Anda di halaman 1dari 56

Ketahanan Pangan

(Food Security)

&

Keanekaragaman Pangan
(Food Diversification)
Pengertian Ketahanan Pangan
• Undang-Undang Pangan No.18 Tahun 2012:
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

• Suatu kondisi ketersediaan pangan cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan
setiap individu mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun
ekonomi.

→ ketahanan pangan mencakup tiga aspek, yakni ketersediaan jumlah, keamanan,


dan keterjangkauan harga.
Sub Sistem Ketahanan Pangan

1. Ketersediaan / Availability
2. Keterjangkauan/ Accessibility
3. Pemanfaatan / Utilization
1. Ketersediaan Pangan / Food Availability

• ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup,aman dan bergizi


untuk semua orang dalam suatu negara yang berasal dari :
• produksi sendiri,
• impor,
• cadangan pangan
• bantuan pangan

Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi pangan yang


didefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan
untuk kehidupan yang Aktif dan Sehat.
2. Keterjangkauan pangan (Food Accessibility)

• kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan


sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh
dari produksi pangan sendiri atau melalui bantuan pangan

• Akses rumah tangga dan individu terdiri dari:


❖Akses ekonomi → tgt pada pendapatan, kesempatan kerja & harga
❖Akses fisik → tingkat isolasi daerah (ketersediaan sarpras untuk distribusi)
❖Akses sosial→ kemandirian masy saat darurat, bencana, dan adanya
preferensi (kesukaan) pangan
2. Aspek Keterjangkauan
3. Pemanfaatan Pangan (Food Utilization)

• yaitu pemanfaatan pangan untuk kebutuhan hidup sehat yang


meliputi pemenuhan kebutuhan zat gizi dan air
• Efektifitas dari pemanfaatan pangan tergantung pada pengetahuan
rumah tangga/individu, sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan
layanan kesehatan, serta penyuluhan gizi
3. Aspek Pemanfaatan

SKPG : Sistem Kewaspadaan pangan & Gizi, PSG : Penilaian Status Gizi, FSVA : Food Safety and Vulnerability Atlas, NSPK: Norma, Standart,
Prosedur dan Kriteria / peraturan perundangan yang ditetapkan oleh pemerintah
• Berdasarkan UU no 18 tahun 2012 bahwa agar masyarakat dapat hidup sehat, aktif
dan produktif perlu Ketahanan Pangan Nasional yang kuat.

Ketahanan Pangan Nasional didukung oleh :


1. Kedaulatan Pangan yaitu hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan
kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang
memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai
dengan potensi sumber daya lokal.
2. Kemandirian Pangan yaitu kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi
Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan
kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan
lokal secara bermartabat.

→ Ketahanan pangan harus didukung oleh sistem Keamanan Pangan yang baik
Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
• Komoditas pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat → pemenuhannya
harus disegerakan.
• Dalam kaitan ini, kelambatan pemenuhan pangan akan menyebabkan harga
pangan tinggi dan bergejolak (volatilitas tinggi)→ hal ini akan berimplikasi pada
sulitnya mengendalikan harga dan menurunnya kesejahteraan masyarakat.

• Di Indonesia, komoditas pangan menyumbang peran cukup besar pada inflasi.


• Dari beberapa komoditas utama penyumbang inflasi 15 diantaranya merupakan
komoditas pangan→ Dengan kata lain, ketidakstabilan harga komoditas pangan
di Indonesia banyak dipengaruhi oleh permasalahan supply.
• Ketidakstabilan harga pangan di Indonesia juga disebabkan oleh sifat
komoditas pangan yang musiman dan sangat terpengaruh oleh kondisi alam
seperti tanah, perubahan musim & letak geografis daerah.

• Faktor-faktor ini akan mempengaruhi ketersediaan stok tiap bulannya.


→ pada musim panen supply meningkat, sehingga harga relatif rendah.
Namun, pada saat musim paceklik atau di luar musim panen stok menjadi
terbatas sehingga harga tinggi

• Permasalahan distribusi juga menjadi hambatan tersendiri pada masalah


transportasi barang antar daerah. Panjangnya rantai pemasaran komoditas
pangan juga menyebabkan ketidakefisienan dalam pemasaran barang dan
menyebabkan tingginya harga barang komoditas pangan.
• Dalam konteks ketahanan pangan, makin besar konsumsi masyarakat
terhadap suatu bahan makanan, kerentanan / kerawanan masyarakat pada
tingkat ketersediaan bahan makanan tersebut menjadi sangat tinggi.

• Makin tingginya tingkat konsumsi masyarakat menjadi indikasi makin


tingginya ketergantungan terhadap bahan makanan tersebut.

• Contoh : masyarakat Indonesia sangat tergantung pada beras atau terigu sebagai bahan pembuat kue
sehingga Ketika produksi beras turun atau import terigu mengalami gangguan maka akan terjadi
kerawanan pangan yang berdampak pada status gizi masyarakat
Dampak
Ketahanan Pangan & Gizi
pada
Status Gizi Masyarakat
Kebijakan Strategis
Ketahanan Pangan & Gizi
1. Kerangka Pikir Pembangunan Ketahanan Pangan & Gizi
2. Prinsip Dasar Ketahanan Pangan & Gizi
Apa saja Kesepakatan Internasional?
Penguatan Kelembagaan Pangan & Gizi
Tujuan Program Ketahanan Pangan

1. Meningkatnya ketersediaan pangan.


2. Mengembangkan diversifikasi pangan.
3. Mengembangkan kelembagaan pangan.
4. Mengembangkan usaha pegelolaan pangan.
Tingkatan Konsep Ketahanan Pangan

1. Global
2. Nasional
3. Regional
4. Rumah tangga dan individu
Dimensi Waktu Ketahanan Pangan

1. Kerawanan pangan kronis (chronic food insecurity)


→kerawanan pangan yang disebabkan tingkat pendapatan yang
rendah/ sosial ekonomi sehingga ketidakmampuan bersifat
menetap/ jangka lama/ kronis

2. Kerawanan pangan sementara (transitory food insecurity)


→kerawanan pangan yang disebabkan karena sedang terjadi
bencana sehingga ketidakmampuannya hanya bersifat sementara
Indikator Rawan Pangan

Adalah tanda-tanda rawan pangan yang erat kaitannya


dengan usaha individu/rumah tangga untuk mengatasi
kerawanan pangan

→ tanda-tanda bahwa suatu daerah terjadi ketidaktahanan pangan /


kerawanan pangan
Indikator Rawan Pangan

1. Berhubungan dengan gejala kekurangan produksi dan cadangan pangan


suatu tempat.

Misalnya :
a. Terjadinya eksplosi hama dan penyakit pada tanman;
b. Terjadi bencana alam berupa kekeringan, banjir, gempa bumi, gunung meletus,
dan sebagainya;
c. Terjadi kegagalan tanaman pangan makanan pokok;
d. Terjadinya penurunan persediaan bahan pangan setempat;
Indikator Rawan Pangan

2. Terkait dengan terdeteksinya akibat rawan pangan


→ yaitu : kurang gizi dan gangguan kesehatan meliputi :
a. Tubuh individu terlihat kurus
b. Ada penderita kurang energi protein (KEP)
c. Terjadinya peningkatan jumlah orang sakit yang dicatat di Pelayanan
Kesehatan/ Puskesmas
d. Peningkatan kematian bayi dan balita
e. Peningkatan angka kelahiran dengan BBLR
Indikator Rawan Pangan
3. Hubungannya dengan masalah sosial ekonomi dalam usaha individu atau
rumah tangga untuk mengatasi masalah rawan pangan
Meliputi:
a. Pengkatan konsumsi bahan pangan yang kurang biasa dikonsumsi
→seperti gadung yang sudah mulai dimakan oleh sebagian masyarakat →
masy mulai mengkonsumsi makanan yang tidak biasa dikonsumsi
b. Peningkatan jumlah masyarakat yang menggadaikan asset
c. Peningkatan penjualan ternak, peralatan produksi (bajak dan sebagainya)
d. Meningkatnya kriminalitas
Faktor yang harus diperhatikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat:

1. Faktor kecukupan →tersedianya bahan pangan untuk mencukupi kebutuhan.

• Penyediaan pangan ini sedapat mungkin diupayakan dari dalam negeri.


• Impor dilakukan hanya apabila diperlukan → yi apabila produksi dalam negeri tidak dapat
mencukupi.
2. Faktor daya beli→tersedianya pendapatan yang memadai dan kestabilan
harga agar masyarakat mampu untuk membeli bahan makanan.

3. Faktor distribusi → tersedianya pangan yang cukup di seluruh wilayah dalam


waktu tertentu dan jumlah yang memadai.

4. Faktor gizi→tersedianya produksi bahan pangan yang memenuhi kebutuhan


gizi (kualitas maupun kuantitas).

5. Faktor pengetahuan gizi→ kesadaran atau pengetahuan penduduk mengenai


gizi sehingga mereka mengkonsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan (gizi
seimbang).
DIVERSIFIKASI/
PENGANEKARAGAMAN
PANGAN
Adalah usaha penganekaragaman usaha tani secara:
- horizontal
- vertikal
- regional

→ UPAYA PENINGKATAN KONSUMSI ANEKA RAGAM


PANGAN NON BERAS DENGAN PRINSIP GIZI SEIMBANG
Aku sehat karena panganku
cukup, beragam, bergizi
seimbang, aman, dan halal
MASALAH PANGAN
KELEBIHAN PANGAN • TURUNNYA HARGA
• KERUSAKAN PRODUKSI

KEKURANGAN PANGAN GIZI BURUK

RUMAH TANGGA TIDAK


BISA AKSES DALAM GIZI BURUK
PEMENUHAN PANGAN

KEAMANAN PANGAN GANGGUAN


KESEHATAN
PERMASALAHAN PANGAN DI INDONESIA

➢ Total konsumsi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 97,05


kg/kapita/ tahun. (Kementan, 2019)
➢ Idealnya 60 kg per kapita per tahun
➢ Ketergantungan masyarakat Indonesia akan beras sangat tinggi.

AKAR MASALAH:
KEMISKINAN
TANTANGAN DIVERSIFIKASI PANGAN

• Kebijakan pengembangan pangan yang masih terfokus pada beras


• Upaya penggalian dan pemanfaatan sumber pangan
karbohidrat lokal (non beras) masih kurang
• Pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam
• Kemampuan memproduksi pangan lokal masih rendah,
terutama musim paceklik

Penerapan teknologi produksi dan teknologi pengolahan pangan


lokal di masyarakat tidak mampu mengimbangi pangan olahan
asal impor yang membanjiri pasar.
ANALISIS SWOT PELAKSANAAN DIVERSIFIKASI
PANGAN POKOK/NON BERAS
Kekuatan = Strengths (S) Kelemahan =Weaknesses (W)
•Potensi biodiversitas yang sangat kaya •Pangan lokal dianggap inferior
•Kekayaan budaya dan food habit •Program yang tidak sinkron dengan
•Keragaman geografi dan agroklimat anggaran rendah
•Peneliti yang cukup andal dengan sarana •Mental pedagang para industriawan
yang cukup •Efisiensi usaha tani rendah
Peluang = Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
•Globalisasi perdagangan ➢Pengembangan Diversifikasi pangan ➢Pengembangan bisnis pangan untuk
•Jumlah penduduk yang besar pokok berbasiskan kepada kondisi mendukung diversifikasi berbasiskan
•Situasi politik ke arah kemandirian setempat indigenous resources
bangsa

Ancaman = Threats (T) Strategi ST Strategi WT


•Banjir pangan import ➢Peningkatan efisiensi usaha pertanian ➢Pengembangan kemandirian bangsa di
•Perubahan iklim yang makin tidak melalui penelitian efektif yang dipublikasikan bidang pangan berlandaskan indigenous
teratur ➢Peningkatan apresiasi terhadap resources/knowledge
•Kurang menghargai indigenous indigenous knowledge/resources
knowledge/resources
•Paten bahan biologis
• Diversifikasi Horisontal :
Upaya menganekaragamkan produk yang dihasilkan
dan produk yang dikonsumsi → budidayanya

• Diversifikasi Vertikal :
Upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pangan ,
lebih berdaya guna
→ pengembangan produksi setelah panen / pengolahan

• Diversifikasi Regional :
Upaya penganekaragaman produk yang dihasilkan
untuk dikonsumsi berdasarkan potensi pangan lokal
Prinsip Diversifikasi Pangan :
• Pemantapan swasembada pangan → beras
• Perbaikan mutu gizi pangan
• Peningkatan nilai tambah non beras

Dampak yang diharapkan :


• Peningkatan pangan yang lebih beragam
• Peningkatan usaha budidaya non beras
• Peningkatan usaha industri pangan yang
lebih beragam → lapangan kerja baru
Diversifikasi Pangan VS Perbaikan Mutu Gizi

• Konsumsi pangan beragam → memperbaiki mutu gizi makanan


• Makanan tunggal (tidak beragam) → tdk dpt mencukupi kebutuhan gizi
• Misal :
• beras → tinggi KH dan kurang asam amino lisin
• kedelai → tinggi protein kurang asam amino methionine
→dengan menggabung keduanya akan tercukupi energi, protein dan asam amino yang lebih lengkap
Upaya Diversifikasi
Intervensi penyuluhan dan sosialisasi
Penyediaan pangan yang beranekaragam
Intervensi produk makanan baru, bergizi, murah, disukai dan
aman →teknologi pasca panen dan teknologi pengolahan
Mempertinggi harga beras menekan harga komoditas lain
Pola tanam ganda → produktivitas lebih tinggi
Pekarangan dan lahan tidur/tidak produktif dapat
dimanfaatkan untuk budidaya palawija
➔menjamin ketersediaan bahan pangan lain pada saat gagal panen/musibah

→ bukan hal mudah karena mengubah pola konsumsi


Faktor-faktor yang harus diperhatikan :

1) Pola makan dan keadaan defisiensi gizi → menu


• menu tinggi KH, rendah protein dan lemak → pada anak-anak berakibat kurang gizi
• dianjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protein (kacang-kacangan)
• mengkonsumsi bahan makanan beragam → gizi lengkap

2) Akseptabilitas (penerimaan)
• Cita rasa, bentuk, aroma, kenampakan → daya terima
• Perlu diciptakan makanan baru
• Perlu inovasi pengolahan

3) Kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan lahan


• Terbatasnya tenaga kerja dan lahan garapan
• Jangan mengganggu pekerjaan sbg petani tanaman pangan dan penggunaan lahannya
• Memanfaatkan waktu luang dan lahan tdk produktif/pekarangan untuk mengembangkan tanaman
baru

4) Sumber Penghasilan baru dan Potensi Pemasaran
• Bila produk yg dihasilkan suatu kebutuhan bahan pangan → ada pembeli → ada pasar →
sumber penghasilan baru
• Merupakan persediaan pangan dan tabungan bagi keluarga

5) Kemudahan dalam Penyiapan


• Produk baru mudah diterima bila mudah, cepat dan praktis dalam penyiapannya untuk
dikonsumsi
• Perlu diperkenalkan teknologi pasca panen dan pengolahannya
6) Ketersediaan secara lokal
• Sebaiknya bahan merupakan potensi yg ada di daerah tsb. → menjamin
ketersediaan
• Bahan yg ada tetapi belum dikenal perlu ditunjukkan keunggulan komparatif
diantaranya harga, dan nilai gizinya

7) Pendidikan Gizi dan Kesehatan


• Diperlukan untuk menunjang program diversifikasi sehingga tujuan
peningkatan status gizi dan kesehatan tercapai
Potensi dan Kendala Diversifikasi Pangan

→ dilihat dari 2 sisi : - Produksi (Penawaran)


- Konsumsi (Pemasaran)

1. Produksi :
Potensi :
• Beranekaragamnya tanaman dan varietas yg ada
• Iklim tropik yang menunjang
• Adanya budidaya palawija yg sudah dikenal
• Prospek pasar yg luas dan potensial
• Kendala :

• Komoditi non beras sbg tanaman sekunder /sampingan


• Lahan yg ada untuk tanaman padi
→ adanya lahan kering
• Sistem irigasi yg konvensional
• Ketersediaan sarana produksi (bibit unggul)
• Sulitnya penerapan teknologi baru
→ masalah mekanisasi
• Penanganan pasca panen dan pengolahan yg belum
baik
2. Konsumsi :
Potensi :
• Meningkatkan pendapatan
• Pengembangan industri pangan →
diperlukan :
• Pengawasan gizi
• Pengawasan higiene
• Pengawasan keamanan pangan
• Berkembangnya produk makanan jadi atau
makanan cepat/ siap santap
• Kendala :

• Belum adanya teknologi tepat guna bagi pengolahan non


beras
• Penyiapan yang cukup lama bagi komoditas non beras
• Bagi industri pangan :
• Ketersediaan bahan yg belum mencukupi
• Kualitas bahan mentah yg bervariasi dan rendah
• Penggunaan zat aditive yg belum benar
• Kesadaran sanitasi dan higiene yg rendah → keracunan
• Kesadaran taat peraturan yg rendah
• Pengawasan yg masih kurang dari instansi berwenang
Gandum/Terigu
• Mie instan
• Roti (bakery , pizza, burger ) Menu Modern yg
• Macam-macam snack awetan selalu ada dlm
• Cake, kue-kue basah makanan sehari-hari

Import gandum terus meningkat ! Bagaimana solusinya ?


SELAMAT
BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai