Anda di halaman 1dari 29

GIZI DAN PANGAN

SISTEM PANGAN DAN PERTANIAN SERTA DAMPAKNYA


PADA GIZI

OLEH KELOMPOK 4:

IRA NOVRIKA JALUKHU


MONICA AVENTINA SIMANJUNTAK
VENTINA ELISA SIMANJUNTAK
DISWANTO PUTRA
AGUNG KURNIAWAN
SATRIA FATHUR RAHMAN
DISWANTO IRA NOVRIKA AGUNG
PUTRA KURNIAWAN

MONICA VENTINA SATRIA


PENGERTIAN SISTEM PANGAN DAN GIZI

Sistem adalah Himpunan komponen2 yg saling berkaitan & bekerja


secara teratur untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan Pangan
adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.

No. 99, 1996 PERDAGANGAN, PANGAN, PERTANIAN,


KESEHATAN, ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3656) UNDANG UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN.

Pasal 1: Sistem pangan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan


pengaturan, pembinaan, dan atau pengawasan terhadap kegiatan atau
proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap
dikonsumsi manusia.
SUB SISTEM PANGAN DAN GIZI

Sub Sistem Ketersediaan (Produksi)

Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan


pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi
kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya.

Subsistem Distribusi

Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi


yang efektif dan efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar
seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah
dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang
terjangkau.
3. Subsistem Konsumsi

Subsistem konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola


pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu,
keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, Di
samping juga efisiensi untuk mencegah pemborosan.

4. Subsistem Status Gizi

Subsistem ini adalah outcome ketahanan pangan


yangmerupakan cerminan dari kualitas hidup seseorang.
Umumnya satus gizi ini diukur dengan angka harapan hidup,
tingkat gizi balita dan kematian bayi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
SUBSISTEM STATUS GIZI

a. Faktor langsung

1) Konsumsi makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga bergantung pada
jumlah dan jenis pangan yang dibeli, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan
makan secara perorangan. Hal ini tergantung pula pada pendapatan, agama, adat
kebiasaan dan pendidikan masyarakat bersangkutan.

2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi
dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya. Yang penting
adalah efek langsung dari infeksi sisitemik pada katabolisme jaringan. Walaupun
hanya terhadap infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.
b. Faktor tidak langsung

1) Kesediaan pangan ditingkat rumah tangga.


Hal ini terkait dengan produksi dan distribusi bahan makanan dalam jumlah yang
cukup mulai dari produsen sampai ke tingkat rumah tangga.

2) Daya beli keluarga yang kurang untuk memenuhi kebutuhan bahan


makanan bagi seluruh anggota keluarga
Hal ini terkait dengan masalah pekerjaan atau mata pencaharian atau penghasilan
suatu keluarga. Apabila pengasilan keluarga tidak cukup untuk membeli bahan
makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitas, maka konsumsi atau asupan gizi tiap
anggota keluarga akan berkurang yang pada gilirannya akan mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan otak mereka.

3) Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan


Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan daya beli memadai,
tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa menyebabkan keluarga tidak
menyediakan makanan beraneka ragam setiap hari bagi keluarganya. Pada gilirannya
asupan gizi tidak sesuai kebutuhan.
SUBSISTEM KONSUMSI

Menurut Sunita Almatsier, 2009 konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh
keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi
dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini bergantung pula pada
pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan masyarakat bersangkutan.
Sementara menurut Riyadi, 1996 pola konsumsi pangan dipengaruhi oleh banyak
faktor, diantaranya yang terpenting adalah :
1. Ketersediaan pangan, jenis dan jumlah pangan dalam pola makanan di suatu
daerah tertentu, biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan
yang telah ditanam. Bila pangan tersedia secara kontinyu, maka dapat membentuk
kebiasaan makan.
2. Pola sosial budaya, pola kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam memilih
pangan. Hal ini juga mempengaruhi jenis pangan apa yang harus diproduksi,
bagaimana cara pengolahannya, penyalurannya, penyiapannya, dan penyajiannya.

Pilihan pangan biasanya ditentukan oleh adanya faktor faktor penerimaan atau
penolakan terhadap pangan oleh seseorang atau sekelompok orang.
SUBSISTEM DISTRIBUSI

Kinerja subsistem distribusi dipengaruhi oleh:


1. Kondisi prasarana dan sarana, penyediaan prasarana dan sarana distribusi
pangan merupakan bagian dari fungsi fasilitasi pemerintah, yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan aspek efektivitas distribusi
pangan sekaligus aspek efisiensi secara ekonomi.

2. Kelembagaan, Lembaga pemasaran berperan menjaga kestabilan distribusi


dan harga pangan. Lembaga ini menggerakkan aliran produk pangan dari
sentra-sentra produksi ke sentra-sentra konsumsi, sehingga tercapai
keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan.

3. Peraturan-peraturan pemerintah daerah, seperti biaya retribusi dan


pungutan lainnya dapat mengakibatkan biaya tinggi yang mengurangi
efisiensi kinerja subsistem distribusi.
SUBSISTEM KETERSEDIAAN

1. Produksi dalam negeri, Dengan jumlah penduduk cukup besar dan


kemampuan ekonomi relatif lemah, maka kemauan untuk menjadi bangsa
yang mandiri di bidang pangan harus terus diupayakan.
2. Impor pangan sebagai alternatif terakhir untuk mengisi kesenjangan
antara produksi dan kebutuhan pangan dalam negeri, diatur sedemikian
rupa agar tidak merugikan kepentingan para produsen pangan di dalam
negeri, yang mayoritas petani skala kecil.
3. Pengolahan cadangan makanan, Cadangan pangan merupakan salah satu
sumber pasokan untuk mengisi kesenjangan antara produksi dan
kebutuhan dalam negeri atau daerah.
CARA PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN
PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
KANDUNGAN ZAT GIZI

Alat maupun cara yang digunakan untuk


memotong, mengangkut dan menyimpan makanan lain
yang digunakan akan berpengaruh terhadap nilai gizi
produk akhir.
Pengaruh Beberapa Cara Pengolahan Tradisional
Terhadap Kandungan Zat Gizi Pangan

Nilai gizi suatu bahan pangan dipengaruhi oleh


perlakuan yang diterima mulai saat panen atau
pemotongan sampai saat konsumsi.
Perkiraan mengenai besarnya kerugian pasca
panen untuk komoditi padi yang disebabkan karena
tiap langkah pengolahan pangan dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel 1 perkiraan kehilangan pasca panen padi


1. Perontokan

Sejumlah besar gabah dapat hilang selama proses perontokan. Berbagai


jenis mesin perontok telah dikenalkan ke banyak daerah hingga negara
berkembang tetapi membawa rangkaian problema tersendiri. Seringkali
penggunaan mesin perontok terhambat karena musim hujan dan kurangnya
suku cadang pada saat diperlukan.

2. Penggilingan dan Penumbukan

Serelia merupakan bagian penting dari susunan makan di Asia Tenggara


khususnya Indonesia, maka para ahli pertanian harus memperoleh pengertian
yang jelas mengenai cara bagaimana proses-proses yang digunakan untuk
penggilingan padi tersebut berpengaruh terhadap nilai gizinya. Terbuangnya
lapisan luar pada saat penggilingan akan menurunkan kandungan zat gizi
karena dedak dan isi biji mengandung sejumlah zat gizi.
3. Penggosokan (Pholishing)

Menggosok beras menghasilkan beras putih yang rendah


kandungan tiaminnya. Perebusan beras setengah masak sebelum
penggosokan membuat tiamin keluar dari lapisan luar gabah
masuk ke dalam endosperm yang berpati ini mengakibatkan
sedikit kehilangan vitamin ketika dilakukan penggosokan.

4. Fermentasi

Kadang-kadang bahan pangan difermentasi dalam keadaan


berudara (aerobik seperti pada pembuatan yogurt). Proses
fermentasi mempunyai pengaruh kecil pada nilai gizi pangan akan
tetapi proses tersebut pada dasarnya akan mengurangi jumlah
bakteri yang berbahaya.
5. Pengeringan

Aktivitas bakteri membutuhkan suasana lembab, jadi proses pengeringan


pangan yang akan menurunkan kandungan air membantu menghentikan
aktivitas bakteri. Untuk bahan pangan yang telah dikeringkan, nilai gizi akan
meningkat untuk zat yang tahan terhadap panas, cahaya, dan pengaruh udara
dalam jangka waktu lama. Suatu contoh adalah peningkatan nilai protein
dalam satu kilogram ikan kering bila dibandingkan dengan berat yang sama
dari ikan segar. Dalam proses pengeringan, vitamin yang larut air akan rusak
sebagian atau seluruhnya.

6. Pemasakan

Semakin lama suatu bahan pangan dimasak, semakin banyak pula vitamin
yang hilang dari bahan pangan tersebut. Nilai gizi yang sedikit yang terdapat
pada cairan perebus berasal dari garam mineral yang larut dan vitamin yang
tercuci keluar dari bahan pangan tersebut selama proses pemasakan.

Sumber : (Usman Pato dan


Yusmarini, 2004)
Program penganekaragaman pangan dan
hubungannya dengan ketersedian pangan,
konsumsi dan status gizi.

Penganekaragaman pangan adalah salah satu upaya untuk


meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan mutu gizi
makanan dengan pola konsumsi yang lebih beragam atau usaha untuk
lebih menganekaragamkan jenis konsumsi dan meningkatkan mutu gizi
makanan rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pengertian penganekaragaman pangan ini dapat dilihat dari dua aspek.


Pertama, penganekaragaman horizontal, yaitu upaya untuk
menganekaragamkan konsumsi dengan memperbanyak macam komoditas
pangan dan upaya meningkatkan produksi dari masing-masing komoditas
tersebut. Sebagai contoh, pengaturan komposisi makanan sehari-hari kita
di samping beras, juga umbi-umbian, sagu, kacang-kacangan, ikan, sayur,
buah dan lain-lainnya.
Kedua, penganekaragaman vertikal, yaitu upaya untuk mengolah
komoditas pangan, terutama non beras, sehingga mempunyai nilai
tambah dari segi ekonomi, nutrisi maupun sosial. Misalnya
mengolah jagung menjadi "corn flake", ubi kayu diolah menjadi
berbagai macam makanan, baik makanan pokok, maupun jajanan,
seperti misalnya kripik ("cassava chips").

Mutu gizi makanan penduduk ditentukan oleh jumlah dan macam


zat-zat gizi yang dimakan. Makin beragam sumber zat-zat gizi (dari
beragam bahan pangan) yang dikonsumsi seseorang makin besar
kemungkinan terpenuhi kebutuhan gizinya. Dengan demikian, dapat
kita mengerti betapa pentingnya program penganekaragaman pangan
ini.

Sumber : (Ariani, Mewa. 2006.)


Untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan:

Faktor kecukupan, yaitu tersedianya bahan pangan untuk mencukupi


kebutuhan. Penyediaan pangan ini sedapat mungkin diupayakan dari
dalam negeri. Impor dilakukan hanya apabila diperlukan, artinya apabila
produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi. Oleh karena itu harus
digali sumber pangan yang kita miliki dan ditingkatkan produksinya,
termasuk mengembangkan jenis pangan tradisional seperti: sagu, jagung,
ubi kayu, sukun dan lain-lain.

Faktor daya beli, yaitu tersedianya pendapatan yang memadai dan


kestabilan harga agar masyarakat mampu untuk membeli bahan makanan.

Faktor distribusi, yaitu tersedianya pangan yang cukup di seluruh


wilayah dalam waktu tertentu dan jumlah yang memadai.
Faktor gizi, yaitu tersedianya produksi pangan yang memenuhi
kebutuhan gizi, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Faktor kesadaran/pengetahuan gizi, yaitu kesadaran atau


pengetahuan penduduk mengenai gizi sehingga mereka
mengkonsumsi pangan sesuai dengan harapan (gizi seimbang).

Sebagai suatu negara kepulauan yang berpenduduk besar dengan


keragaman tingkat pembangunan dan pola pangan, maka peranan
pemerintah untuk menjamin ketahanan pangan food security bagi
masyarakat sangat besar dan hal itu tidak dapat sepenuhnya bersandar
pada mekanisme pasar bebas. Sehubungan dengan hal tersebut,
diperlukan suatu kebijaksanaan pemerintah yang disesuaikan dengan
kondisi objektif dan bila perlu dapat dilakukan campur tangan
langsung untuk menjamin tercapainya penyediaan pangan secara
cukup dan terjangkau daya beli masyarakat food stability.
Zat gizi atau unsur yang terdapat dalam bahan
makanan terdiri dari Karbohidrat, Protein, Vitamin,
Mineral dan air. Gizi seimbang menandahkan bahwa
unsur Karbohidrat, Protein, Vitamin, Mineral dan air
harus juga seimbang antara asupan unsur gizi tersebut
dengan kebutuhan unsur gizi tersebut dalam tubuh
seseorang.

Sumber : Sadjad, Sjamsoeoed. 2007.


Penganekaragaman pangan bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat. Untuk meningkatkan status gizi masyarakat perlu ditingkatkan
penyediaan beraneka ragam pangan dalam jumlah mencukupi, di samping
peningkatan daya beli masyarkat. Seiring dengan itu perlu dilakukan
upaya untuk mengubah perilaku masyarakat agar mengkonsumsi beraneka
ragam makanan yang bermutu gizi tinggi. Dalam REPELITA VI, salah
satu konsumsi pangan (Diversivikasi Konsumsi Pangan), yaitu yang
beraneka ragam untuk meningkatkan mutu gizinya. Pola konsumsi pangan
yang lebih banyak menekankan pada energy yang berasal dari karbohidrat
didorong untuk berubah kea rah pola pangan sesuai dengan Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS). Kebijaksanaan yang menyertai adalah
penyediaan berbagai komoditas pangan dalam jumlah cukup terutama ikan
dan sumber protein lainnya, sayuran, dan buah-buahan disamping
kebijaksanaan tentang harga yang terjangkau bagi masyarakat.
Faktor-faktor Pendukung Penganekaragaman :

1. Pendapatan
2. Pertumbuhan Ekspor dan Impor
3. Perubahan Pola Pangan
4. Penggunaan Bahan Bakar
5. Pengangkutan (Transportasi)

Sumber : (Usman Pato dan Yusmarini, 2004)


Pendapatan

Dengan meningkatnya pendapatan seseorang, akan terjadi perubahan-perubahan


dalam susunan makanan. Akan tetapi, pengeluaran uang lebih banyak untuk pangan tidak
menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. Kadang-kadang perubahan utama yang
terjadi adalah pangan yang dimakan lebih mahal. Akan tetapi karena bukti menunjukkan
bahwa kebiasaan pangan cenderung berubah sejalan dengan meningkatnya pendapatan,
mka masa pertumbuhan dalam pendapatan merubpakan saat yang baik untuk
mempromosikan deversifikasi makanan.

Pertumbuhan Ekspor dan Impor

Berbagai jenis pertumbuhan ekonomi adalah penting apabila suatu bangsa ingin
membangun situasi ekonomi yang mantap. Pertumbuhan ekonomi tergantung dari
kenaikan dalam pendapatan perorangan, perusahaan, dan koperasi serta dari perdagangan
internasional. Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Taiwan dan Muangthai adalah beberapa
Negara di Asia yang telah menunjukkan pertumbuhan ekonominya dalam dasawarsa yang
lampau. Hasil pangan dari Negara-negara tersebut telah meningkatkan secara tetap. Di
Korea Selatan, ekspor non-pangan telah menghasilkan cukup devisa untuk mengimpor
sejumlah besar pangan yang diperlukan untuk membantu meningkatkan status rakyat
Korea Selatan.
Perubahan Pola Pangan

Jika pendapatan naik di Asia Tenggara, pola-pola pangan juga ikut berubah.
Misalnya persentase uang yang dikeluarkan untuk daging meningkat. Daging
merupakan sumber protein yang mahal ditinjau dari sudut jumlah makanan ternak
yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging tersebut dan jumlah tanah yang
dibutuhkan untuk memliharanya. Dari usaha-usaha yang demikian itu,
kemungkinan besar untuk tumbuhnya kesempatan kerja dan industri rumah
tanggan lebih banyak. Pendekatan-pendekatan yang kreatif dan komprehensif perlu
diarahkan kepada system penganekaragaman pangan dan pengaruhnya pada pola
pangan.

Penggunaan Bahan Bakar

Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang pesat dan biaya bahan bakar
yang tinggi, kebijaksanaan pangan seharusnya mempromosikan diversifikasi
tanaman yang akan :
Memberikan hasil energy pangan tertinggi untuk investasi energy bahan bakar.
Memberikan kesempatan kerja bagi buruh tani.
Memenuhi kebutuhan gizzi para konsumen pangan.
Buah-buahan dan sayuran merupakan tanaman oenting untuk dimasukkan dalam
diversifikasi pangan, akan tetapi bahan-bahan tersebut bukan satu-satunya bahan makanan
yang ditambahkan. Pengembangan program pangan harus meliputi tanaman-tanaman
pangan yang :

Dapat menghasilkan nilai biologis yang tinggi dan sedapat mungkin memberikan zat-
zat gizi yang beraneka ragam.
Yang melengkapi nilai gizi tanman-tanaman pangan yang ada.
Yang efisien dalam energy bahan bakar.
Yang memberikan keuntungan-keuntungan ekonomi yang layak bagi para petani dan
buruh tani.

Pengangkutan (Transportasi)
Sistem pengangkutan yang semakin sempurna akan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pola perdagangan dan konsumsi pangan. Ini dapat membantu membuka
pasaran pangan tambhan dan bersamaan dengan itu memberikan kesempatan
penganekaragaman yang lebih besar. Sekarang bahan makanan lebih siap untuk
mengalirkan kepada yang lebih banyak orang dan dalam jumlah yang lebih besar dihampir
semua bagian dunia. Pengangkutan mendukung perluasan program penganekaragaman
pangan.

Sumber : (Usman Pato dan


Yusmarini, 2004)
Pangan adalah bahan makanan yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang di olah maupun yang tidak di olah. Pangan sebagai makanan atau minuman
bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan makanan, bahan baku pangan
dan bahan lainnya. Digunakan melalui proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan atau minuman dengan cara yang baik dan benar.

Sumber : (UU No 7 tahun 1996 tentang Pangan).

Hubungan Status Gizi dengan Ketersediaan pangan

Hubungan Status Gizi dengan Ketersediaan pangan dapat ditunjukkan oleh


konsep yang dikeluarkan oleh Unicef bahwa ketersediaan pangan yang cukup
di tingkat rumah tangga akan mempengaruhi dikonsumsi makanan semua
anggota keluarga dan selanjutnya status gizi yang baik atau seimbang dapat
diperoleh tubuh untuk tumbuh kembang, aktifitas, kecerdasan, pemeliharaan
kesehatan, penyembuhan penyakit dan proses biologis lainnya.

Sumber : (E. Kennedy, 2002).


SELESAI
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai