1.1
LATAR BELAKANG
1 PENDAHULUAN
1
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota, merupakan penjabaran dari Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah Kota ke dalam rencana distribusi pemanfaatan ruang
dan bangunan serta bukan bangunan pada kawasan kota. Dengan kata lain
Rencana Detail Tata Ruang Kota mempunyai fungsi untuk mengatur dan menata
kegiatan fungsional yang direncanakan oleh perencanaan ruang diatasnya, dalam
mewujudkan ruang yang serasi, seimbang, aman, nyaman dan produktif. Muatan
yang direncanakan dalam RDTR kegiatan berskala kawasan atau lokal dan
lingkungan, dan atau kegiatan khusus yang mendesak dalam pemenuhan
kebutuhannya.
Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten / kota yang perlu disusun RDTR-nya,
dimana bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota.
Rencana Detail Tata Ruang Kota adalah rencana pemanfaatan ruang Bagian
Wilayah Kota secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang
dalam
rangka
pengaturan
zonasi,
perijinan
dan
pembangunan
kawasan.
I- 1
LAPORAN ANTARA
1.2
I- 2
LAPORAN ANTARA
Gambar 1.1 Kedudukan RDTR Kota dalam Sistem Penataan Ruang dan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
1.3
I- 3
LAPORAN ANTARA
dan daerah;
Dasar penetapan lokasi investasi oleh pemerintah dan swasta atau
masyarakat;
g. Acuan dalam penyusunan peraturan zonasi;
h. Acuan dalam penyusunan rtbl;
i. Acuan dalam administrasi pertanahan; dan
Sedangkan
manfaat
dari
penyusunan
RDTR
dan
peraturan
zonasi
bermanfaat sebagai :
a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
b. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian
dan
pengawasan
fungsinya
di
dalam
struktur
ruang
kabupaten/kota
secara
keseluruhan; dan
d. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya
pada tingkat bwp atau sub bwp.
I- 4
LAPORAN ANTARA
1.4
RUANG LINGKUP
prasarana,
penetapan
Sub
BWP
yang
diprioritaskan
I- 5
LAPORAN ANTARA
f.
Zona rawan bencana alam meliputi zona rawan tanah longsor, zona
yang
meliputi
perkantoran
pemerintah
dan
perkantoran swasta;
d. Zona sarana pelayanan umum, yang meliputi sarana pendidikan, sarana
transportasi, sarana kesehatan, sarana olahraga, sarana sosial budaya,
dan sarana peribadatan;
e. Zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan
f.
untuk
keperluan
pertahanan
dan
keamanan,
zona
Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan
zona khusus lainnya;
g. Zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara
lain meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata;
dan
h. Zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan
fungsi
dan/atau
bersifat
terpadu,
seperti
perumahan
dan
I- 6
LAPORAN ANTARA
keterpaduan
pembangunan,
melaksanakan
revitalisasi
di
pemerintah
dan
masyarakat
dalam
pemrograman
investasi
pengembangan BWP;
I- 7
LAPORAN ANTARA
diprioritaskan
penanganannya
6) Lokasi
7) Besaran
8) Sumber Pendanaan
9) Instansi Pelaksana
10) Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
F. PERATURAN ZONASI
1) Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
a. Kegiatan dan penggunaan lahan yang diperbolehkan,
b. Kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat secara terbatas,
c. Kegiatan dan penggunaan lahan yang bersyarat tertentu, dan
d. Kegiatan dan penggunaan lahan yang tidak diperbolehkan pada suatu
zona
2) Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang (ketentuan mengenai besaran
pembangunan yang diperbolehkan pada suatu zona)
a. KDB Maksimum
b. KLB Maksimum
c. Ketinggian Bangunan Maksimum
d. KDH Minimal
3) Ketentuan Tata Bangunan (ketentuan yang mengatur bentuk, besaran,
peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona)
a. GSB minimal
b. Tinggi Bangunan maksimum atau minimal
c. Jarak bebas antarbangunan minimal
d. Tampilan bangunan
4) Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Prasarana parkir, aksesibilitas untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda,
bongkar muat, dimensi jaringan jalan, kelengkapan jalan, dan kelengkapan
prasarana lainnya yang diperlukan
5) Ketentuan Pelaksanaan
a. Ketentuan variansi pemanfaatan ruang
b. Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif
c. Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada dan tidak sesuai
dengan peraturan zonasi.
6) Ketentuan Tambahan : berfungsi memberikan aturan pada kondisi yang
spesifik pada zona tertentu dan belum diatur dalam ketentuan dasar
7) Ketentuan Khusus : ketentuan yang mengatur pemanfaatan zona yang
memiliki fungsi khusus dan diberlakukan ketentuan khusus sesuai dengan
karakteristik zona dan kegiatannya.
8) Standar Teknis : aturan-aturan teknis pembangunan yang ditetapkan
berdasarkan peraturan/standar/ketentuan teknis yang berlaku serta berisi
panduan yang terukur dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.
I- 8
LAPORAN ANTARA
kedalaman
RDTRK
ditentukan
berdasarkan
luas
wilayah
RDTRK
untuk
wilayah
perencanaan
dengan
luas
sampai
500
Ha,
wilayah administrasi;
kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/subwilayah kota;
bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan;
kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan;
dan/atau
e. bagian dari wilayah kabupaten /kota yang berupa kawasan pedesaan dan
direncanakan menjadi kawasan perkotaan.
Berdasarkan kriteria wilayah perencanaan RDTR tersebut, maka penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi mengambil wilayah
Kawasan Perkotaan Kecamatan Klakah.
I- 9
LAPORAN ANTARA
I - 10
LAPORAN ANTARA
I - 11
LAPORAN ANTARA
perubahan
RTRW
kabupaten/kota
terkait
dengan
perubahan
dilakukan
bukan
untuk
pemutihan
terhadap
penyimpangan
pemanfaatan ruang.
1.5
dan Hayati;
Undang-Undang
Undang-Undang
Undang-Undang
Undang-Undang
Undang-Undang
Undang-Undang
Undang-Undang
Perundangundangan;
10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
11. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
12. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian;
13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
14. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil;
15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
17. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
18. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
19. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
20. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
I - 12
LAPORAN ANTARA
21. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
PengelolaanLingkungan Hidup;
22. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya;
23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;
24. Undang-undangNomor 4 Tahun 2011 tentangInformasinGeospasial;
25. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 2 Tahun 2012TentangPengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
26. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
27. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;
28. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan;
29. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam
danKawasan Pelestarian Alam;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untukPenataan Ruang Wilayah;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
danKewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001
tentang
Pembinaan
dan
Atas
I - 13
LAPORAN ANTARA
50. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata
Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
51. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang
Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan;
52. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2009 tentang Koordinasi
Penataan Ruang Nasional.
53. PeraturanMenteri PekerjaanUmum No 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria
Teknis Kawasan Budidaya
54. PeraturanMenteri PekerjaanUmum
No
Tahun
2008
tentang
Pedoman
Negara
Penentuan
Lingkungan
Daya
HidupNomor
Dukung
Lingkungan
17
Tahun
HidupDalam
1.6
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam laporan ini adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang RDTRK; pengertian dan kedudukan
RDRK; tujuan, sasaran, fungsi dan manfaat RDTRK; permasalahan wilayah
studi; ruang lingkup materi dan wilayah; muatan rencana; serta dasar
hukum dan perundangan.
BAB II KEBIJAKAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
Bab ini berisi tentang kebijakan-kebijakan yang digunakan sebagai dasar
dalam menyusun RDTRK. Selain itu bab ini juga berisi mengenai kebijakankebijakan umum Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Lumajang, dan kebijakan
Kecamatan Klakah sebagai arahan dalam pengembangan keduaKecamatan
tersebut.
I - 14
LAPORAN ANTARA
fisik
dasar,
karakteristik
fisik
binaan,
karakteristik
lahan,
konsep
pengembangan
kependudukan,
konsep
I - 15