Menurut Wikipedia Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk
mengaksesnya. Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan pada masa
depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai faktor seperti kekeringan,
gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya.
World Health Organization mendefinisikan tiga komponen utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan
pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki
sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan memiliki
sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi. Pemanfaatan
pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan benar dan tepat secara
proporsional. FAO menambahkan komponen keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen tersebut
dalam kurun waktu yang panjang
Kebijakan sebuah negara dapat mempengaruhi akses masyarakat kepada bahan pangan, seperti yang
terjadi di India. Majelis tinggi India menyetujui rencana ambisius untuk memberikan subsidi bagi dua
pertiga populasi negara itu. Rancangan Undang-Undang Ketahanan Pangan ini mengusulkan menjadikan
pangan sebagai hak warga negara dan akan memberikan lima kilogram bahan pangan berharga murah
per bulan untuk 800 juta penduduk miskinnya.
Sejarah
Ketahanan pangan adalah sebuah kondisi yang terkait dengan ketersediaan bahan pangan secara
berkelanjutan. Kekhawatiran terhadap ketahanan pangan telah ada dalam sejarah. Sejak 10 ribu tahun
yang lalu lumbung telah digunakan di Tiongkok dengan kekuasaan penggunaan secara terpusat di
peradaban di Tiongkok Kuno dan Mesir Kuno. Mereka melepaskan suplai pangan di saat terjadinya
kelaparan. Namun ketahanan pangan hanya dipahami pada tingkat nasional, dengan definisi bahwa
negara akan aman secara pangan jika produksi pangan meningkat untuk memenuhi jumlah permintaan
dan kestabilan harga. Definisi baru mengenai ketahanan pangan dibuka pada tahun 1966 di World Food
Summit yang menekankan ketahanan pangan dalam konteks perorangan, bukan negara.
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi, distribusi, dan
pertukaran.Produksi pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor, termasuk kepemilikan lahan dan
penggunaannya; jenis dan manajemen tanah; pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman
pertanian; pemuliaan dan manajemen hewan ternak; dan pemanenan. Produksi tanaman pertanian
dapat dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan curah hujan. Pemanfaatan lahan, air, dan energi
untuk menumbuhkan bahan pangan seringkali berkompetisi dengan kebutuhan lain. Pemanfaatan lahan
untuk pertanian dapat berubah menjadi pemukiman atau hilang akibat desertifikasi, salinisasi,
dan erosi tanah karena praktik pertanian yang tidak lestari.
Produksi tanaman pertanian bukanlah suatu kebutuhan yang mutlak bagi suatu negara untuk mencapai
ketahanan pangan. Jepang dan Singapuramenjadi contoh bagaimana sebuah negara yang tidak memiliki
sumber daya alam untuk memproduksi bahan pangan namun mampu mencapai ketahanan pangan.
Akses
Akses terhadap bahan pangan mengacu kepada kemampuan membeli dan besarnya alokasi bahan
pangan, juga faktor selera pada suatu individu dan rumah tangga.PBB menyatakan bahwa
penyebab kelaparan dan malagizi seringkali bukan disebabkan oleh kelangkaan bahan pangan namun
ketidakmampuan mengakses bahan pangan karena kemiskinan.Kemiskinan membatasi akses terhadap
bahan pangan dan juga meningkatkan kerentanan suatu individu atau rumah tangga terhadap
peningkatan harga bahan pangan. Kemampuan akses bergantung pada besarnya pendapatan suatu
rumah tangga untuk membeli bahan pangan, atau kepemilikan lahan untuk menumbuhkan makanan
untuk dirinya sendiri.Rumah tangga dengan sumber daya yang cukup dapat mengatasi ketidakstabilan
panen dan kelangkaan pangan setempat serta mampu mempertahankan akses kepada bahan pangan.
Terdapat dua perbedaan mengenai akses kepada bahan pangan. (1) Akses langsung, yaitu rumah tangga
memproduksi bahan pangan sendiri, (2) akses ekonomi, yaitu rumah tangga membeli bahan pangan
yang diproduksi di tempat lain. Lokasi dapat mempengaruhi akses kepada bahan pangan dan jenis akses
yang digunakan pada rumah tangga tersebut.Meski demikian, kemampuan akses kepada suatu bahan
pangan tidak selalu menyebabkan seseorang membeli bahan pangan tersebut karena ada faktor selera
dan budaya. Demografi dan tingkat edukasi suatu anggota rumah tangga juga gender menentukan
keinginan memiih bahan pangan yang diinginkannya sehingga juga mempengaruhi jenis pangan yang
akan dibeli. USDA menambahkan bahwa akses kepada bahan pangan harus tersedia dengan cara yang
dibenarkan oleh masyarakat sehingga makanan tidak didapatkan dengan cara memungut, mencuri, atau
bahkan mengambil dari cadangan makanan darurat ketika tidak sedang dalam kondisi darurat.
Pemanfaatan
Ketika bahan pangan sudah didapatkan, maka berbagai faktor mempengaruhi jumlah dan kualitas
pangan yang dijangkau oleh anggota keluarga. Bahan pangan yang dimakan harus aman dan memenuhi
kebutuhan fisiologis suatu individu. Keamanan pangan mempengaruhi pemanfaatan pangan dan dapat
dipengaruhi oleh cara penyiapan, pemrosesan, dan kemampuan memasak di suatu komunitas atau
rumah tangga. Akses kepada fasilitas kesehatan juga mempengaruhi pemanfaatan pangan karena
kesehatan suatu individu mempengaruhi bagaimana suatu makanan dicerna. Misal keberadaan parasit
di dalam usus dapat mengurangi kemampuan tubuh mendapatkan nutrisi tertentu sehingga mengurangi
kualitas pemanfaatan pangan oleh individu. Kualitas sanitasi juga mempengaruhi keberadaan dan
persebaran penyakit yang dapat mempengaruhi pemanfaatan pangan sehingga edukasi mengenai
nutrisi dan penyiapan bahan pangan dapat mempengaruhi kualitas pemanfaatan pangan.
Stabilitas
Stabiitas pangan mengacu pada kemampuan suatu individu dalam mendapatkan bahan pangan
sepanjang waktu tertentu. Kerawanan pangan dapat berlangsung secara transisi, musiman, ataupun
kronis (permanen). Pada ketahanan pangan transisi, pangan kemungkinan tidak tersedia pada suatu
periode waktu tertentu. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan kegagalan panen dan
mempengaruhi ketersediaan pangan pada tingkat produksi.Konflik sipil juga dapat mempengaruhi akses
kepada bahan pangan. Ketidakstabilan di pasar menyebabkan peningkatan harga pangan sehingga juga
menyebabkan kerawanan pangan. Faktor lain misalnya hilangnya tenaga kerja atau produktivitas yang
disebabkan oleh wabah penyakit. Musim tanam mempengaruhi stabilitas secara musiman karena bahan
pangan hanya ada pada musim tertentu saja. Kerawanan pangan permanen atau kronis bersifat jangka
panjang dan persisten.
Degradasi lahan
Pertanian intensif mendorong terjadinya penurunan kesuburan tanah dan penurunan hasil. Diperkirakan
40% dari lahan pertanian di dunia terdegradasi secara serius. Di Afrika, jika kecenderungan degradasi
tanah terus terjadi, maka benua itu hanya mampu memberi makan seperempat penduduknya saja pada
tahun 2025.
hama dan penyakit mampu mempengaruhi produksi budi daya tanaman dan peternakan sehingga
memiliki dampak bagi ketersediaan bahan pangan. Contoh penyakit tanaman Ug99, salah satu tipe
penyakit karat batang pada gandum dapat menyebabkan kehilangan hasil pertanian hingga 100%.
Penyakit ini telah ada di berbagai negara di Afrika dan Timur Tengah. Terganggunya produksi pangan di
wilayah ini diperkirakan mampu mempengaruhi ketahanan pangan global.
Keanekaragaman genetika dari kerabat liar gandumdapat digunakan untuk memperbarui varietas
modern sehingga lebih tahan terhadap karat batang. Gandum liar ini dapat diseleksi di habitat aslinya
untuk mencari varietas yang tahan karat, lalu informasi genetikanya dipelajari. Terakhir varietas modern
dan varietas liar disilangkan dengan pemuliaan tanaman modern untuk memindahkan gen dari varietas
liar ke varietas modern.
Kanal irigasi telah menjadikan kawasan padang pasir yang kering di Mesir menjadi lahan pertanian
Berbagai negara di dunia telah melakukan importasi gandum yang disebabkan oleh terjadinya defisit
air,dan kemungkinan akan terjadi pada negara besar seperti China dan India. Tinggi muka air tanah terus
menurun di beberapa negara dikarenakan pemompaan yang berlebihan. China dan India telah
mengalaminya, dan negara tetangga mereka (Pakistan, Afghanistan, dan Iran) telah terpengaruh hal
tersebut. Hal ini akan memicu kelangkaan air dan menurunkan produksi tanaman pangan. Ketika
produksi tanaman pangan menurun, harga akan meningkat karena populasi terus bertambah. Pakistan
saat ini masih mampu memenuhi kebutuhan pangan di dalam negerinya, namun dengan peningkatan
populasi 4 juta jiwa per tahun, Pakistan kemungkinan akan melirik pasar dunia dalam memenuhi
kebutuhan pangannya, sama seperti negara lainnya yang telah mengalami defisit air seperti Afghanistan,
Ajlazair, Mesir, Iran, Meksiko, dan Pakistan.
Secara regional, kelangkaan air di Afrika adalah yang terbesar dibandingkan negara lainnya di dunia. Dari
800 juta jiwa, 300 juta penduduk Afrika telah hidup di lingkungan dengan stres air. Karena sebagian
besar penduduk Afrika masih bergantung dengan gaya hidup berbasis pertanian dan 80-90% penduduk
desa memproduksi pangan mereka sendiri, kelangkaan air adalah sama dengan hilangnya ketahanan
pangan.
Investasi jutaan dolar yang dimulai pada tahun 1990an oleh Bank Dunia telah mereklamasi padang
pasir dan mengubah lembah Ica yang kering di Perumenjadi pensuplai asparagus dunia. Namun tinggi
muka air tanah terus menurun karena digunakan sebagai irigasi secara terus menerus. Sebuah laporan
pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa industri ini tidak bersifat lestari. Mengubah arah aliran
air sungai Ica ke lahan asparagus juga telah menyebabkan kelangkaan air bagi masyarakat pribumi yang
hidup sebagai penggembala hewan ternak.
Perebutan lahan
Kepemilikan lahan lintas batas negara semakin meningkat. Perusahaan Korea Utara DaewooLogistics
telah mengamankan satu bidang lahan yang luas di Madagascar untuk mebudidayakan jagung dan
tanaman pertanian lainnya untuk produksi biofuel. Libya telah mengamankan 250 ribu hektare lahan di
Ukraina dan sebagai gantinya Ukraina mendapatkan akses ke sumber gas alam di Libya. China telah
memulai eksplorasi lahan di sejumlah tempat di Asia Tenggara. Negara di semenanjung Arab telah
mencari lahan di Sudan, Ethiopia, Ukraina, Kazakhstan, Pakistan, Kamboja, dan Thailand. Qatar
berencana menyewa lahan di sepanjang panyai di Kenya untuk menumbuhkan sayuran dan buah, dan
sebagai gantinya akan membangun pelabuhan besar dekat Lamu, pulau di samudra Hindia yang menjadi
tujuan wisata.
Perubahan iklim
Fenomena cuaca yang ekstrem seperti kekeringandan banjir diperkirakan akan meningkat karena
perubahan iklim terjadi. Kejadian ini akan memiliki dampak di sektor pertanian. Diperkirakan pada tahun
2040, hampir seluruh kawasan sungai Nil akan menjadi padang pasir di mana aktivitas budi daya tidak
dimungkinkan karena keterbatasan air. Dampak dari cuaca ekstrem mencakup perubahan produktivitas,
gaya hidup, pendapatan ekonomi, infrastruktur, dan pasar. Ketahanan pangan pada masa depan akan
terkait dengan kemampuan adaptasi budi daya bercocok tanam masyarakat terhadap perubahan iklim.
Di Honduras, perempuan Garifuna membantuk meningkatkan ketahanan pangan lokal dengan
menanam tanaman umbi tradisional sambil membangun metode konservasi tanah, melakukan
pelatihan pertanian organik dan menciptakan pasar petani Garifuna. Enam belas kota telah bekerja
sama membangun bank benih dan peralatan pertanian. Upaya untuk membudidayakan spesies pohon
buah liar di sepanjang pantai membantu mencegah erosi tanah.
Diperkirakan 2.4 miliar penduduk hidup di daerah tangkapan air hujan di sekitar Himalaya. Negara di
sekitar Himalaya (India, Pakistan, China, Afghanistan, Bangladesh, Myanmar, dan Nepal) dapat
mengalami banjir dan kekeringan pada dekade mendatang. Bahkan di India, sungan Ganga menjadi
sumber air minum dan irigasi bagi 500 juta jiwa Sungai yang bersumber dari gletser juga akan
terpengaruh. Kenaikan permukaan laut diperkirakan akan meningkat seiring meningkatnya temperatur
bumi, sehingga akan mengurangi sejumlah lahan yang dapat digunakan untuk pertanian.
Semua dampak dari perubahan iklim ini berpotensi mengurangi hasil pertanian dan peningkatan harga
pangan akan terjadi. Diperkirakan setiap peningkatan 2.5% harga pangan, jumlah manusia yang
kelaparan akan meningkat 1%. Berubahnya periode dan musim tanam akan terjadi secara drastis
dikarenakan perubahan temperatur dan kelembaban tanah.
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik
sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut. Yang pada masa sekarang
sudah hampir punah. Sawah merupakan cara bertani yang lebih baik di bandingkan cara lain karena
sudah menerapkan saptausaha tani.
2. Ladang (Huma)
Ladang merupakan sistem pertanian pada lahan kering yang sering disebut jugaHUMA. Pada sistem
pertanian ini berpindah-pindah yaitu melakukan pembukaan hutan dengan cara pembakaran lahan
yang telah terbuka ditanami padi dan palawija. Hal ini merugikan karena unsur-unsur hara yang bersifat
meyuburkan tanah akan hilang akibat pengolahan tanah yang salah. Sistem ini berakibat pada tanah
longsong dan banjir.
3. Tegalan
Tegalan merupakan sistem pertanian lahan kering yang sudah menetap. Jenis tanaman yang ditanam
pada lahan ini diantaranya palawija dan padi gogo.Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering(dry
farming) yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan
terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan
irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit
untuk ditubuhi tanaman pertanian.
Jenis pertanian tanaman pangan, antara lain padi, jagung, ketela pohon, kedelai, dan kacang
tanah.
1 . Padi
Syarat-syarat agar tanaman padi agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
Daerah penghasil padi antara lain Aceh, Sumatera Barat, Tapanuli, Lampung, Jawa, bali, lombok,
Sulawesi Selatan, Minahasa, Kalimantan Tengah, dan NTB.
2 . Jagung
Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat
bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara historis terkait erat
dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai bahan makanan sejak 10.000 tahun yang
lalu). Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Syarat-syarat agar tanaman jagung agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
Daerah persebaran penghasil jagung antara lain Jawa, Madura, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
3 . Ketela Pohon
Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau
kasape.
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat
daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi atau untuk keperluan yang lain
seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering
digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak] Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon
dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula
pada industri obat-obatan.
Syarat-syarat agar tanaman ketela pohon agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
Daerah persebaran ketela pohon, antara lain, Jawa, Madura, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, Kalimantan,
Maluku, dan Papua.
Ketela pohon di gunakan sebagai makanan pokok, makanan ternak, dan bahan tepung tapioka.
4 . Kedelai
Kedelai (Glycine Max) sudah dibudidayakan sejak 1500 tahun Sebelum Masehi dan baru masuk
Indonesia, terutama Jawa sekitar tahun 1750. Kedelai berfungsi sebagai zat pembangun bagi tubuh,
mengurangi gejala menopouse, mencegah osteoporosis, mencegah atherosclerosis, mencegah kanker,
meringankan diabetes.
Syarat-syarat agar tanaman kedelai agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
Daerah penghasil kedela terbesar terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
5 . Kacang Tanah
Syarat-syarat agar tanaman pai agar tumbuh subur adalah sebagai berikut:
c. Saaat tumbuh perlu air banyak dan saat masak hanya perlu air sedikit
Daerah penghasil terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Dan Lombok.
Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau
subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditi perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan
dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal.
Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman keras/industri seperti kakao, kelapa, dan teh, atau
tanaman hortikultura seperti pisang, anggur, atau anggrek. Dalam pengertian bahasa Inggris,
"perkebunan" dapat mencakup plantation dan orchard.
Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditi yang dipasarkannya.
Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan
melalui sistem produksi yang diterapkannya. Selain itu, perkebunan selalu menerapkan cara
monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada di dalamnya. Penciri lainnya, walaupun tidak selalu
demikian, adalah terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di
lahan perkebunan itu, sebelum produknya dikirim ke pembeli.
Jenis-jenis perkebunan yang ada di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
1. Karet
Sejarah karet bermula ketika Christopher Columbus menemukan benua Amerika pada 1476. Saat itu,
Columbus tercengang melihat orang-orang Indian bermain bola dengan menggunakan suatu bahan yang
dapat melantun bila dijatuhkan ke tanah). Bola tersebut terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput
yang dicampur dengan suatu bahan (lateks) kemudian dipanaskan diatas unggun dan dibulatkan seperti
bola. Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu
salah satu komoditi penghasil devisa negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk, dan
sumber penghasilan bagi petani Daerah - daerah penghasil karet adalah :
2. Kopi
3. Teh
Daerah penghasik teh di Indonesia, antara lain di Bogor, Priangan, Sukabumi, Pekalongan, Wonsobo,
Malang, Jember, Banyuwangi, Bengkulu, Pematang Siantar, dan Sumatera Barat.
4. Tembakau
Tembakau (Tobacco) adalah sejenis tanaman herbal. Tanaman ini berasal dari Amerika Utara dan
Amerika Selatan.
5. Tebu
Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah
beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai
bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun). Daerah - daerah penghasil tebu, antara lain Aceh Barat,
Bengkulu, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, dan DI Yogyakarta. Tebu dapat diolah
menjadi gula pasir. Pabrik gula terdapat di :
Syarat-syarat agar tebu dapat tumbuh subur, antara lain sebagai berikut:
6. Kelapa
Kelapa merupakan jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae dan satu-satunya spesies dalam
genus Cocos, pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat
tropika. Semua bagiannya dapat dimanfaatkan orang, dari batang, buah dan daun semuanya dapat di
manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Syarat-syarat agar kelapa dapat tumbuh subur, antara lain sebagai berikut:
Selain itu, kelapa banyak terdapat di Aceh, Bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Timur, Papua, Riau, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, dan DI Yogyakarta.
Hasil Perkebunan
Hasil perkebunan dapat di olah menjadi produk industri
Undang-Undang No. 7 Tahun 1996, adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari :
aman
merata, dan
terjangkau
Peningkatan kapasitas produksi pangan nasional secara berkelanjutan (minimum setara dengan laju
pertumbuhan penduduk) melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi.
Revitalisasi industri hulu produksi pangan (benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian)
Revitalisasi dan Restrukturisasi kelembagaan pangan yang ada : Kopersasi, UKM, dan lumbung desa.
Pengembangan kebijakan yang kondusif untuk terciptanya kemandirian pangan yang melindungi pelaku
bisnis pangan dari hulu hingga hilir meliputi penerapan Teknikal Barrier for Trade (TBT) pada produk
pangan, insentif, alokasi kredit, dan harmonisasi tarif bea masuk, pajak resmi dan tak resmi.
a. Lahan
Lahan merupakan faktor penting dalam penyediaan sumber pangan, terutama yang terkait sumber
pangan hasil budi daya pertanian dan perkebunan. Semakin luas lahan potensial yang digunakan untuk
mengusahakan tanaman pangan, semakin baik ketahanan pangan di suatu negara.
c. Teknologi
Semakin tinggi teknologi yang dimiliki, maka akan semakin mudah dalam melakukan proses produksi
maupun meningkatkan hasil produksi di suatu wilayah atau negara. Contoh : Penggunaan mesin traktor
untuk mengolah lahan, penggunaan GPS untuk nelayan, penggunaan bibit bioteknologi untuk
mempercepat pertumbuhan dan hasil tanam dan hydrophonik untuk penanaman di wilayah yang
sempit.
d. Infrastruktur
Ketersediaan infrastruktur yang memadai baik di darat, laut maupun udara akan mempercepat proses
distribusi dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Hal ini akan meningkatkan ketahanan pangan baik
secara lokal maupun nasional di wilayah Indonesia ( negara dengan wilayah kepulauan)
1. Ketahanan Pangan Andhiyah Ivena Fauzy Ahmad Irsalina Kresna Aji Meileni Zakia Dwi
2. A. Ketahanan Pangan 1. Pengertian Pangan menurut UU No. 18 tahun 2012 Pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan dan air baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.
3. Ketahanan pangan menurut UU No.18 Tahun 2012 Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
2. A. Ketahanan Pangan 1. Pengertian Pangan menurut UU No. 18 tahun 2012 Pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan dan air baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.
3. Ketahanan pangan menurut UU No.18 Tahun 2012 Kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
5. B. Ketersediaan Pangan Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor : produksi pangan di
wilayah tersebut, Perdagangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, Stok yang dimiliki
pedagang, Cadangan pemerintah, Bantuan pangan dari pemerintah maupun lembaga swasta
6. C. Aksesibilitas Pangan Aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan memiliki tantangan yang
berbeda-beda bagi setiap daerah, baik desa maupun kota. Aksesibilitas pangan di beberapa daerah
masih tergolong rendah.
7. Kendala akses pangan dipengaruhi oleh 3 aspek, yaitu : Aspek fisik ( ketersediaan pangan dan
Infrastruktur ) Aspek ekonomi ( daya beli masyarakat ) Aspek sosial ( tingkat pendidikan )
Dstribusui pangan yang belum merata Sarana prasarana distribusi yang belum memadai
8. D. Pemanfaatan Pangan Pemanfaatan pangan merupakan pilar ketiga dari upaya peningkatan
ketahanan pangan. Pemanfaatan pangan, meliputi pemanfaatan bahan pangan menjadi bahan jadi
atau pangan jadi yang ditujukan bagi manusia untuk pemenuhan zat gizi, dan pemanfaatan makanan
secara efisien oleh manusia.
9. E. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan 1. Lahan Merupakan faktor penting dari
penyediaan sumber pangan. Lahan menjadi media untuk meningkatkan potensi hasil budi daya
pertanian dan perkebunan. Dengan kata lain, lahan menjadi tempat manusia dalam memproduksi bahan
dasar pangan berupa bahan belum olah seperti hasil pertanian dan perkebunan.
10. 2. Iklim dan Cuaca iklim dan cuaca secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil sumber daya
pangan. iklim dan cuaca yang sesuai atau mendukung di suatu wilayah, maka berpengaruh pada
peningkatan penghasilan sumber daya pangan. Contohnya : iklim global El nino yang menyebabkan
kekeringan yang berpengaruh pada gagal panen di beberapa tanaman
11. 3. Teknologi Teknologi akan mempermudah manusia dalam mencapai pekerjaan yang lebih efisien
dan efektif. Efisiensi dan efektifitas ini berperan dalam banyak hal, seperti produksi dan distribusi.
Contoh : penggunaan GPS untuk menangkap ikan. Dan mesin pemanen jagung.
12. 4. Infrastruktur Infrastruktur yang dimaksud adalah ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan
dari produsen ke konsumen. Infrastruktur mempengaruhi proses pendistribusian sumber daya pangan.
Hal inilah yang meningkatkan ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Contoh : jalan, jembatan,
kapal laut.
Recommended
5. B. Ketersediaan Pangan Ketersediaan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor : produksi pangan di
wilayah tersebut, Perdagangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, Stok yang dimiliki
pedagang, Cadangan pemerintah, Bantuan pangan dari pemerintah maupun lembaga swasta
6. C. Aksesibilitas Pangan Aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan memiliki tantangan yang
berbeda-beda bagi setiap daerah, baik desa maupun kota. Aksesibilitas pangan di beberapa daerah
masih tergolong rendah.
7. Kendala akses pangan dipengaruhi oleh 3 aspek, yaitu : Aspek fisik ( ketersediaan pangan dan
Infrastruktur ) Aspek ekonomi ( daya beli masyarakat ) Aspek sosial ( tingkat pendidikan )
Dstribusui pangan yang belum merata Sarana prasarana distribusi yang belum memadai
8. D. Pemanfaatan Pangan Pemanfaatan pangan merupakan pilar ketiga dari upaya peningkatan
ketahanan pangan. Pemanfaatan pangan, meliputi pemanfaatan bahan pangan menjadi bahan jadi
atau pangan jadi yang ditujukan bagi manusia untuk pemenuhan zat gizi, dan pemanfaatan makanan
secara efisien oleh manusia.
9. E. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan 1. Lahan Merupakan faktor penting dari
penyediaan sumber pangan. Lahan menjadi media untuk meningkatkan potensi hasil budi daya
pertanian dan perkebunan. Dengan kata lain, lahan menjadi tempat manusia dalam memproduksi bahan
dasar pangan berupa bahan belum olah seperti hasil pertanian dan perkebunan.
10. 2. Iklim dan Cuaca iklim dan cuaca secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil sumber daya
pangan. iklim dan cuaca yang sesuai atau mendukung di suatu wilayah, maka berpengaruh pada
peningkatan penghasilan sumber daya pangan. Contohnya : iklim global El nino yang menyebabkan
kekeringan yang berpengaruh pada gagal panen di beberapa tanaman
11. 3. Teknologi Teknologi akan mempermudah manusia dalam mencapai pekerjaan yang lebih efisien
dan efektif. Efisiensi dan efektifitas ini berperan dalam banyak hal, seperti produksi dan distribusi.
Contoh : penggunaan GPS untuk menangkap ikan. Dan mesin pemanen jagung.
12. 4. Infrastruktur Infrastruktur yang dimaksud adalah ketersediaan sarana dan prasarana perhubungan
dari produsen ke konsumen. Infrastruktur mempengaruhi proses pendistribusian sumber daya pangan.
Hal inilah yang meningkatkan ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Contoh : jalan, jembatan,
kapal laut.