Anda di halaman 1dari 11

KANDUNGAN ZAT ANTINUTRISI GOSSIPOL PADA BIJI KAPAS

MAKALAH LINGKUNGAN TERNAK DAN MITIGASI IKLIM

Oleh Kelompok 2 :

Nurul Fatihah Azzahra Lubis (2105030054)

Maria Grajilia Sawi (2105030180)

Gilberd Stevi Agsandi Klaas (2105030032)

Andrianus Asing (2105030002)

PROGRAM ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Kandungan Zat Antinutrisi Gossipol Pada Biji Kapas”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.
Ir. Edi Djoko Sulistijo, M.P selaku dosen pengampu mata kuliah Lingkungan Ternak Dan
Mitigasi Iklim yang telah memberikan materi dan tugas. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih pada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah wawasan. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan.

Kupang, 16 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3. Tujuan ........................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 5
2.1. Zat Antinutrisi .................................................................................................................................... 5
2.2. Zat Antinutrisi Gossipol Pada Biji Kapas .......................................................................................... 5
2.3. Mekanisme Aksi Hingga Menimbulkan Efek Pada Ternak............................................................... 6
2.4. Prosedur Pencegahan Keracunan Gossipol ........................................................................................ 7
2.5. Detoksifikasi ...................................................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 11

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada beberapa spesies tumbuhan terdapat kandungan racun yang dikandung atau
dihasilkan sehingga tidak dapat dimakan oleh ternak. Kandungan ini juga dapat menggangu
proses penyerapan zat gizi dalam tubuh sehingga disebut zat antinutrisi atau antinutrien.
Zat antinutrisi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: anti protein, anti mineral dan anti
vitamin. Apabila dikomsumsi oleh ternak akan menimbulkan efek negatif seperti kekurangan
gizi atau keadaan nutrisi marginal, menyebabkan gangguan pertumbuhan bahkan gangguan
kesehatan.
Antinutrisi di bahan pakan ternak terkadang dihasilkan oleh metabolism jamur atau
mikroba dalam pakan atau oleh tumbuhan itu sendiri sebagai mekanisme untuk
mempertahankan diri. Antinutrisi yang sering ditemukan dalam pakan ternak antara lain:
protein inhibitor, goitrogen, nekaloid, oksalat, fitat, tannin, HCN dan gossipol. Pada
dasarnya banyak bahan pakan secara potensial mengandung satu atau lebih antinutrisi. Oleh
karena itu pengetahuan tentang kandungan zat antinutrisi dalam pakan ternak perlu dimiliki
untuk meminimalkan pengaruh zat antinutrisi.
Salah satu kandungan antinurisi pada tanaman pakan adalah gossipol yang terdapat pada
biji kapas. Biji kapas adalah limbah pertanian yang berasal dari perkebunan kapas, namun
dari bijinya terdapat masalah yaitu kandungan gossipol yang merupakan salah satu racun
bagi ternak. Tanaman yang mengandung gossipol adalah biji kapas dan biji kapuk, tapi yang
paling tinggi kandungannya adalah biji kapas. Gossipol terdapat pada hamper semua bagian
kapas, sehingga disimpulkan bahwa senyawa ini berfungsi insektisida alami untuk
melindungi tanaman kapas.

1.2.Rumusan Masalah
a. Apa itu zat antinutrisi?
b. Apa itu gossipol?
c. Apa pengaruh gossipol pada ternak?
d. Gossipol terdapat pada tamanan apa?
e. Bagaimana cara meminimalkan atau menghilangkan kandungan gossipol dalam biji
kapas?

1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu zat antinutrisi.
b. Agar dapat mengetahui apa itu gossipol.
c. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang terdapat kandungan gossipol.
d. Untuk mengetahui cara meminimalkan atau menghilangkan kandungan gossipol dalam
pakan ternak.

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Zat Antinutrisi


Zat anti nutrisi dapat mempengaruhi senyawa makanan sebelum dimakan, selama
pencernaan dalam saluran pencernaan dan setelah penyerapan oleh tubuh. Pengaruh negatif
dari zat anti nutrisi tidak segera nampak sebagaimana senyawa toksik pada makanan.
Pengaruh yang nampak dari konsumsi zat anti nutrisi adalah kekurangan gizi atau keadaan
nutrisi marginal. Zat anti gizi dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: anti protein termsuk
diantaranya adalah protease inhibitor, terdapat pada kacangkacangan. Anti mineral termasuk
didalamnya adalah asam fitat, asam oksalat, glukosinolat, serat pangan, dan gosipol.
Kelompok anti nutrisi berikutnya adalah anti vitamin, termasuk didalamnya asam askorbat
oksidase, anti tiamin, antipiridoksin.
Pada dasarnya banyak bahan pakan secara potensial mengandung satu atau beberapa jenis
antinutrisi. Hal ini berakibat terjadinya gangguan pertumbuhan, bahkan gangguan kesehatan,
apabila kandungan antinutrisi dalam bahan pakan yang dikonsumsinya cukup tinggi.
Pengetahuan tentang kandungan antinutrisi dalam berbagai bahan pakan perlu perlu dimiliki
oleh formulator pakan, termasuk para peternak yang mencampur pakan sendiri. Langkah ini
sangat penting sebagai strategi untuk meminimalkan pengaruh-pengaruh yang merugikan
dari antinutrisi. Telah dikembangkan metode-metode prosesing, baik secara fisik, mekanik
maupun kimiawi yang mungkin dapat diterapkan guna memerangi dan menghilangkan
antinutrisi dalam bahan pakan.
Berbagai jenis tanaman pakan memiliki potensi untuk mensintesis substansi kimia
tertentu sebagai mekanisme untuk mempertahankan diri dari gangguan infeksi oleh jamur,
bakteri dan insekta. Banyak di antara substansi kimia ini ternyata dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada ternak yang mengkonsumsinya. Gangguan tersebut dapat berupa
gangguan pertumbuhan, seperti : penurunan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), oleh
karena dihambatnya enzim pencernaan tertentu. Gangguan yang lain berupa gangguan
kesehatan, seperti gangguan pernapasan bahkan kematian.
Senyawa antinutrisi yang sering ditemukan, antara lain: Protein inhibitor (penghambat
protease), goitrogen, nekaloid, oksalat, fitat, tannin, HCN dan gossipol. Antinutrisi tersebut
seringkali mengikat protein, zat-zat mineral, sehingga pemanfaatan gizi dalam bahan pakan
oleh ternak menjadi berkurang. Sebagai akibatnya akan menimbulkan gangguan
pertumbuhan pada ternak atau gangguan kesehatan yang lain.

2.2. Zat Antinutrisi Gossipol Pada Biji Kapas


Kapas termasuk jenis Gossypium yang termasuk kedalam famili Malvaceae dan sub-
kelas Hibisceae. Nama kapas sendiri mencerminkan bahwa tanaman ini banyak mengandung
gosipol yang sebenarnya berasal dari gossipium phenol, suatu senyawa polifenolik yang
berwarna kuning. Khusus dalam bijinya, gosipol terdapat sebagai kelenjar pigmen yang
merupakan 20% sampai 40% persen berat dari biji itu sendiri.

5
Terdapat dua jenis gosipol yakni gosipol bebas (larut di dalam 70% aseton) dan gosipol
terikat. Gosipol terikat diproduksi melalui ikatan kovalen gosipol dan gugus epsilon-amino
bebas dari lisin dan arginin melalui reaksi pencokelatan atau reaksi Maillard. Gosipol terikat
akan bereaksi dengan 3-amino-1-propanol dalam larutan dimethylformamide untuk
membentuk kompleks diaminopropanol. Kompleks ini kemudian bereaksi dengan anilin
menghasilkan dianilinogosipol. Gosipol bebas merupakan gosipol yang larut dalam 70%
aseton. Gosipol ini bereaksi dengan tiourea dan anilin dalam kondisi asam memberikan
kompleks oranye kekuningan, yang diukur pada 440 nm. Total produksi gosipol dipengaruhi
oleh beberapa faktor, termasuk kondisi cuaca dan spesies kapas. Mengingat kondisi cuaca,
produksi gosipol berkorelasi positif dengan tingkat curah hujan dan berkorelasi negatif
dengan suhu. Mengenai variasi di antara spesies kapas, G. barbadense memiliki konsentrasi
gosipol yang lebih tinggi daripada G. hirsutum. Kandungan gosipol bebas dalam biji kapas
bervariasi yakni berkisar antara 0,02–6,64%. Biji kapas mengandung konsentrasi gosipol
lebih besar dibanding bagian kapas lainnya. Konsentrasi gosipol pada biji kapas berkisar
14.000 mg/kg total gosipol dan 7.000 mg/kg gosipol bebas.
Di samping itu, ada pula yang dinamai gossi-fulin yang berwarna jingga yang terbentuk
pada proses pemanasan biji kapas mentah. Banyak terdapat pigmen lain yang menyerupai
gosipol, tetapi banyak diantaranya tergantung suhu dan lama penyimpanan, dapat diambil
kesimpulan bahwa gosipol bebaslah merupakan bentuk yang lebih berbahaya.

2.3. Mekanisme Aksi Hingga Menimbulkan Efek Pada Ternak


Pemberian biji kapas pada ternak sebagai pakan dinilai kurang efektif. Apabila ternak
mengonsumsi biji kapas maka kandungan gossipol dalam biji kapas akan masuk ke dalam
tubuh. Tingkat penyerapan gosipol berbanding terbalik dengan jumlah zat besi dalam
makanan. Dalam ruminansia, fermentasi mikroba dalam rumen mengikat makanan yang
mengandung gosipol bebas dengan protein. Gosipol yang diserap terakumulasi di hati dan
ginjal. Ekskresi gosipol primer melalui empedu, kemudian dihilangkan melalui kotoran
setelah konjugasi dengan glucuronides dan sulfat. Gosipol yang terserap dalam tubuh dapat
menyebabkan kerusakan organ hati. Berikut merupakan tabel hasil studi eksperimental yang
menunjukkan kerusakan hati disebabkan oleh gosipol dengan mengikuti dosis intravena
tunggal.
Biji kapas mengandung konsentrasi gosipol yang cukup tinggi untuk menghasilkan
keracunan akut. Keracunan gosipol telah dilaporkan pada banyak spesies, termasuk pada
ayam broiler, babi, anjing, domba, dan kambing. Sementara itu, hewan monogastrik, seperti
burung, ikan, dan hewan pengerat, lebih rentan terhadap toksisitas gosipol dari ruminansia.
Tanda-tanda umum toksisitas akut gosipol pada hewan di antaranya gangguan pernapasan,
kenaikan berat badan, anoreksia, kelemahan, apatis, dan kematian setelah beberapa hari.
Gosipol juga memengaruhi metabolisme tiroid. Tandatanda klinis tertentu dari keracunan
gosipol dikaitkan dengan berkurangnya antioksidan dalam jaringan dan meningkatnya
pembentukan spesies oksigen reaktif, yang menghasilkan lipid peroksidasi. Pada konsentrasi

6
tinggi, gosipol juga mengganggu pembangkitan energi dari metabolisme oksidatif dengan
mengganggu aktivitas enzimatik dalam mitokondria, rantai transpor elektron dan fosforilasi
oksidatif. Gosipol dapat menyebabkan berkurangnya jumlah leukosit, terutama limfosit, yang
dapat memengaruhi imunokompetensi organisme.
Gejala umum dari keracunan gosipol adalah berkurangnya nafsu makan dan hilangnya
berat badan. Efek racun ini meningkat bila gosipol diberikan secara intravena. Senyawa ini
juga dapat menyebabkan ketidak-teraturan kerja jantung sehingga dapat menyebabkan
kematian. Babi dan kelinci lebih sensitif terhadap senyawa ini dibandingka unggas. Pada
ayam jenis petelur kurang sensitif dari pada jenis ayam pedaging. Akan tetapi pada telur
ayam, gosipol dapat menyebabkan perubahan warna kuning telur menjadi jingga dan putih
telur menjadi merah muda. Jadi efeknya sama seperti asam sterkulat (suatu zat yang
berbahaya) yang banyak terdapat dalam biji kapuk (biji ini juga mengandung sedikit
gosipol). Dalam kadar yang lebih tinggi lagi, senyawa ini bahkan dapat menekan produksi
telur. Sehubungan dengan sifat toksiknya, maka batas ambang yang diperkenankan untuk
ayam adalah 0,04% dan untuk babi 0,01%, sedangkan batas yang dapat menekan
produktivitas telur adalah sebesar 0,024% sampai 0,036%.

2.4. Prosedur Pencegahan Keracunan Gossipol


Prosedur pencegahan pada saat ini melibatkan perawatan produk biji kapas untuk
mengurangi konsentrasi gosipol bebas melalui penggunaan panas dan tekanan dalam
pengolahan produk kapas. Arahan dari Eropa Union (2002L0032 - EN - 26.02.2013 -
017.001) menyatakan bahwa konsentrasi gosipol bebas maksimum untuk biji kapas adalah
untuk makanan ternak lengkap dibatasi sebanyak 20 ppm untuk ayam petelur dan anak babi,
60 ppm untuk kelinci dan babi, 100 ppm untuk unggas, dan 500 ppm untuk sapi, domba,
serta kambing. Pemrosesan termasuk perlakuan panas dan proses ekstrusi dapat mengurangi
konsentrasi gosipol bebas di biji kapas. Beberapa jamur dapat mengurangi konsentrasi
gosipol bebas dalam makanan biji kapas dengan fermentasi, termasuk Aspergillus niger,
Aspergillus oryzae, Candida tropicalis, Saccharomyces cerevisiae, dan Geotrichum
candidum. Selain itu, suplementasi makanan dengan besi sulfat dapat mengurangi
konsentrasi gosipol bebas dalam makanan karena pengikatan besi sulfat dengan kelompok
reaktif dari gosipol. Nutrisi tambahan dapat digunakan untuk suplemen makanan untuk
mengurangi ketersediaan gosipol.

2.5. Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses pengurangan kadar racun. Berbagai usaha telah dicoba untuk
menghilangkan atau mengurangi sifat racun dari senyawa ini yang terdapat dalam bijinya.
Pada prinsipnya detoksifikasi dapat dilakukan baik dengan cara fisika maupun cara kimia.
Secara fisika metode yang dapat dikerjakan antara lain pemanasan, perendaman, pengeringan
dengan sinar matahari atau penyinaran dengan sinar ultra-violet. Metode pemanasan mudah

7
dilakukan tapi dapat menyebabkan terbentuknya ikatan antara gosipol dengan protein yang
tidak dapat larut. Bentuk ini tidak dapat dihidrolisis sehingga mengurangi kualitas protein
yang ada. Metode kimia yang sering dilakukan ialah ekstraksi dengan pelarut organik seperti
aseton atau nheksana dengan etanol serta kombinasinya. Ekstraksi biji kapas dengan berbagai
pelarut organik nampaknya merupakan cara yang efektif karena dapat menurunkan kadar
gosipol dalam jumlah cukup besar, sedangkan pelarutnya bisa diambil lagi. Mengingat
struktur gosipol adalah polar, maka pelarut yang terbaik adalah juga bersifat polar (sejenis
melarutkan yang sejenis). Hal ini dicirikan oleh adanya 6 gugus -OH dan 2 gugus -CHO pada
struktur gosipol sehingga pelarut aseton atau alkohol, atau kombinasi n-heksana (pelarut
nonpolar) dengan salah satu pelarut yang polar dapat digunakan.
Hasilnya menunjukkan bahwa makin lama waktu penyinaran, makin banyak pula
senyawa mengurai. Akan tetapi, penyinaran semacam ini tidak praktis untuk dikerjakan di
lapangan. Sebagai gantinya, biji kapas dijemur dibawah sinar matahari yang juga
mengandung sinar ultra-violet. Hasilnya menunjukkan bahwa dengan penjemuran mampu
menghilangkan kandungan senyawa ini dari biji kapas. Biji yang ditumbuk halus dan dengan
yang tidak, mampu mengurangi masing-masing sebesar 30 dan 19 persen. Disini terlihat
bahwa luas permukaan juga mempengaruhi hilangnya kadar gosipol. Setelah melalui proses
detoksifikasi, maka diperoleh bungkil biji kapas. Bungkilnya tidak hanya berguna bagi ternak
babi dan unggas sebagai pakan campuran, melainkan juga pada hewan ruminan. Barangkali
pada ruminan bungkil ini akan banyak dipakai mengingat daya racunnya (tiap kg bobot
badan) akan lebih tinggi dibandingkan hewan monogastrik seperti unggas. Bungkil ini tentu
saja masih mengandung sedikit gosipol, tetapi efek racun gosipol, dapat dikurangi secara
tidak langsung dengan mencampur bahan pakan sebelum diberikan pada ternak.
Selain itu metode detoksifikasi juga dapat dilakukan dengan perendaman dengan air
kapur jenuh. Cara ini bisa dipakai sebagai model, yaitu apabila nanti digunakan bungkil biji
kapas, maka penggunaannya dalam ransum bisa mendekati semaksimal mungkin. Mengingat
bahwa gosipol mempunyai gugus fenol (- OH) yang reaktif, maka secara kimia nampaknya
lebih efektif untuk menghilangkannya melalui bahan-bahan kimia yang mudah diperoleh
bagi peternak.
Perendaman selama 24 jam mampu menurunkan kadar gosipol awal dari 0,82 menjadi
0,13 persen berarti suatu penurunan sebesar 84 persen. Terdapat korelasi yang kuat (R=0,95)
antara waktu perendaman sampai 24 jam dengan hilangnya kadar gosipol. Akan tetapi bila
waktu rendam diperpanjang sampai 48 jam kurva penurunannya relatif stabil. Diduga hal ini
karena pembentukan garam fenolat-nya sudah mencapai titik optimum. Perendaman selama
24 jam juga menghilangkan sebagian kadar protein, terutama pada sebagian protein yang
dapat larut dalam suasana pH yang relatif tinggi (pH air kapur jenuh adalah 13,0). Bila kadar
protein biji kapas semula adalah 38,6 persen, maka setelah direndam selama 24 jam kadarnya
menjadi 33 persen.
Walaupun kadar gosipol bebas setelah detoksifikasi (sebesar 0,13 persen) masih jauh di
atas batas yang diperkenankan untuk ternak unggas (0,04 persen). Bila pemakaian biji kapas

8
di atas akan digunakan sebagai ransum, biasanya dicampur dengan bahan lain sehingga kadar
gosipolnya akan lebih rendah lagi. Selanjutnya bila yang dipakai adalah bungkilnya, di mana
sebagian gosipol ikut terekstrak bersama minyaknya, maka dapat diperkirakan bahwa kadar
gosipolnya akan lebih rendah lagi. Pengaruh detoksifikasi gosipol dapat dipercepat dengan
pemanasan. Semakin lama biji kapas direndam dalam air kapur mendidih, semakin banyak
gosipol yang hilang (r=0,90) sedangkan protein yang hilang tidak terlalu banyak.
Memperbanyak volume air kapur yang konsentrasinya sama dari 20 ml menjadi 60 ml tidak
akan mempengaruhi atau mengurangi kadar gosipol dalam biji kapas, jadi besarnya
konsentrasi kalsium mempunyai peranan yang lebih penting daripada besarnya volume air
kapur. Pada konsentrasi kalsium 0,63 mg/ml, kadar gosipol berkurang cukup banyak (84,2%)
dan semakin tinggi pengenceran yang dilakukan, penurunan kadar gosipol semakin kecil.

9
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Biji kapas sebagai bahan pakan ternak dibatasi penggunaannya, karena mengandung zat
antinutrisi yang dikenal dengan sebutan ”gossipol”. Gossipol merupakan senyawa polifenol
dan menyebabkan pucatnya kuning telur pada ayam atau unggas petelur. Bagi tumbuhan
kapas, gossipol merupakan senyawa yang berperan penting dalam mekanisme pertahanan diri
terhadap serangan insekta. Gossipol bersifat sangat toksik bagi ruminansia maupun
monogastrik muda. Kandungan gossipol pada biji kapas dapat dikurangi dengan cara
penjemuran serta detokfikasi dengan direndam pada air kapur.

10
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno, A. I. (2000). Tanaman kapas dan kaitannya dengan gosipol. Wartazoa, 10(1), 7-12.

Zayani, N., Supriatna, I., & Setiadi, M. A. (2016). Efektivitas Ekstrak Biji Kapas (Gossypium
hirsutum L.) terhadap Jumlah dan Viabilitas Embrio Mencit (Mus musculus L.). Jurnal Sain
Veteriner, 34(2), 233-242.

Ismartoyo, I. (2013). Fermentasi Pakan Oleh Mikroba Rumen Dalam Sistim Consecutive Batch
Culture (Cbc). Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Indonesia, 9(1), 108119.

Jayanegara, A., Ridla, M., & Laconi, E. B. (2019). Komponen Antinutrisi pada Pakan. Pt
Penerbit Ipb Press.

Subekti, E. (2009). Ketahanan pakan ternak Indonesia. Mediagro, 5(2).

Widodo, E. (2017). Ilmu Bahan Pakan Ternak dan Formulasi Pakan Unggas. Universitas
Brawijaya Press.

Astanto, E. A. (2008). Pengaruh penggunaan bungkil biji kapuk (ceiba pentandra) dalam ransum
terhadap performan domba lokal jantan.

11

Anda mungkin juga menyukai