b.
c. Proses distribusi dan pertukaran pangan yang tersedia dengan sumber daya
yang dimiliki oleh individu/rumah tangga.
Ketiga hal tersebut, pada kondisi terjadinya permasalahan pangan yang akut atau
kronis dapat muncul secara stimultan dan bersifat relatif permanen. Sedangkan
pada kasus permasalahan pangan musiman dan sementara, faktor yang
berpengaruh hanya salah satu atau dua faktor yang tidak permanen.
Permasalahan pangan yang muncul tidak hanya persoalan produksi pangan semata,
namun juga merupakan masalah multidimensional, yakni juga mencakup masalah
pendidikan, tenaga kerja, kesehatan, kebutuhan dan prasarana fisik.
Permasalahan pangan tidak hanya ditentukan oleh tiga pilar tersebut namun oleh
sejumlah faktor berikut:
a.
Menurut staf khusus dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) (Herman Siregar), lahan
sawah terancam semakin cepat berkurang, walaupun sebenarnya lahan yang
secara potensial dapat digunakan, belum digunakan masih banyak.
Infrastruktur
Teknologi dan SDM merupakan dua faktor produksi yang sifatnya komplementer,
dan ini berlaku di semua sektor, termasuk pertanian. Kualitas SDM di sektor
pertanian sangat rendah jika dibandingkan di sektor-sektor ekonomi lainnya seperti
industri manufaktur, keuangan, dan jasa. Berdasarkan Sensus Pertanian 2003, lebih
dari 50% dari jumlah petani adalah dari kategori berpendidikan rendah, kebanyakan
hanya sekolah dasar (SD). Rendahnya pendidikan formal ini tentu sangat
berpengaruh terhadap kemampuan petani Indonesia mengadopsi teknologiteknologi baru, termasuk menggunakan traktor dan mesin pertanian lainnya secara
efisien.
d.
Energi
Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan
tidak langsung. Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak
(BBM) yang digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam
menggunakan traktor. Sedangkan lewat jalur tidak langsung adalah energi yang
digunakan oleh pabrik pupuk dan pabrik yang membuat input-input lainnya dan
alat-alat transportasi dan komunikasi
e.
Modal
Lingkungan Fisik/Iklim
Faktor manusia
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tubuh manusia, yaitu Usia, Jenis kelamin,
Ras, Sosial ekonomi, Penyakit-penyakit terdahulu, Cara Hidup, Hereditas, Nutrisi,
Imunitas.
2.
Terdiri dari Lingkungan biologis, Fisik, Sosial, Ekonomi. Mempunyai pengaruh &
peranan yang penting dalam interaksi antara manusia. Hubungan dengan
permasalahan gizi, yaitu: Daerah dimana buah-buahan & sayur mayur tidak selalu
tersedia, Tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat gizi sebagai tempat bermukim
Penyakit Infeksi
Telah lama diketahui adanya interaksi sinergistis antara malnutrisi dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun
masih ringan, mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap
infeksi. Hubungan ini sinergistis, sebab malnutrisi disertai infeksi pada umumnya
mempunyai konsekuensi yang lebih besar daripada sendiri-sendiri.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada tahun 2000 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan pernyataan
tentang perlunya upaya global untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui
Millenium Development Goals (MDGs). MDGs memiliki 8 tujuan, 18 target dan 48
indikator. Tujuan pertama dari MDGs adalah bahwa pada tahun 2015 setiap negara
diharapkan mampu untuk menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari
kondisi awal pada tahun 1990. Dua dari lima indikator sebagai penjabaran tujuan
pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita
(indikator keempat) dan menurunnya jumlah penduduk defisit energi atau
kelaparan (indikator kelima). Kedua indikator tersebut mencerminkan tingginya
keterkaitan antara kondisi ketahanan pangan dengan status gizi masyarakat.
Menggabungkan upaya untuk mewujudkan kedua indikator tersebut secara sinergis
merupakan langkah strategis yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pencapaian sasaran.
Sebagai negara dengan penduduk besar dan wilayah yang sangat luas, ketahanan
pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Permasalahan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika
kehidupan sosial politik Indonesia. Menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk
mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional, wilayah, rumah tangga dan
individu yang berbasiskan kemandirian penyediaan pangan domestik. Kemandirian
ini semakin penting ditengah kondisi dunia yang mengalami krisis pangan, energi
dan finansial yang ditandai dengan harga pangan internasional mengalami lonjakan
drastis; meningkatnya kebutuhan pangan untuk energi alternatif (bioenergi); resesi
ekonomi global yang berakibat semakin menurunnya daya beli masyarakat
terhadap pangan; serbuan pangan asing (westernisasi diet) berpotensi besar
penyebab gizi lebih dan meningkatkan ketergantungan pada impor.
Secara umum, permasalahan gizi dan pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: faktor demografi seperti pertambahan jumlah penduduk, laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, besarnya proporsi penduduk usia muda,
penyebaran penduduk yang tidak merata, dan perubahan susunan penduduk.
Faktor sosial ekonomi juga mendorong terjadinya peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang secara baik
langsung berpengaruh pada pendapatan keluarga. Selain itu, faktor lain yang
berpengaruh pada masalah gizi dan pangan adalah perkembangan IPTEK dimana
terjadinya arus moderenisasi yang membawa banyak perubahan pada pola hidup
masyarakat termasuk pada pola makan. Salah satu dampak dari arus moderenisasi
adalah meningkatnya konsumsi lemak. Tidak heran jika penyakit jantung koroner
cenderung meningkat.