Anda di halaman 1dari 4

Nama : Maria F.

Merentek

NIM : 711331118028

Prodi : Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika

MK : Ekonomi Pangan dan Gizi

Resume Permasalahan Pangan dan Gizi di tingkat Produksi

Indonesia diprediksi akan mengalami krisis pangan pada 2017 atau 7 tahun mendatang bila
melihat ketimpangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan lahan pangan yang makin tidak
seimbang dewasa ini.

Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 sampai 1,5 persen, sementara luas lahan pertanian tidak
mengalami penambahan, dikhawatirkan pada 7 atau 10 tahun nanti krisis pangan akan melanda
negara ini. Pasalnya, berdasarkan proyeksi kebutuhan beras bangsa Indonesia pada 2009,
diperlukan penambahan produksi beras sebanyak 1,8 juta ton atau setara dengan tiga juta ton
gabah kering giling setiap tahun. Untuk itu diperlukan penambahan areal sawah seluas 600.000
hektar.

Permasalahan yang paling besar dialami bangsa Indonesia saat ini terletak pada sektor
pertanahan, dengan kondisi negara sekarang mengalami keterbatasan sumberdaya lahan yang
cocok untuk dikembangkan. Sempitnya lahan yang dimiliki petani dan masalah sengketa tanah,
juga menjadi persoalan yang cukup besar dalam mengembangkan produksi pangan di Indonesia.
Tahun 2007, produksi padi Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik karena berdasarkan
Angka Ramalan III Badan Pusat Statistik (ARAM III BPS), produksi padi mengalami
peningkatan menjadi 57,05 juta ton GKG atau naik sekitar 4,76 persen dibanding tahun 2006.
Kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada pencapaian sasaran peningkatan produksi nasional
2007 yang ditargetkan sebanyak dua juta ton.

Kebutuhan lahan ini sebenarnya bisa saja dipenuhi bila tidak terjadi konversi lahan pertanian ke
peruntukan lain, seperti pabrik, mall dan permukiman. Ketersediaan lahan potensial untuk
perluasan areal tanaman pangan saat ini nyaris sudah tidak ada lagi. Saat ini, permasalahan yang
dihadapi bangsa Indonesia pada sektor pertanian adalah tingginya tekanan terhadap sumber daya
lahan karena terjadi peningkatan jumlah penduduk sekitar 1,34 persen per tahun, sementara luas
lahan pertanian relatif tetap. Bila hal ini tidak segera diatasi, bangsa Indonesia juga akan sulit
melepaskan diri dari ketergantungan pada pasokan pangan dari luar (impor).

Ketergantungan impor pangan bangsa Indonesia terhadap negara lain sangat tinggi. Saat ini,
bangsa Indonesia masih harus mengimpor gula mencapai 30 persen dari kebutuhan nasional.
Selain itu Indonesia juga harus mengimpor sekitar 600.000 ekor sapi atau 25 persen dari total
konsumsi daging sapi nasional. Begitu pula dengan garam, Kita mengimpor rata-rata satu juta
ton garam per tahun yang merupakan 50 persen dari kebutuhan garam nasional. Impor pangan
yang meningkat ini akan memperlemah pekonomian bangsa Indonesia karena devisa yang susah
payah diperoleh dibelanjakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif yang sebenarnya dapat
diproduksi sendiri. Selain masalah ketersediaan pangan, tantangan terbesar bangsa Indonesia
dalam bidang pertanian adalan peningkatan kualitas pangan rakyat. Hal ini dinilai penting karena
kualitas pangan dari Indonesia relatif kurang baik. Padahal, kualitas pangan tersebut sangat
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia baik secara fisik dan kecerdasan karena memenuhi
standar gizi. Tidak akan ada perbaikan kualitas SDM negara ini tanpa perbaikan gizi
masyarakatnya.

Masalah bidang produksi pangan lainnya yakni sentral produksi pangan hanya didaerah tertentu
hampir 60% dari produksi pangan Indonesia berasal dari jawa dengan 40 % diantaranya di Jawa
Timur, Sebuah provinsi di jawa yang luasnya hanya 2,5% dari luas dartan Indonesia dan dengan
jumlah penduduknya 14,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Pemusatan produksi
menimbullkan berbagai kerumitan dalam pemasaran dan distribusi pangan, mengingat bahwa
Indonesia adalah negara kepulauan dengan 3000 pulau yang didiami penduduk. Masalah lain
yang dihadapi keadaan geografis seperti terbatasnya persediaan sarana dan prasarana
perhubungan.

Selain itu, produksi pangan masih tergantung pada musim. Pada musim penghujan hasil panen
akan tinggi atau meningkat sedangkan pada musim kemarau hasil penen menurun. Produksi
pangan di Indonesia selain tidak merata menurut tempat, tetapi juga tidak merata menurut waktu.
Dilihat dari segi distribusi hampir 70% dari produksi pangan dari biji-bijian dipanen pada
periode januari sampai juni. Tampaklah bahwa tekanan terhadap distribusi pangan mempunyai
banyak kendala tambahan, di mana keadaan ini sudah tentu akan banyak berpengaruh terhadap
harga yang diterima petani maupun harga yang harus dibayar konsumen. Dalam hal ini petani
sering tidak diuntungkan dengan tidak mampunya pemerintah untuk memprediksi dan
menanggulangi hujan deras yang berakibat pada terendamnya tanaman pangan petani, bahkan
beberapa tanaman tersebut sudah siap panen. Walaupun pemerintah sudah menetapkan harga
dasar komoditas pertanian tertentu, tetapi sering kali pemerintah lamban dalam mengantisipasi
kecenderungan penurunan harga komoditas pertanian. Di Negara – Negara maju petani disubsidi
oleh pemerintah agar petani dapat menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat.

Di sisi lain produksi pangan bersifat fluktuasi, sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, gangguan
hama, penyakit dan gangguan alam. Dilain pihak konsumsi pangan cenderung meningkat
mengikuti pertambahan jumlah penduduk dan kenaiakan pendapatan.

Peningkatan produksi dan penyediaan pangan juga diarahkan untuk membantu usaha
peningkatan perbaikan gizi rakyat. Sam¬pai berapa jauh bantuan itu dapat berhasil akan
ditentukan oleh berbagai hal, terutama tingkat pendapatan keluarga, pen¬didikan, adat kebiasaan
makan, tingkat kesehatan dan sebagai¬nya. Oleh karena itu, maka seperti telah dikemukakan di
atas, meskipun persediaan konsumsi rata-rata kalori dan protein te¬lah melampaui kebutuhan
rata-rata penduduk, masih dijumpai berbagai masalah gizi yang dihadapi oleh sebagian golongan
penduduk.

Beberapa masalah gizi yang penanggulangannya masih perlu dilanjutkan dan ditingkatkan adalah
: kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A, anemia gizi besi dan gondok endemik.

Jumlah anak di bawah umur lima tahun (balita) yang mende¬rita KKP masih cukup besar
meskipun jumlahnya makin menurun. KKP selain menghambat pertumbuhan dan kecerdasan
anak, juga memudahkan anak menderita berbagai penyakit infeksi yang se-ring mengakibatkan
kematian. Tingginya angka kematian bayi dan anak balita erat kaitannya dengan KKP yang di
derita oleh golongan ini. Karena itu menurunkan jumlah penderita KKP me¬rupakan upaya
penting dalam rangka usaha menurunkan angka ke¬matian bayi.

KKP yang di derita oleh orang dewasa, masih dijumpai di beberapa daerah rawan pangan,
terutama bila terjadi kegagalan panen, bencana alam dan sebagainya. Dalam Repelita III suatu
sistem kewaspadaan pangan dan gizi telah mulai dikembangkan di beberapa daerah rawan
pangan, antara lain untuk mengamati dan mencegah timbulnya KKP akibat kegagalan panen dan
lain-lain.

Tingginya angka penderita KKP yang di derita oleh anak-anak balita ada hubungannya dengan
banyaknya bayi lahir de¬ngan berat kurang dari 2.500 gram. Hal ini diakibatkan oleh adanya
ibu-ibu hamil yang juga menderita KKP dan anemia gizi besi. Banyaknya bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram merupakan salah satu faktor penyebab dari tinggi¬nya angka
kematian bayi dan anak balita.

Anemia gizi sebagai akibat kekurangan zat besi dalam ma¬kanan sehari-hari selain di derita oleh
lebih kurang 70 persen ibu hamil, juga terdapat pada 40 persen anak balita dan 70 persen pada
buruh berpenghasilan rendah. Anemia gizi besi me nyebabkan anak-anak mudah terserang
penyakit infeksi dan ber¬kurang kecerdasannya. Pada orang dewasa anemia gizi menurun¬kan
produktifitas kerja.

Kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan kebutaan pada anak-anak, masih mengancam
kesehatan mata 16,4 per 1.000 anak balita. Di samping itu penyakit gondok endemik akibat
keku¬rangan garam yodium jumlahnya masih memprihatinkan, meskipun diperkirakan telah
mulai berkurang dibanding dengan keadaan dalam Repelita II berkat upaya penanggulangan
dengan suntikan larutan zat yodium dan yodisasi garam.

Anda mungkin juga menyukai