SISTEM INOVASI
“Sistem Ketahanan Pangan”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini. Penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan berkat dukungan maupun bimbingan semua pihak yang turut membantu
salah satunya dosen matakuliah Sistem Inovasi yaitu dengan dukungannya sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, makalah ini
belum dapat dikatakan sempurna, kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan
dalam hal penulisan dan lain hal sebagainya, namun demikian kami telah berusaha
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan untuk mewujudkan makalah ini.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi
khususnya dan bagi siapa saja yang memerlukan pada umumnya.
Tim penyusun
PENGERTIAN SISTEM KETAHANAN PANGAN
1
TIGA PILAR KETAHANAN PANGAN
Tiga pilar dalam ketahanan pangan yang terdapat dalam definisi tersebut adalah
ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik maupun ekonomi,
dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap tempat.
Apabila ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi, maka masyarakat atau rumah tangga tersebut
mampu memenuhi ketahanan pangannya masing-masing.
Mengacu pada definisi di atas, maka masalah ketahanan pangan dapat terjadi apabila
salah satu unsur ketahanan pangan tersebut terganggu. Namun dalam realitanya, pemahaman
terhadap ketahanan sering direduksi hanya ditekankan pada unsur penyediaan dan harga saja,
atau bahkan ada yang hanya menekankan pada aspek yang lebih sempit yang menyamakan
pengertian ketahanan pangan dengan pengertian swasembada.
Ketiga pilar ketahanan pangan tersebut harus dapat terwujud secara bersama-sama dan
seimbang. Pilar ketersediaan dapat dipenuhi baik dari hasil produksi dalam negeri maupun dari
luar negeri. Pilar keterjangkauan dapat dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik berada
di dekat konsumen dengan kemampuan ekonomi konsumen untuk dapat membelinya
(memperolehnya). Sedangkan pilar stabilitas dapat dilihat dari kontinyuitas pasokan dan
stabilitas harga yang dapat diharapkan rumah tangga setiap saat dan di setiap tempat.
2
SUB SISTEM KETAHANAN PANGAN
Sub sistem ketahanan pangan terdiri dari tiga sub sistem utama yaitu ketersediaan, akses, dan
penyerapan pangan, sedangkan status gizi merupakan outcome dari ketahanan pangan.
Ketersediaan, akses, dan penyerapan pangan merupakan sub sistem yang harus dipenuhi secara
utuh. Salah satu subsistem tersebut tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan
mempunyai ketahanan pangan yang baik.Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional
dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata,
maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh.
Adalah ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua
orang dalam suatu negara baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan
maupun bantuan pangan.Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi pangan yang
didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat.
3
Sub Sistem Status gizi (Nutritional status )
4
yang menjamin seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah yang
cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Permasalahan dalam distribusi
pangan (Nainggolan, 2006).
Prasarana distribusi darat dan antar pulau yang diperlukan untuk menjangkau
seluruh wilayah konsumen belum memadai, sehingga wilayah terpencil masih
mengalami keterbatasan pasokan pangan pada waktu-waktu tertentu. Keadaan ini
menghambat aksesibilitas masyarakat terhadap pangan, baik secara fisik, namun juga
secara ekonomi, karena kelangkaan pasokan akan memicu kenaikan hargdan
mengurangi daya beli masyarakat.
Kelembagaan pemasaran belum mampu berperan, baik sebagai penyangga
kestabilan distribusi maupun harga pangan. Pada masa panen, pasokan pangan
berlimpah ke pasar sehingga menekan harga produk pertanian dan mengurangi
keuntungan usahatani. Sebaliknya pada masa paceklik atau masa dimana panen tidak
berhasil, harga meningkat dengan tajam, sehingga mengurangi aksesibilitas masyarakat
terhadap pangan.
Bervariasinya kemampuan produksi antar wilayah dan antar musim menuntut
kecermatan dalam mengelola system distribusi pangan, agar pangan tersedia sepanjang
waktu di seluruh wilayah konsumen. Keamanan jalur distribusi dan adanya pungutan
sepanjang jalur distribusi dan pemasaran, mengakibatkan biaya distribusi yang tinggi
pada berbagai produk pangan.
5
TANTANGAN UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN
Degradasi lahan
Diperkirakan 40% dari lahan pertanian di dunia terdegradasi secara serius. Pertanian intensif
mendorong terjadinya penurunan kesuburan tanah dan penurunan hasil.
Penyakit dan hama dapat mempengaruhi sebuah produksi budidaya pertenakand dan tanaman
sehingga dapat berdampak bagi ketersediaan suatu bahan pangan. Contoh penyakit tanaman
Ug99, salah satu tipe penyakit karat batang pada gandum dapat menyebabkan kehilangan hasil
pertanian hingga 100%.
Tingginya muka air tanah terus menurun di berbagai negara dikarenakan pemompaan yang
berlebihan. Diberbagai negara di dunia telah melakukan importasi gandum yang disebabkan
oleh terjadinya defisit air, negara-negara besar sudah mengalaminya seperti China dan India.
Perebutan lahan
Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat. Perusahaan Korea Utara Daewoo
Logistics telah mengamankan satu bidang lahan yang luas di Madagascar untuk
mebudidayakan jagung dan tanaman pertanian lainnya untuk produksi biofuel.
Perubahan iklim
Fenomena cuaca yang ekstrim seperti kekeringan dan banjir diperkirakan akan meningkat
karena perubahan iklim terjadi. Kejadian ini akan memiliki dampak di sektor pertanian.
Diperkirakan pada tahun 2040, hampir seluruh kawasan sungai Nil akan menjadi padang pasir
di mana aktivitas budidaya tidak dimungkinkan karena keterbatasan air.
6
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Aris. 2019. Pengertian Ketahanan Pangan Besera Pilar dan Tantangan untuk
Mencapainya. GuruPendidikan.com