OLEH :
AGUNG SETIABUDI
2011 12 007
PENDAHULUAN
menerus baik secara fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai akses untuk
pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup aktif dan sehat”. Sebagai salah
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau.
pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal,
taraf hidup petani meningkat. Masih banyak petani sawah yang mengalami
krisis ekonomi yang tidak kunjung terselesaikan. Inilah yang membuat para
impor bahan pangan, mulai dari beras, daging sapi, kedelai, hingga bawang
hal itu terjadi. Salah satunya, data yang digunakan untuk membuat kebijakan
yang bersumber dari instansi resmi negara seringkali tidak sinkron satu sama
keluarganya. Oleh karena itu petani melakukan pekerjaan lain diluar status
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah yang akan dikaji
ini adalah:
berkaitan dengan topik penelitian dan merupakan salah satu syarat untuk
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi suatu sistem, yang merupakan rangkaian dari tiga komponen utama
Terwujudnya ketahanan pangan merupakan hasil kerja dari suatu sistem yang
pangan yang tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan jenisnya, serta
stabil dari waktu kewaktu. Sementara itu subsistem distribusi mencakup upaya
memperlancar proses peredaran pangan antar wilayah dan antar waktu serta
stabilitas harga pangan. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya akses
pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsi
tanpa memperhatikan asupan zat gizi yang cukup dan berimbang tidak efektif
bagi pembentukan manusia yang sehat, daya tahan tubuh yang baik, cerdas
Apabila ketiga subsistem diatas tidak tercapai, maka ketahanan pangan tidak
2003).
ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua
orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor,
harga yang tidak wajar, atau keadaan darurat karena adanya bencana
pangan masyarakat.
4. Bantuan pangan
terbatas dan menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan nasional.
Hal ini disebabkan oleh faktor faktor teknis dan sosial – ekonomi :
1. Teknis
(10-15%).
pemerintah.
b. Sulitnya mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam produksi pangan
karena besarnya jumlah petani (21 juta rumah tangga petani) dengan
0,5%/tahun).
c. Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang wajar
d. Tata niaga produk pangan yang belum pro petani termasuk kebijakan tarif
Skala usaha dalam suatu sistem usaha tani dapat diukur dengan
berbagai cara, antara lain dari investasi, biaya tetap, biaya variabel, total nilai
penjualan, luas areal tanam, dan jumlah satuan ternak. Perhitungan biaya setiap
luasan areal tanam atau satuan ternak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan
Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan petani pada saat memulai
usahanya dan yang akan dikeluarkan kembali pada saat atau usia ekonomis
investasi tersebut telah habis. Termasuk dalam biaya investasi adalah tanah,
Biaya tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani atau
peternak dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dalam suatu siklus
manajer.
Biaya operasional atau biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah
mineral, obat-obatan, serta tenaga pemelihara atau buruh. Total nilai penjualan
biasanya dihitung setiap tahun dan untuk menentukan besarnya pajak yang
harus dibayar. Cara seperti ini dilakukan di negara yang sudah maju dan
besar.
Skala usaha juga dapat diukur dengan melihat luas areal yang
diusahakan oleh petani atau satuan ternak yang dimiliki peternak. Dalam sistem
besarnya usaha.
Secara umum, karena adanya respons petani terhadap tingkat risiko usaha yang
dihadapi, maka skala usaha dapat dilihat dari keuntungan yang diperoleh dengan
kontribusi terhadap keuntungan tersebut. Untuk itu, skala usaha dapat dilihat dari
pada berbagai tingkat yang dikehendaki, sehingga dapat diketahui skala produksi
Oleh karena itu, penerapan sistem ini akan bervariasi pada setiap
menghasilkan pangan padi dengan jumlah yang besar. Pada kondisi ini apakah
Kabupaten Luwu mampu mengakses pangan dari hasil bertani dan bantuan
pemerintah melalui Raskin. Sehingga akses pangan masyarakat tani tidak begitu
jelas, maka dalam penelitian ini, mencoba menganalisis tingkat akses pangan
rumah tangga petani di desa Noling dan Buntu Batu, Berdasarkan skala
Ketahanan Pangan
Rumahtangga
Agroekosistem
Persawahan
Pangan Utama
Peningkatan
Ketersediaan Pangan
Rumahttangga
Peningkatan
Ketahanan Pangan
METODE PENELITIAN
pada asumsi bahwa kecamatan yang terpilih adalah kecamatan yang memiliki
areal persawahan yang luas. Berdasarkan data sekunder maka kecamatan yang
terplih untuk Kabupaten Luwu kecamatan yang terplih adalah Kecamatan Bupon.
desa yaitu desa yang dekat dengan ibu kota kecamatan dan desa yang terjauh
dari ibu kota kecamatan. Untuk Kecamatan Bupon desa yang terpilih adalah
usaha ditentukan pada 3 strata yaitu (1) rumahtangga petani yang memiliki luas
penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektar, (2) rumahtangga petani yang memiliki
luas penguasaan lahan 0,5 sampai 1,0 hektar dan (3) rumahtangga petani yang
memiliki luas penguasaan lahan lebih besar dari 1 hektar. Setelah populasi dari
setiap strata ditentukan maka jumlah sampel akan dipilih secara acak sederhana
yaitu, pangan produksi sendiri, pangan yang dibeli, bantuan pangan dan
cadangan pangan.
Data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data primer dan data
sedangkan data sekunder digunakan untuk mengkaji hal-hal yang terkait dengan
pada instansi yang terkait. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan
secara deskripsi kondisi sosial ekonomi rumahtangga petani yang terdiri dari