Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurul Fatihah Azzahra Lubis

NIM : 2105030054

Tugas : Ketahanan Pangan Hewani

Kelas : E1

Tiga Pilar Ketahanan Pangan

Pilar ketahanan pangan merupakan konsep dasar yang menjadi sangga utama dalam
pencapaian ketahanan pangan suatu negara atau wilayah. Secara umum terdapat tiga pilar
utama ketahanan pangan, yaitu: ketersediaan pangan, akses pangan dan pemanfaatan
pangan.

1. Ketersediaan Pangan (Availability)


Ketersediaan pangan merupakan kemampuan masyarakat dan negara
dalam menyediakan pangan dari produksi domestik maupun dari luar negeri
(impor). Ketersediaan pangan yang cukup di tingkat nasional atau wilayah adalah
unsur penting dalam membangun ketahanan pangan dan gizi. Ketersediaan
pangan yang cukup di tingkat nasional dan provinsi tidak secara otomatis
menjamin ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan individu. Pangan
dapat tersedia dan diakses secara fisik, namun sebagian anggota rumah tangga
mungkin tidak mendapat manfaat secara maksimal apabila tidak memperoleh
distribusi pangan yang cukup, baik dari segi jumlah maupun keragaman atau
apabila kondisi tubuh mereka tidak memungkinkan penyerapan pangan karena
penyiapan pangan yang tidak tepat atau karena sedang sakit. Oleh karenanya dua
aspek lainnya yaitu akses pangan dan pemanfaatan pangan merupakan unsur yang
sama pentingnya dengan ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan harus
memadai secara kuantitas dan kualitasnya. Secara kuantitas maksudnya terdapat
stok atau cadangan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
sehari-hari. Sedangkan secara kualitas maksudnya pangan tersebut sehat dan
layak konsumsi. Dengan kata lain, aspek ketersediaan pangan melihat apakah
tersedia produksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat.

Contoh pelaksanaan pilar ketersediaan pangan:

• Pemerintah mengelola stok beras nasional melalui Bulog untuk


menstabilkan pasokan dan harga beras.
• Kebijakan larangan ekspor beberapa komoditas pangan untuk memastikan
ketersediaan dalam negeri.
• Program penanaman padi tiga kali setahun untuk meningkatkan produksi
beras.
• Pemerintah menyediakan stok pangan strategis seperti beras, gula, dan
minyak goreng untuk menjamin ketersediaan pangan dasar di masa krisis.
• Pemerintah mendorong peningkatan produksi pangan strategis seperti
padi, jagung, dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

2. Akses Pangan (Access)


Akses pangan adalah tersedianya dan terjangkaunya pangan bagi seluruh
penduduk. Akses pangan dipengaruhi oleh faktor harga pangan, daya beli
masyarakat, dan ketersediaan pasar. Dengan kata lain, aspek akses pangan melihat
apakah seluruh penduduk mampu membeli atau memperoleh pangan yang
tersedia, baik secara fisik maupun ekonomis.

Contoh pelaksanaan pilar akses pangan:

• Penyaluran bantuan Raskin (beras miskin) dan BST (bantuan sosial tunai)
untuk rumah tangga miskin.
• Konsumsi DAP untuk menstabilkan harga daging ayam.
• Pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) komoditas pangan
untuk menjamin daya beli masyarakat.
• Pemerintah menyalurkan bantuan sosial berupa beras, uang tunai, atau
voucher belanja untuk memenuhi akses pangan rumah tangga miskin dan
rentan.
3. Pemanfaatan Pangan (Utilization)
Pemanfaatan pangan adalah kemampuan untuk memanfaatkan pangan
yang dikonsumsi secara biologis. Hal ini dipengaruhi status gizi individu, akses
terhadap air bersih dan sanitasi yang layak, pengetahuan tentang praktik kesehatan
dan gizi yang baik, serta kesehatan lingkungan. Dengan kata lain, aspek
pemanfaatan pangan melihat apakah tubuh dapat memanfaatkan pangan yang
dikonsumsi secara optimal. Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan
pangan oleh rumah tangga, dan kemampuan individu untuk menyerap dan
memetabolisme zat gizi (konversi zat gizi secara efisien oleh tubuh). Pemanfaatan
pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan penyiapan pangan
termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama proses pengolahannya. Selain
itu perlu diperhatikan kondisi higienis, budaya atau kebiasaan pemberian makan
terutama untuk individu yang memerlukan jenis pangan khusus, distribusi pangan
dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu (pertumbuhan,
kehamilan, menyusui, dan lain-lain) dan status kesehatan.

Contoh pelaksanaan pilar pemanfaatan pangan:

• Program penyantunan gizi melalui suplemen zat gizi dan paket MPASI di
Posyandu.
• Jalinan Gerakan Sanitasi Total melalui pembangunan sarana air bersih dan
sanitasi.
• Kampanye gizi seimbang untuk meningkatkan pengetahuan pola makan
sehat.
• Pemerintah meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat melalui promosi
gizi seimbang dan empat sehat lima sempurna.
• NGO melakukan kampanye pentingnya sanitasi dan air bersih bagi
kesehatan dan daya serap nutrisi tubuh.
• Dinas Kesehatan menyelenggarakan posyandu untuk memantau status gizi
balita dan meningkatkan imunisasi anak.
Ketiga pilar tersebut saling terkait dan harus terpenuhi secara berimbang untuk
mencapai ketahanan pangan nasional. Jika salah satu pilar terganggu, maka akan
berdampak pada daya dukung pencapaian keamanan pangan di tingkat rumah
tangga dan masyarakat. Oleh karena itu, pilar-pilar ini menjadi acuan utama dalam
penyusunan kebijakan ketahanan pangan suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai