BAB II
TINJAUAN TEORI DAN
KEBIJAKAN
Dalam bab ini menguraikan beberapa teori dan kebijakan yang terkait dengan penyusunan peta
kerawanan pangan di Kabupaten Situbondo
2.1.
TINJAUAN TEORI
upaya
mewujudkan ketahanan pangan nasional harus lebih dipahami sebagai pemenuhan kondisi
kondisi : (1) Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, dengan
pengertian ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari
tanaman, ternak dan ikan dan memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, vitamin dan mineral
serta turunan, yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. (2)
Terpenuhinya pangan dengan kondisi aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang lain dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia, serta aman untuk kaidah agama. (3) Terpenuhinya pangan dengan
kondisi yang merata, diartikan bahwa distribusi pangan harus mendukung tersedianya
pangan pada setiap saat dan merata di seluruh tanah air. (4) Terpenuhinya pangan dengan
kondisi terjangkau, diartikan bahwa pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga
yang terjangkau.
Internasional Confrence in Nutrition, (FAO/WHO, 1992), bahwa ketahanan pangan
sebagai akses setiap rumah tangga atau individu untuk memperoleh pangan pada setiap
waktu untuk keperluan hidup sehat. World Food Summit 1996 memeperluas pengertian di
atas dengan persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai dan budaya setempat.
Sedangkan World Bank 1996, bahwa ketahanan Pangan adalah akses oleh semua orang
pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk kehidupan yang sehat dan aktif. Oxfam
II4
II4
Sedangkan
subsistem
konsumsi
menyangkut
pendidikan
masyarakat agar mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat
mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
Konsumsi pangan tanpa memperhatikan asupan zat gizi yang cukup dan berimbang tidak
efektif bagi pembentukan manusia yang sehat, daya tahan tubuh yang baik, cerdas dan
produktif (Thaha, dkk, 2000). Apabila ketiga subsistem diatas tidak tercapai, maka
ketahanan pangan tidak mungkin terbangun dan akibatnya menimbulkan kerawanan
pangan (Suryana, 2003).
2.1.3. Rawan pangan
Rawan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan untuk memperoleh
pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan berakvitas dengan baik. Rawan
pangan dapat dibedakan 2 jenis yaitu : (a) rawan pangan kronis, yaitu ketidak cukupan
pangan secara menetap akibat ketidakmampuan rumah tangga untuk memperoleh pangan
yang dibutuhkan melalui pembelian di pasar atau melalui produksi sendiri. Kondisi ini
berakar pada kemiskinan dan (b) rawan pangan transien/ transistori, yaitu penurunan akses
terhadap pangan yang dibutuhkan rumah tangga secara kontemporer. Hal ini disebabkan
adanya bencana alam, kerusuhan, musim yang menyimpang dan keadaan lain yang bersifat
mendadak,
sehingga menyebabkan
atau
II4
pendapatan
berlebih
lanjut
tidak
hanya
akan
meningkatkan
keanekaragaman konsumsi pangan, tetapi juga akan berakibat pada peningkatan konsumsi
lemak, protein hewani dan gula, termasuk peningkatan komsumsi pangan dari luar rumah.
Sedangkan disisi lain terjadi penurunan konsumsi pangan yang lebih murah, yaitu pangan
pokok berpati dan protein nabati (Soekirman, 2000).
2.1.6. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air
baik yang diolah maupan yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia yang termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
II4
II4
II4
II4
II4
Pangan
Sementara
(Transitory
food
insecurity),
yaitu
II4
II4
Jangka
Menengah
(RPJM)
2004-2009
menggambarkan
masih
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, yaitu belum terpenuhinya pangan yang layak
II4
hak
asasi
rakyat
akan
pangan
berhubungan
bagaimana
proses
II4
2.2.
spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta
bahkan data statistik.
Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan dalam penyelidikan ilmiah,
manajemen sumber daya, manajemen aset, perencanaan tata kota, katrografi, kriminologi,
sejarah, pemasaran, dan logistik. Sebagai contoh, penerapan SIG memungkinkan
perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana
alam. Selain itu, SIG juga dapat digunakan oleh pengguna jasa logistik untuk mengetahui
telah sampai dimana barang mereka.
Sistem Informasi Geografis dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem manual
(analog) dan sistem otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang paling
mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem manual sendiri telah dilakukan sejak
jaman prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya gambar binatang beserta rute
migrasinya yang dibuat sekitar 15.500 tahun lalu pada sebuah gua di Lascaux, Perancis.
Sedangkan
pada
era
modern,
sistem
manual
dilakukan
dengan
cara
II4
(garis,
titik,
dan
polygon).
Bentuk
titik
biasanya
digunakan
untuk
merepresentasikan suatu lokasi yang tidak luas, seperti sumur atau mobil. Bentuk garis
merupakan sekumpulan titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang satu dimensi
sederhana (garis lurus atau polyline) yang biasanya digunakan untuk merepresentasikan
informasi linier, seperti rel kereta apai, jalan raya, dan sungai.
Sedangkan bentuk polygon biasanya digunakan untuk merepresentasikan suatu
daerah
yang
cukup
luas,
seperti
danau,
hutan,
atau
luas
provinsi.
Bentuk
polygonmerupakan bentuk yang paling banyak digunakan dalam data spasial vektor.Data
vektor tidak perlu dipetakan (registrasi) seperti data raster. Hal ini karena biasanya data
vektor langsung dibuat menggunakan suatu program Sistem Informasi Geografis yang
secara otomatis memetakan bentuk geometri tersebut.
Selain data spasial, dalam Sistem Informasi geografis juga dikenal data atribut, atau
yang lebih dikenal dengan sebutan label. Penyajian data atribut bersifat menempel
(embedded) dengan data spasial. Dengan kata lain, data atribut tidak dapat ada sendiri
tanpa data spasial. Hal ini dikarenakan isi dari data atribut merupakan informasi yang terkait
II4
II4
Bidang
kesehatan,
(7).
Proses
kartografi.
Keunggulan
SIG
terletak
pada
kemampuannya memadukan data untuk memperoleh informasi baru berdasarkan data base
yang sudah ada, dan analisis keruangan serta integrasi. data vektor, raster, dan data atribut.
1. Komponen-komponen Sistem Informasi (SIG)
Secara umum Sistem Informasi Geografis (GIS) memiliki 5 (lima) komponen utama yang
satu sama lain sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan sistem tersebut dalam segala
keperluan, termasuk untuk keperluan pengembangan pada Sistem database. Pada gambar
II4
perumahan).
Peta dapat diolah dalam beberapa layer.
Data dari berbagai layer dapat saling dibandingkan dan dipilih untuk dianalisis.
Sistem Data termasuk pendukung utama GIS, tanpa data GIS tidak akan berarti apaapa. Sebaliknya data yang lengkap akan sangat menunjang sistem informasi yang
dibangun.
Berdasarkan jenis dan cara penanganannya data dapat dikelompokkan, yaitu data
grafis/ spasial dan data atribut/ non-spasial. Peta merupakan representasi grafik dari elemen
geografi yang terdistribusi menurut keruangan, dinamakan juga feature peta (map feature).
II4
II4
Analisis
Data-data yang tersimpan dalam sistem basis data yang bersangkutan kemudian
dijadikan bahan untuk melakukan analisis sehingga dapat ditarik sebuah informasi
darinya sesuai dengan kebutuhan pengguna dan pemilik sistem. Adapun analisisanalisis yang dapat dilakukan dalam sistem ini adalah sebagai berikut:
II4
Analisis Spasial
Analisis Tabular
Analisis numeris
Analisis Statistik
Analisis Tekstual
Dengan menggunakan fungsi analisis ini maka pengguna akan dapat dengan mudah
menemukan kembali catatan yang diinginkan, atau mengelompokkan data-data.
g. Output
Keluaran dari proses analisis-analisis yang telah disebutkan sebelumnya adalah
berupa informasi-informasi yang diinginkan oleh pengguna. Informasi tersebut
disajikan dalam berbagai bentuk yaitu peta tematik, tabel, dan grafik.
2.3.
TINJAUAN KEBIJAKAN
Kedaulatan;
Kemandirian;
Ketahanan;
Keamanan;
Manfaat;
Pemerataan;
Berkelanjutan; dan
Keadilan.
II4
A. PERENCANAAN
Perencanaan Pangan dilakukan untuk merancang Penyelenggaraan Pangan ke arah
Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. Perencanaan Pangan
harus memperhatikan:
a.
b.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
dan
rencana
Pangan
tingkat
provinsi serta
Penganekaragaman Pangan;
g. Distribusi,
perdagangan,
dan
pemasaran
II4
j.
B. KETERSEDIAAN PANGAN
Produksi Pangan dalam negeri dilakukan dengan:
a. Mengembangkan
Produksi
Pangan
yang
C. KETERJANGKAUAN PANGAN
Pemerintah
dan
keterjangkauan
Pemerintah
Pangan
Daerah
bertanggung
jawab
dalam
mewujudkan
bergizi
II4
tidak
label
bahasa Indonesia
dengan
menggunakan
di
dalam
G. PENGAWASAN
Pengawasan Penyelenggaraan Pangan, Pemerintah dilakukan terhadap pemenuhan:
a. Ketersediaan
dan/atau
kecukupan
Pangan
Keamanan
Pangan,
II4
Mutu
Pangan,
informasi Pangan
mencakup
pengumpulan, pengolahan,
penganalisisan,
penyimpanan, dan penyajian serta penyebaran data dan informasi tentang Pangan yang
diselenggarakan oleh pusat data dan informasi Pangan. Pusat data dan informasi Pangan
wajib
melakukan pemutakhiran data dan informasi. Pusat data dan informasi Pangan
Produksi;
g. Harga;
h. Konsumsi;
i.
Status Gizi
j.
k. Perkiraan pasokan;
l.
m. Prakiraan iklim;
n. Teknologi Pangan; dan
o. Kebutuhan Pangan setiap daerah.
I.
dan teknologi Pangan serta menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan Pangan yang
mampu meningkatkan Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan.
Penelitian dan pengembangan Pangan dilakukan dengan:
a. Menciptakan produk Pangan yang berdaya saing di tingkat lokal, nasional, dan
internasional;
b. Mempercepat
sumber Pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan yang toleran terhadap
cekaman biotik dan abiotik, tahan terhadap organism pengganggu
atau
tumbuhan
wabah penyakit hewan dan ikan, dan adaptif terhadap perubahan iklim;
II4
daya
saing,
yang
serta
dapat
meningkatkan
produktivitas,
peningkatan
nilai
Pangan
dan
produk
Pangan
Lokal
yang
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan, air, iklim, dan genetik guna
mempertahankan dan meningkatkan kapasitas Produksi Pangan nabati dan hewani
secara nasional; dan
J. KELEMBAGAAN PANGAN
Dalam hal mewujudkan Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan
Pangan nasional, dibentuk lembaga Pemerintah yang menangani bidang Pangan yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Lembaga Pemerintah
sebagaimana mempunyai
tugas
melaksanakan
tugas
pemerintahan
di bidang
Pangan.
dapat
berperan
serta
dalam
kelancaran
II4
M. KETENTUAN PIDANA
Pelaku Usaha Pangan yang dengan sengaja menimbun atau menyimpan melebihi
jumlah maksimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan yang mengakibatkan harga Pangan Pokok menjadi mahal
atau melambung tinggi dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau
denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Nomor
18
Tahun
2012
tentang
Pangan
mengamanatkan
II4
untuk
menanggulangi
kekurangan Pangan, gejolak harga Pangan, bencana alam, bencana sosial, dan/atau
keadaan darurat.
Jenis Pangan Pokok Tertentu ditetapkan oleh Presiden sebagai Cadangan
Pangan
Pemerintah, sementara itu Cadangan Pangan Pemerintah Daerah berupa Pangan Pokok
Tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumsi masyarakat dan potensi sumber daya
setempat. Badan Usaha Milik Negara di bidang Pangan dapat ditugaskan untuk
melaksanakan pengadaan, pengelolaan, dan penyaluran Cadangan Pangan. Untuk
di
daerah, satuan perangkat kerja daerah dapat bekerja sama dengan Badan Usaha Milik
Negara dan/atau badan usaha milik daerah di bidang Pangan.
Penganekaragaman Pangan merupakan upaya meningkatkan Ketersediaan
Pangan
Pemerintah Daerah,
II4
atau pengayaan
Gizi Pangan
tertentu yang
diedarkan.
Penentuan jenis Pangan yang akan diperkaya nutrisinya dilakukan berdasarkan kajian.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan penanggulangan Krisis
Pangan.
Penanggulangan
Krisis
Pangan
tersebut
meliputi
kegiatan
pengadaan,
keterjangkauan
Pangan,
mempertahankan
keamanan, mutu, Gizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat,
dan
perwujudan
kelancaran
dan
keamanan
stabilisasi pasokan dan harga Pangan Pokok, manajemen cadangan Pangan, dan
menciptakan iklim usaha Pangan yang sehat diperlukan
kelancaran
distribusi
dan
perdagangan Pangan Pokok di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
acuan tentang mekanisme, tata cara, dan jumlah maksimal penyimpanan Pangan Pokok
oleh Pelaku Usaha Pangan. Dalam pengaturan ini, Pelaku Usaha Pangan dilarang
menimbun atau menyimpan Pangan Pokok melebihi jumlah maksimal dan waktu tertentu.
Sementara itu, bantuan Pangan diberikan kepada masyarakat miskin dan masyarakat rawan
Pangan dan Gizi.
Untuk mendukung perencanaan, pemantuan dan evaluasi, stabilisasi pasokan dan
harga Pangan, dan pengembangan sistem peringatan dini terhadap masalah Pangan, serta
kerawanan Pangan dan Gizi perlu dibangun Sistem Informasi Pangan dan Gizi yang
terintegrasi. Sistem informasi ini harus dapat disampaikan kepada pengguna secara cepat,
tepat, dan akurat.
Dalam mewujudkan Ketahanan Pangan dan Gizi, masyarakat memiliki kesempatan
seluas-luasnya untuk berperan serta bersama-sama dengan komponen pemangku
II4
melaksanakan
produksi,
Distribusi
Pangan
dan
dan
perdagangan
melakukan
pencegahan
Pangan,
dan
2.3.3. PERATURAN
II4
Kecamatan
Perkotaan /
Perdesaan
Perdesaan
KAPONGAN
Perkotaan
Perdesaan
PANJI
Perkotaan
Perdesaan
SUBOH
Perkotaan
Perdesaan
SUMBERMALANG
Perkotaan
Perdesaan
II4
Desa/ Kelurahan
Desa Curahsuri
Desa
Kembangsari
Desa Pategalan
Desa Patemon
Desa Semambung
Desa
Sumberanyar
Desa Wringinanom
Desa Kapongan
Desa
Kesambirampak
Desa Curahcotok
Desa Gebangan
Desa Kandang
Desa Landangan
Desa Peleyan
Desa Pokaan
Desa Seletreng
Desa Wonokoyo
Desa Panji Lor
Desa Tokelan
Desa Curah Jeru
Kelurahan
Mimbaan
Kelurahan Ardirejo
Desa Battal
Desa Juglangan
Desa Kayuputih
Desa Klampokan
Desa Panji Kidul
Desa Tenggir
Desa Suboh
Desa Buduan
Desa Cemara
Desa Dawuan
Desa Ketah
Desa Mojodungkul
Desa Gunung
Malang
Desa
Gunung
Putri
Desa Tlogomas
Desa Alas Tengah
Desa Baderan
Desa Kalirejo
Desa Plalangan
Kecamatan
Perkotaan /
Perdesaan
ASEMBAGUS
Perkotaan
Perdesaan
BANYUGLUGUR
Perkotaan
Perdesaan
10
BANYUPUTIH
Perkotaan
Perdesaan
11
BESUKI
Perkotaan
Perdesaan
12
BUNGATAN
Perkotaan
Perdesaan
II4
Desa/ Kelurahan
Desa Sumberargo
Desa Taman
Desa Tamankursi
Desa Tamansari
Desa Asembagus
Desa Awar-awar
Desa Gudang
Desa Perante
Desa Trigonco
Desa Bantal
Desa Kedung Lo
Desa Kertosari
Desa Mojosari
Desa Wringinanom
Desa Banyuglugur
Desa Kalianget
Desa Kalisari
Desa Lubawang
Desa Selobanteng
Desa Telempong
Desa Tepos
Desa Banyuputih
Desa Sumberejo
Desa
Sumberanyar
desa Sumberwaru
Desa Wonorejo
Desa Besuki
Desa Bloro
Desa Demung
Desa Jetis
Desa Kalimas
Desa Langkap
Desa Pesisir
Desa Blimbing
Desa Sumberejo
Desa
Widoropayung
Desa Bungatan
Desa Bletok
Desa Mlandingan
Wetan
Desa Pasir Putih
Desa Selowogo
Desa Patemon
Desa Sumber
Tengah
Kecamatan
Perkotaan /
Perdesaan
KENDIT
Perkotaan
Perdesaan
14
MANGARAN
Perkotaan
Perdesaan
15
MLANDINGAN
Perkotaan
Perdesaan
16
PANARUKAN
Perkotaan
Perdesaan
17
SITUBONDO
Perkotaan
Perdesaan
Desa/ Kelurahan
Desa Balung
Desa Kendit
Desa Klatangan
Desa Bugemn
Desa Kukusan
Desa Rajekwesi
Desa Tambak Ukir
Desa Mangaran
Desa
Tanjung
Glugur
Desa
Tanjung
Kamal
Desa Semiring
Desa Tanjung
Pecinan
Desa Terbungan
Desa Mladingan
Kulon
Desa Selomukti
Desa
Sumber
Pinang
Desa ALas Banyur
Desa Campoan
Desa
Sumber
Anyar
Desa Trebungan
Desa Kilensari
Desa Paowan
Desa Alasmalang
Desa Duwet
Desa Gelung
Desa Peleyan
Desa Sumberkolok
Desa Wringinanom
Kelurahan
Dawuhan
Kelurahan
Patokan
Desa Kotakan
Desa Talkadang
Desa Kalibagor
Desa Olean
II4
2.
3.
4.
b.
kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan
yang meliputi:
1.
2.
Jatibanteng,
Besuki,
Pengembangan
kawasan
perdesaan
sentra
tebu
Kecamatan
5.
Peningkatan
pertanian
berbasis
hortikultura
pada
Kecamatan
II4
8.
9.
c.
meliputi:
1. Pengembangan kawasan perdesaan yang berpotensi sebagai pusat sentra produksi
tembakau, kelapa, tebu, kopi robusta dan arabika, hasil nelayan, dan sentra hasil
kerajinan industri rakyat;
2. Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah, yakni perdesaan
terletak di kawasan pegunungan untuk hutan lindung, hutan produksi, hutan rakyat,
hutan desa, perkebunan dan hortikultura, perdesaan di dataran rendah untuk
pertanian pangan, dan perdesaan pesisir pengembangan perikanan;
3. Peningkatan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil;
4. Mendorong eksport hasil pertanian unggulan daerah;
d.
1.
2.
3.
e.
meliputi :
1.
2.
3.
4.
II4
kegiatan perkotaan dalam skala regional dan perkotaan yang secara langsung
mempengaruhi sistem perkotaan di Kabupaten Situbondo :
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Perkotaan Situbondo.
2. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp) berada di Perkotaan Besuki dan
Asembagus.
3. Pusat
II4
II4
kegiatan
pariwisata
alam
pantai
dan
sarana/prasarana
darat dan didukung oleh transportasi laut berupa pelabuhan, untuk transportasi udara dan
kereta api tidak terdapat di Kabupaten Situbondo.
a. Rencana Jaringan Jalan
1. Jalan Bebas Hambatan
Rencana jalan bebas hambatan ini akan menghubungkan Surabaya-Banyuwangi
diarahkan
mendekati
jalan
arteri
primer
melalui
Banyuglugur-Besuki-Suboh-
Mlandingan-Bungatan-Kendit-Panarukan-Panji-Kapongan-Arjasa-JangkarAsembagus-Banyuputih.
Gerbang jalan bebas hambatan direncanakan berada di Kecamatan Besuki,
Panarukan dan Jangkar yang berhubungan dengan jalan kolektor primer menuju
Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi. Status jalan bebas hambatan ini adalah
sebagai jalan nasional.
2. Jalan Arteri Primer.
Rencana pengembangan jalan arteri primer ini memiliki status jalan nasional di
Kabupaten Situbondo adalah meliputi ruas jalan yang menghubungkan Surabaya
II4
b.
c.
d.
Situbondo
dan
pengelolaannya
menjadi
wewenang
Pemerintah
b.
Jaringan jalan yang menuju obyek wisata air Terjun Setanjak yang melalui
desa Kedunglo di Kecamatan Asembagus.
c.
Jaringan jalan yang menuju kawasan wisata Agro Kayumas dengan melewati
Desa Lamongan, Kedungdowo, Ketowan, Banyeman dan Kayumas.
d.
b. Rencana Terminal
Rencana Pengembangan Terminal di Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut :
1. Terminal Tipe B, merupakan terminal angkutan umum yang melayani moda
transportasi kota dan antar kota.
2. Terminal Tipe C di Besuki dan Asembagus, merupakan terminal angkutan umum
yang berfungs menghubungkan antara ibu kota kecamatan yang satu dengan yang
lain atau daerah-daerah tertentu yang merupakan pusat atau titik temu beberapa
mods transportasi dan aktivitas/kegiatan
3. Rencana pengembangan terminal cargo sekitar jalur perkotaan Situbondo.
c. Rencana Perkeretaapian
Rencana pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian meliputi :
II4
pengembangan
jalur
perkeretaapian,
pengembangan
prasarana
d. Rencana Pelabuhan
Rencana pengembangan prasarana transportasi laut meliputi :
(1)
(2)
(3)
(4)
a.
b.
II4
Pengembangan
pelabuhan
penyebrangan
Jangkar
untuk
2.
Menetapkan areal konservasi di sekitar lokasi SUTT dan SUTET yaitu sekitar 20
meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
bagi masyarakat; serta
3.
Menetapkan sempadan SUTT 66 kv tanah datar dan sempadan SUTT 150 kv tanah
datar.
4.
f.
Air Bersih
II4
3. Pengembangan air baku dari air permukaan untuk penyediaan air bersih/minum
-
Jaringan Irigasi
Drainase
Sungai - sungai di Kabupaten Situbondo yang direncanakan tetap sebagai fungsi
II4
Sistem Persampahan
TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) baru untuk wilayah Barat direncanakan di
Kebutuhan Sanitasi
II4
II42
yang
luas
yang
berfungsi
sebagai
pengaman
binatang-binatang
b. Kawasan
Yang
Bawahannya.
Memberikan
Perlindungan
Terhadap
Kawasan
II58
Sempadan pantai
Adapun kecamatan di Kabupaten Situbondo yang merupakan daerah pesisir
yang
juga
merupakan
kawasan
sempadan
panatai
adalah
Kecamatan
Sempadan Sungai
Upaya pengelolaan sempadan sungai, adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan zona pemanfaatan DAS dilakukan dengan membagi tipologi DAS.
Berdasarkan tipologinya, DAS terbagi menjadi daerah hulu sungai, daerah
sepanjang aliran sungai, daerah irigasi, daerah perkotaan dan industri, serta
daerah muara sungai dan pantai.
2. Untuk melindungi fungsi sungai di Kabupaten Situbondo yang mengalami erosi
yang tinggi, serta DAS yang menyempit serta tidak mampu menyerap air hujan
sehingga untuk melindungi fungsi dari Sungai di Kabupaten Situbondo dengan
membatasi pemanfaatan disekitar sungai, dengan didukung kegiatan lain
sebatas tidak mengganggu fungsi dari sungai seperti
kegiatan olahraga,
II58
Pembangunan
sarana
dan
prasarana
Pengelolaan
sumberdaya
air
5.
Pengelolaan pelabuhan
6.
7.
8.
9.
II58
dengan
jari
200
meter
di
sekitar
mata
air
serta
upaya
j)
II58
sepanjang
pantai
di
Kecamatan
Banyuglugur,
Besuki,
Suboh,
d. Taman Nasional.
Upaya penanganan/pengelolaan Taman Nasional Baluran, melalui:
1.
2.
Taman
Nasional
Baluran
ditetapkan
sebagai
kawasan
4.
pengembangan
pendidikan
terhadap
satwa
dan
fauna
tertentu,
II58
ini
sekaligus
merupakan
kawasan
penyangga
untuk
mencegah
pendangkalan waduk yang disebabkan oleh longsor dan erosi, maka upaya
penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga haruis diikuti
oleh pengembangan tutupan tanah atau ground cover yang juga memiliki fungsi
ekonomi seperti rumput gajah yang dapat digunakan untuk pakan ternak.
II58
Kawasan
Peruntukkan
Hutan
Produksi
Upaya pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi :
a.
Pengolahan
hasil
hutan
sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan kesempatan kerja
yang lebih banyak;
b.
Peningkatan
partisipasi
Pengembangan
dan
Peningkatan
fungsi
ekologis
melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi tanaman yang
mendukung keseimbangan alam; serta meningkatkan perwujudan hutan kota.
b.
-
terbesar
ditinjau
dari
sektor
pertanian.
Tanaman
pangan
yang
mendominasi seluruh Kabupaten Situbondo, antara lain padi, jagung, ubi kayu,
kacang tanah, kacang hijau, dan kedele. Pada dasarnya
persebaran produksi
II58
Peta
4.5.
Arjasa.
Rencana
Pengelolaan
tanaman
pangan
padi
gogo
adalah
Jaringan Irigasi Sampean Lama Luas areal 10,348 ha, meliputi Kecamatan :
1) Kecamatan Panarukan.
2) Kecamatan Situbondo.
3) Kecamatan Kapongan.
4) Kecamatan Mangaran.
5) Kecamatan Panji.
6) Kecamatan Kendit.
b.
Jaringan irigasi Sampean Baru Luas areal 5,114 ha, meliputi Kecamatan :
1) Kecamatan Kapongan.
2) Kecamatan Panji.
3) Kecamatan Arjasa.
4) Kecamatan Jangkar.
5) Kecamatan Asembagus.
6) Kecamatan Banyuputih.
c.
Kecamatan :
1)
Kecamatan Banyuputih.
2)
Kecamatan Asembagus.
3)
Kecamatan Jangkar.
d.
Jaringan Irigasi Nangger dengan Luas areal 2,433 ha, meliputi Kecamatan :
1)
Kecamatan Suboh.
1)
Kecamatan Mlandingan.
2)
Kecamatan Bungatan.
e.
1)
Kecamatan Arjasa.
f.
Jaringan Irigasi Dawuhan dengan Luas areal 903 ha, meliputi Kecamatan :
1)
Kecamatan Suboh.
1)
Kecamatan Besuki.
g.
Jaringan Irigasi Nogosromo dengan Luas areal 554 ha, meliputi Kecamatan :
II58
Kecamatan Jatibanteng.
1)
Kecamatan Besuki.
Peruntukkan Hortikultura
Komoditi
tanaman
hortikultura
khususnya
buah-buah
berdasarkan
kelas
kesesuaian lahan termasuk dalam kelas S1 dan bahkan S2 dengan faktor pembatas
ketersediaan air khususnya curah hujan, jumlah curah hujan yang optimum. Selain Itu
II58
2.
Dalam
beberapa
hal
kawasan
ini
merupakan
kawasan
yang
boleh
No.
1.
2.
Jeruk
3.
Manggis
4.
Mangga
5.
Nangka
6.
Pisang
7.
Jambu air
8.
Sawo
II58
Komoditi
9.
10.
Anggur
Bawang merah
11.
Bwang putih
12.
Kacang
panjang
Suboh,
Buncis
Kentang,
13.
14.
Terong,
Tomat
Sumber: RTRW KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2008-2028
-
Komoditi
jambu
mente
berada
di
Kecamatan:
Jatibanteng,
Situbondo,
II58
budidaya
tambak
di
Kabupaten
Situbondo
terdapat
di
II58
II58
II58
Klenteng
perdesaan
yang
berlokasi
di
dataran
rendah,
basis
6. Penyediaan
permukiman
selain
disediakan
oleh
pengembang
dan
II58
RTH
minimal
dapat
II58
lebih
dijamin
pencapaiannya,
sehingga
2.
3.
Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah yang
rawan kekeringan.
II58
II58
II60