah baru.
Revolusi Industri akan selalu mempengaruhi segala macam proses
kegiatan manusia termasuk juga ketahanan pangan. Pada Revolusi Industri
Keempat akan ditekankan penerapan internet, pabrik cerdas, yang akan
bekerja sama dengan manusia. Berbagai sarana yang mendukung gerakan
revolusi ini akan menjadi asset bagi negara tersebut. Misalnya jika negara
tersebut memiliki jaringan internet yang bagus dan memadai, lalu
mempunyai pabrik manufaktur yang cerdas, serta sumber daya manusia
yang handal dan maju, negara tersebut akan maju secara drastis.
Adanya internet dan pabrik cerdas menjadi peluang untuk
mewujudkan ketahanan pangan. Pembuatan pangan secara massal dan
efektif akan memenuhi kebutuhan pangan. Internet akan membuat
komunikasi antar daerah maupun individu untuk memenuhi kebutuhan
pangan, serta kendali jarak jauh atas teknologi pangan.
2. Perdagangan Bebas dan Fair Trade
Perdagangan bebas atau free trade adalah sebuah kebijakan dimana
pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap impor atau ekspor.
Sedangkan Perdagangan adil atau fair trade adalah sebuah gerakan sosial
yang bertujuan membantu produsen di negara berkembang untuk menikmati
perdagangan yang lebih baik dan memperkenalkan keberlanjutan
lingkungan. Anggota gerakan ini mendukung pembayaran harga yang lebih
tinggi kepada eksportir dan peningkatan standar sosial dan lingkungan.
Indonesia kini dianggap sebagai negara maju dan Indonesia juga mengikuti
perdagangan bebas dan fair trade.
Perdagangan bebas dan fair trade akan mengatur tentang Impor dan
Ekspor Indonesia. Perdagangan bebas akan mengakibatkan Indonesia tidak
bisa menghentikan barang ekspor atau impor keluar masuk Indonesia.
Artinya Indonesia harus bisa mempunyai kesadaran sendiri untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri walaupun pangan impor tetap ada. Fair
trade akan mengakibatkan barang impor menjadi mahal, tapi barang yang
diekspor juga akan menjadi lebih berharga. Dalam hal pangan hal ini berarti
ekspor dan impor pangan akan menjadi ladang penghasilan bagi sejumlah
pihak dan pengambilan keuntungan yang berlebihan akan menyebabkan
barang impor dan ekspor yang tak terkendali. Untuk itu Indonesia harus
tetap menjalankan kebijakan dan regulasi, tanpa harus mendiskriminasi dan
merendahkan nilai barang ekspor dan impor, terutama bahan pangan.
3. Isu Lingkungan dan Perkembangan Berkelanjutan
Permasalahan dan tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan
Indonesia berkelanjutan bersifat multidimensi, mencakup aspek ekonomi,
sosial, politik, dan lingkungan. Indentifikasi permasalahan dan tantangan
tersebut dapat dilakukan melalui analisis penawaran dan permintaan
pangan. Dari sisi penawaran, tantangan tersebut diantaranya berupa
persaingan pemanfaatan sumber daya alam, dampak perubahan iklim
global, dan dominasi usahatani skala kecil. Dari sisi permintaan, diantara
tantangan tersebut adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi beserta
dinamika karakteristik demografisnya, perubahan selera konsumen, dan
persaingan permintaan komoditas pangan untuk konsumsi manusia, pakan,
dan bahan baku energi. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menganalisis
kondisi ketahanan pangan Indonesia saat ini, mengkaji tantangan 10 tahun
yang akan datang, dan merumuskan alternatif kebijakan untuk mewujudkan
ketahanan pangan Indonesia berkelanjutan menuju 2025. Dari hasil kajian
ini dapat disimpulkan bahwa selama lima tahun terakhir secara makro
Indonesia mampu menyediakan pangan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan warganya, namun kualitas konsumsi pangan rata-rata masyarakat
Indonesia masih di bawah rekomendasi para ahli gizi. Tantangan menuju
ketahanan pangan Indonesia berkelanjutan tahun 2025 akan semakin berat.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, dalam artikel ini disarankan perlunya
dilakukan penyesuaian arah kebijakan pembangunan ketahanan pangan,
khususnya dalam menetapkan tujuan, memilih cara mencapai tujuan, dan
menentukan sasaran ketahanan pangan nasional.

2.4 Mewujudkan Peluang Ketahanan Pangan Indonesia


Peluang ketahanan pangan harus pada dasarnya hanyalah sebuah peluang
dan potensi dari suatu negara atau daerah. Peluang ketahanan pangan Indonesia
berarti potensi, peluang, dan kesempatan baik dari dalam maupun dari luar
Indonesia yang akan mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia. Potensi, peluang,
dan kesempatan ini haruslah diwujudkan, tanpa adanya pengolahan yang baik,
kesadaran dari pemerintah dan masyarakat, maka peluang ini akan lenyap dan tidak
akan kembali lagi. Untuk itu terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
mewujudkan peluang ketahanan pangan ini sebagai berikut.
1. Menggencarkan diversifikasi pangan. Dengan menggencarkan diversifikasi
atau keragaman pangan pada masyarakat, nilai gizi masyarakat akan
meningkat dan tingkat ketergantungan beras masyarakat akan berkurang.
Selain itu diversifikasi pangan tentu akan bermanfaat bagi petani lokal,
hingga membuka kesempatan dan permintaan terhadap bahan pangan
tersebut, sehingga industri pertanian akan semakin maju. Dampaknya,
ketersediaan pangan akan terjamin.
2. Mengembangkan pangan lokal. Seperti diversifikasi pangan,
pengembangan pangan lokal akan membuat masyarakat tidak tergantung
pada beras sebagai makanan pokok. Dengan mengembangkan pangan lokal,
kita dapat mengurangi impor pangan karena kualitas pangan lokal lebih baik
dari pada impor. Sehingga masyarakat tidak akan ketergantungan pangan
impor.
3. Menguatkan dan mengaktifkan kelembagaan ketahanan pangan.
Kelembagaan akan mengatur dan mengawasi jalannya proses produksi,
distribusi dan konsumsi pangan. Tanpa kelembagaan ketahanan pangan
yang jelas, isu-isu ketahanan pangan akan terabaikan dan tindakan tidak
dapat diambil untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
4. Membuat dan menegakkan berbagai kebijakan pangan. Dunia akan terus
berkembang, hal baru akan selalu datang, begitu juga di bidang pangan.
Penegakan, pengembangan, dan pembuatan kebijakan ketahanan pangan
tentu harus dilakukan. Tanpa adanya regulasi dan pengawasan, ketahanan
pangan Indonesia menjadi kacau atau bahka diatur oleh negara lain,
membuat Indonesia terjajah dalam bidang pangan.
5. Penyesuaian terhadap revolusi industri. Perubahan dan revolusi industri
haruslah dijadikan pedoman dalam mengembangkan isu apapun, termasuk
ketahanan pangan. Mengikuti revolusi industri akan membuat
perkembangan drastis pada ketahanan pangan.
6. Memanfaatkan perdagangan bebas dan fair trade. Perdagangan bebas dan
fair trade adalah peluang ketahanan pangan yang harus dimanfaatkan
Indonesia.
7. Reservasi lingkungan. Pangan diambil oleh alam baik hewani maupun
nabati, tanpa adanya lingkungan yang sehat, tidak akan ada pangan yang
sehat. Perlindungan lingkungan harus dilakukan karena pada dasarnya
lingkungan penuh dengan sumber daya alam yang akan secara langsung
mempengaruhi pangan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari makalah infrastruktur pangan ini adalah
sebagai berikut:
1. Pandemi COVID-19 membuat banyak tantangan yang harus dihadapi oleh
Indonesia dalam proses masa pemulihan khususnya di sektor ekonomi dan
juga pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan. Rilis terbaru
Global Hunger Index 2020 menunjukkan adanya perbaikan nilai indeks
yang dimiliki Indonesia menjadi 19,1 dari kategori “serius” menjadi
kategori “moderat”. Posisi Indonesia berada di peringkat 70 dari 107 negara
di bawah skor indeks Vietnam dan Filipina. Namun, ketahanan pangan
secara nasional sedang menghadapi tantangan resesi ekonomi dengan
berkurangnya pendapatan masyarakat karena adanya penurunan aktivitas
usaha produktif, dan meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.
2. Peluang internal ketahanan pangan adalah sebuah potensial atau peluang
yang berasal dari dalam negara ataupun daerah itu sendiri. Peluang internal
ketahanan pangan yaitu diversifikasi pangan, pangan lokal, kelembagaan
dan kebijakan pemerintah.
3. Peluang internal ketahanan pangan adalah sebuah potensial atau peluang
yang berasal dari luar negara ataupun daerah itu sendiri. Peluang eksternal
ketahanan pangan yaitu revolusi industri 4.0, perdagangan bebas dan fair
trade, serta isu lingkungan dan pengembangan berkelanjutan.
4. Peluang ketahanan pangan Indonesia berarti potensi, peluang, dan
kesempatan baik dari dalam maupun dari luar Indonesia yang akan
mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia. Potensi, peluang, dan
kesempatan ini haruslah diwujudkan untuk itu terdapat beberapa hal yang
dapat dilakukan dalam mewujudkan peluang ketahanan pangan ini adalah
menggencarkan diversifikasi pangan, mengembangkan pangan lokal,
menguatkan dan mengaktifkan kelembagaan ketahanan pangan, penegakan,
pengembangan, dan pembuatan kebijakan ketahanan pangan, penyesuaian
terhadap revolusi industri, memanfaatkan perdagangan bebas dan fair trade,
serta reservasi atau pelestarian lingkungan.

3.2 Saran
Adapun saran yang diutarakan penulis untuk penulisan makalah selanjutnya
adalah Penulis mengharapkan semakin banyak penelitian, jurnal dan berita tentang
peluang dan kondisi ketahanan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Food Review Indonesia 2019. Peluang Ketahanan Pangan dan Gizi.
Foodreview.co.id
https://www.foodreview.co.id/blog-5669998-Peluang-Ketahanan-Pangan-
dan-Gizi.html
[2] Food Review Indonesia 2017. Komoditas Lokal: Peluang Meningkatkan
Ketahahanan Pangan. Foodreview.co.id
https://www.foodreview.co.id/blog-5669091-Komoditas-Lokal-Peluang-
Meningkatkan-Ketahanan-Pangan.html
[3] Purwanto, Esta Lestari. Ketahanan Pangan Indonesia Selama Pandemi:
Apa yang bisa dilakukan untuk Memperbaikinya?. Kompas.com
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2021/01/20/0
60800826/ketahanan-pangan-indonesia-selama-pandemi-apa-yang-bisa-
dilakukan-untuk
[4] Suryana, Achmad. Menuju Ketahanan Pangan Indonesia Berkelanjutan
2025: Tantangan Dan Penanganannya. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian 2014.
[5] Dariah, Ai. Memperkuat Daya Saing Produksi Pertanian. Isu Lingkungan
Sebagai Penentu Daya Saing Produk Pertanian. 2014

Anda mungkin juga menyukai