Tidak
Pangan
Tahan pangan
Contoh: USA, Kanada,
Australia, Brunei, etc.
Swasembada Pangan
Nasional
Sasaran
Strategi
Komoditas pangan
Substitusi impor
output
Peningkatan produksi
pangan
Outcome
Swasembada
pangan
umumnya
Ketahanan Pangan
Rumah
tangga
dan
individu
Manusia
Peningkatan ketersediaan
pangan, akses pangan,
dan penyerapan pangan
Status gizi (penurunan :
kelaparan, gizi
kurang dan gizi buruk)
Manusia sehat dan
produktif (angka
harapan hidup tinggi)
merupakan
capaian
peningkatan
yakni akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat
(secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Studi pustaka yang
dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200 definisi dan 450 indikator
tentang ketahanan pangan (Weingrtner, 2000). Berikut disajikan beberapa
definisi ketahanan yang sering diacu :
1. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996: kondisi terpenuhinya
kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau.
2. USAID (1992: kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai
akses
secara
fisik
dan
ekonomi
untuk
memperoleh
kebutuhan
3. Ketahan Pangan
ketahanan pangan terdiri dari tiga sub sistem utama yaitu ketersediaan,
akses, dan penyerapan pangan, sedangkan status gizi merupakan outcome dari
ketahanan pangan. Ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan merupakan sub
sistem yang harus dipenuhi secara utuh. Salah satu subsistem tersebut tidak
dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan
yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional,
tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata,
maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh.
Ketersediaan pangan
(Food Availability)
Akses Pangan/Distribusi
(Food Access)
Penyerapan pangan/konsumsi
(Food Utilization)
KETERSEDIAAN PANGAN
PER KAPITA
Cadangan pangan
Luas panen
Bantuan pangan
Produktifitas
Diversifikasi produk
Sarana dan
prasarana
pemasaran
Irigasi, teknologi,
kredit,
Jumlah Penduduk
Sarana produksi
b. Akses pangan (food access) : yaitu kemampuan semua rumah tangga dan
individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan
yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi
pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses
rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial.
Akses ekonomi tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan harga.
Akses Ekonomi
Pendapatan
Kesempatan kerja
AKSES PANGAN
Harga Pangan
Akses sosial
Konsumsi
1.
2.
3.
4.
Kecukupan Energi
Kecukupan Gizi
Diversifikasi pangan
Keamanan pangan
Pengetahuan ibu RT
1. Pola makan
2. Pola asuh kesehatan
ini diukur dengan angka harapan hidup, tingkat gizi balita dan kematian
bayi. Sistem ketahanan pangan di Indonesia secara komprehensif meliputi
empat
sub-sistem, yaitu:
(i)
(ii)
(iii)
10
kelaparan, yaitu jumlah konsumsi energi (kalori) rata-rata anggota rumah tangga
di bawah kebutuhan hidup sehat dan proporsi anak balita yang menderita kurang
gizi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa MDGs lebih menekankan dampak
daripada masukan. Oleh karena itu, analisis situasi ketahanan pangan harus
dimulai dari evaluasi status gizi masyarakat diikuti dengan tingkat konsumsi,
persediaan dan produksi pangan; bukan sebaliknya. Status gizi masyarakat yang
baik ditunjukkan oleh keadaan tidak adanya masyarakat yang menderita kelaparan
dan gizi kurang. Keadaan ini secara tidak langsung menggambarkan akses pangan
dan pelayanan sosial yang merata dan cukup baik. Sebaliknya, produksi dan
persediaan pangan yang melebihi kebutuhannya, tidak menjamin masyarakat
terbebas dari kelaparan dan gizi kurang. Tujuan dari ketahanan pangan harus
diorentasikan untuk pencapaian pemenuhan hak atas pangan, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, dan ketahanan pangan nasional. Berjalannya sistem
ketahanan pangan tersebut sangat tergantung pada dari adanya kebijakan dan
kinerja sektor ekonomi, sosial dan politik. Kebijakan pemerintah dalam aspek
ekonomi, sosial maupun politik sangat perpengaruh terhadap ketahanan pangan.
11
terhadap penyakit pada penduduk yang berada pada kondisi kesehatan yang buruk
dan dalam kemiskinan.
Kebijakan untuk Menjamin Ketahanan Pangan
Terdapat tiga komponen kebijakan ketahanan pangan :
1. Ketersediaan Pangan: Indonesia secara umum tidak memiliki masalah
terhadap ketersediaan pangan. Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton
beras setiap tahunnya dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi
tersebut; dimana impor umumnya kurang dari 7% konsumsi. Lebih jauh
jaringan distribusi swasta yang berjalan secara effisien turut memperkuat
ketahanan pangan di seluruh Indonesia. Beberapa kebijakan kunci yang
memiliki pengaruh terhadap ketersediaan pangan meliputi:
Larangan impor beras
Upaya Kementerian Pertanian untuk mendorong produksi pangan
Pengaturan BULOG mengenai ketersediaan stok beras
2. Keterjangkauan Pangan. Elemen terpenting dari kebijakan ketahanan
pangan ialah adanya jaminan bagi kaum miskin untuk menjangkau sumber
makanan yang mencukupi. Cara terbaik yang harus diambil untuk
mencapai tujuan ini ialah dengan memperluas strategi pertumbuhan
ekonomi, khususnya pertumbuhan yang memberikan manfaat bagi kaum
miskin. Kebijakan ini dapat didukung melalui program bantuan langsung
kepada masyarakat miskin, yang diberikan secara seksama dengan target
Indonesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 Hari dengan pihak
penyelenggara lain, untuk mendapatkan perbandingan atas pelayanan
publik yang selama ini dilakukan BULOG, termasuk biaya yang timbul
dalam pelayanan tersebut.
3. Membentuk komisi independen yang bertugas memantau stok aman
kebutuhan beras nasional.
4. Menghitung secara akurat biaya penyediaan program RASKIN dan
mengkaji ulang kontrak antara pemerintah dengan BULOG.
12
Peraturan
Pemerintah
tahun
2000
mengenai
ketahanan
pangan
Januari
2004
Kementrian
Industri
dan
Perdagangan
mengumumkanlarangan atas impor beras mulai dari dua bulan sebelum hingga
satu bulan.
1. Peraturan Pemerintah No. 68/2002 tentang Ketahanan Pangan,
December 30, 2002, serves as implementing regulation for paragraph
50 of the National Food Law, No. 7, 1996. yang sesuai. Sejumlah
kebijakan penting yang mempengaruhi keterjangkauan pangan
meliputi:
13
15
dianggap penting secara politis hal itu dapat ditempuh melalui bentuk yang lebih
transparan dan efisien seperti dengan menerapkan bea masuk yang rendah
ketimbang memberlakukan larangan impor.
mendorong
pertumbuhan
pendapatan
yang
berkelanjutan,
ketika
produktivitas pertanian beras domestik telah mencapai titik yang cukup tinggi.
Akan lebih baik bagi Departemen Pertanian untuk memusatkan perhatian pada
peningkatan produktivitas di sejumlah produkproduk pertanian secara lebih luas.
Sebagaimana kita ketahui, konsumsi pangan disetiap kelompok pengeluaran
rumah tangga telah bergerak menuju pangan dengan kualitas yang lebih baik.
Dengan pertumbuhan seperti sekarang ini, konsumsi rumah tangga pada buahbuahan dan sayur-sayuran kecenderungannya akan melebihi nilai konsumsi beras
dalam dekade ini.
Kebijakan pertanian saat ini terlalu berkonsentrasi pada pemenuhan beras,
dimana nilainya cenderung rendah dan termasuk komoditas yang murah di
pasaran internasional. Hal ini telah memaksa petani untuk menanam komoditas
yang bernilai rendah serta menghambat upaya mereka untuk berpindah pada
produksi buah-buahan, hortikultura dan perternakan yang bernilai tinggi. Di saat
bersamaan pertumbuhan permintaan domestikterhadap produk-produk ini semakin
meningkat. Kebijakan pertanian harus bergerak secara agresif menuju suatu
penelitian dan agenda pengembangan yang menaruh perhatian pada komoditas
bernilai tinggi dan produk-produk yang permintaannya tumbuh tinggi. Kebijakan
tersebut juga dapat diusahakan untuk membantu produsen kecil dalam memenuhi
standar kualitas pada pasar-pasar yang sedang terbentuk, serta untuk memperoleh
16
akses pada rantai pasokan pangan yang saat ini banyak dilayani oleh jaringan
supermarket.
17
benar-benar miskin. Sekali lagi hal ini akan lebih mudah bila program ini
memang tepat sasaran.
2. Menciptakan dasar biaya penyelenggaraan program RASKIN dan merevisi
anggaran untuk program ini.
3. Memperluas penggunaan metode sasaran mandiri (self-targeting) oleh
masyarakat miskin itu sendiri, misalnya melalui paket RASKIN yang lebih
kecil jumlahnya dan frekwensi pemberian yang lebih sering. Sasaran
program RASKIN semestinya berjumlah lebih kecil dan biayanya jauh
lebih murah. Melalui perbaikan sasaran, program tersebut masih tetap
memiliki dampak yang lebih baik bagi masyarakat miskin.
dan
keterlibatan
pemerintah
didalam
pasar,
telah
menghambat
18
12. Kesehatan
13. Pangan Untuk Indonesia
14. Mengelola Lingkungan Hidup
15. Kehutanan
16. Pengembangan UKM
17. Pertambangan
18. Reformasi di Bidang Kepegawaian Negeri.
19
20
21