Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

KELOMPOK IV:

Ricko Luis (2105030388)

Jericho A. Ketty (2105030161)

Hatita T. Bake (2105030332)

Elshadai Yeriansi (2105030318)

Fransina R. Y. Sirab (2105030326)

Rut R. Ratu (2105030394)

Yiska Nabu (2105030411)

Victory Meyok (210503041920)


Mardiana D. Tamar (2105030352)

Andre Fangidae (2105030088)

Anthonia M. Selan (2105030091)

Aplonia D. Tasuib (2105030095)

Romualda S. Ratna (2105030392)

Arsita Arsyani (2105030103)

Maria S. Que (2105030188)

Khadijah Hasan (2105030346)

Nurul F. A. Lubis (2105030054)

PRODI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

TAHUN 2022
STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI

Dalam ilmu politik, gagasan arus utama pemberantasan korupsi dikembangkan


dari teori principalagent. Teori ini melihat korupsi sebagai pengkhianatan agen
terhadap mandat yang telah diberikan oleh principal. Dalam korupsi politik,
korupsi oleh politisi atau agen merupakan pengkhianatan politisi terhadap rakyat
sebagai principal yang telah memberikan mandat dalam pemilu. Dalam korupsi
birokrasi, korupsi oleh pegawai negeri merupakan pengkhianatan terhadap mandat
yang telah diberikan oleh pemimpin instansi pemerintah Presiden atau Kepala
Daerah.

Gunner Myrdal menyatakan bahwa jalan untuk memberantas korupsi di negara-


negara berkembang ialah:

1. Menaikan gaji pegawai rendah (dan menengah). Dengan kondisi yang cukup
seorang PNS tidak korupsi untuk kebutuhan makan. Jika ada korupsi hanya untuk
kebutuhan makan, berarti ada sistem manajemen yang salah, karena kebutuhan
dasarnya tidak cukup. Sehingga salah satu mencegah korupsi itu, sistem
manajemen harus profesional.

2. Menaikan moral pegawai tinggi. Memberi penerangan dan penyuluhan hukum


kepada warga masyarakat sehingga menyadari akan bahayanya akibat perbuatan
korupsi bagi kelangsungan pembangunan nasional, dan dengan maksud agar
warga masyarakat turut pula membantu dan berpartisipasi dalam rangka
pemberantasan dan pencegahan korupsi melalui saluran hukum.

3. Legalisasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal. Upaya


pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dengan membuat peraturan perundang-
undangan saja, namum juga yang lebih penting adalah membangun mental orang-
orang yang dapat memberantas korupsi itu sendiri. Tanpa membangun sumber
daya manusia yang baik dan berintegritas, mustahil pemberantasan korupsi dapat
berjalan dengan maksimal.
Menurut Andy Hamzah, pemberantasan korupsi harus ditunjang pula dengan
prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good govenance) dan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang syaratnya sebagai berikut:

 Ada cek terhadap kekuasaan eksekutif, perundang-undangan. Saling


mengontrol, menjaga keseimbangan antara lembaga-lembaga negara atau yang
biasa kita sebut dengan cabang-cabang kekuasaan negara, pemegang kekuasaan
ini adalah presiden, wakil presiden, dan kabinetnya.

 ang efektif, ada garis jelas akuntabilitas antara pemimpin politik, birokrasi
dan rakyat. Misalnya, Anda adalam seorang pebisnis yang dalam kesehariannya,
memiliki tanggung jawab penuh atas, pikiran, perbuatan, cara kerja, serta setiap
keputusan yang dibuat di tempat kerja. Ketika bekerja, Anda selalu bersikap
transparan terhadap semua karyawan karena tentu itu adalah salah satu ciri
akuntabilitas.

 sistem politik yang terbuka yang melibatkan masyarakat sipil yang aktif.
Partisipasi masyarakat adalah peran serta warga masyarakat untuk menyalurkan
aspirasi, pemikiran, dan kepentingan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
contoh partisipasi dan perilaku politik di lingkungan sekitar yang sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku: Mengikuti pemilihan ketua RT, RW, Kepala Desa,
Ketua Organisasi Masyarakat, dan sebagainya. Ikut berpartisipasi dalam
pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif dan presiden.

 sistem hukum yang tidak memihak, peradilan pidana dan ketertiban umum
yang menjunjung hak-hak politik dan sipil yang fundamental, melindungi
keamanan pribadi dan menyediakan aturan yang konsisten, transparan untuk
transaksi yang diperlukan dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang modern.

 Pelayanan publik yang profesional kompeten, kapabel dan jujur yang bekerja

dalam kerangka yang akuntabel dan memerintah dengan aturan dan dalam prinsip
merit dan kepentingan publik yang utama.

Beberapa strategi pemberantasan korupsi dalam perspektif Hukum Adminitrasi


Negara, dikemukakan oleh H Jawade Hafidz Arsyad, antara lain:

A. Reformasi Birokrasi dan Akuntabilitas Pelayanan Publik


Refromasi birokrasi pada hakikatnya bertujuan untuk terselenggaranya
sistem birokrasi yang efektif, bersih, kompetitif, dan responsif terhadap
perubahan serta berpihak kepada rakyat. Reformasi birokrasi diperlukan
karena penghematan anggaran negara, optimalisasi alokasi sumber daya,
optimalisasi kinerja, peningkatan mutu pelayanan, pencegahan korupsi dan
perbaikan sistem. Reformasi birokrasi hendaknya meliputi seluruh aspek
birokrasi pemerintahan seperti regulasi, kelembagaan, dan SDM.
Arah kebijakan reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik, yaitu sebagai berikut:
1. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam
bentuk praktik KKN.
a. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) pada
semua tingkat dan lini pemerintahan serta pada semua kegiatan.
b. Pemberian sanksi yang berat bagi pelaku KKN sesuai ketentuan yang
berlaku.
c. Peningkatan efektifitas aparatur negara melalui koordinasi dan sinergi
pengawasan internal, eksternal, dan pengawasan masyarakat.
d. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil temuan pengawasan dan
pemeriksaan.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
a. Penataan kembali kelembagaan pemerintahan berdasar pola dasar dan
prinsip pengorganisasian yang rasional dan obyektif.
b. Perbaikan sistem ketatalaksanaan, mekanisme, dan prosedur
pelaksanaan tugas pada semua tingkat dan lini pemerintahan.
c. Optimalisasi pemanfaatan e-government dalam pengelolaan aset atau
kekayaan negara dan dalam pelaksanaan tugas pelayanan kepada
masyarakat.
3. Meningkatkan kinerja aparatur negara.
a. Perbaikan sistem manajemen dan kepegawaian negara.
b. Perbaikan sistem perencanaan dan pengadaan pegawai.
c. Peningkatan kompetensi, kapabilitas, dan profesionalisme sumber daya
manusia aparatur.
d. Penerapan sistem penghargaan dan hukuman yang adil dan
proporsional.
e. Peningkatan kesejahteraan pegawai melalui perbaikan sistem
remunerasi,
sistem asuransi, dan jaminan hari tua pegawai.
f. Penyelesaian pengalihan status pegawai honorer, pegawai harian lepas,
dan pegawai tidak tetap.
B. Asas Asas Umum Pemerintahan Yang Layak (AAUPL)
Asas Asas Umum Pemerintahan ang Layak (AAUPL), sesungguhnya
adalah rambu-rambu bagi para penyelenggara negara dalam menjalankan
tugasnya. Menurut Indroharto, arti penting mengenai keberadaan AAUPL
disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. AAUPL dianggap merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku,
karena AAUPL dapat digunakan dalam segala jenis kondisi negara.
2. AAUPL merupakan norma bagi perbuatan-perbuatan administrasi
negara. AAUPL membantu memberikan penjelasan mengenai hukum yang
belum jelas.
3. AAUPL dapat dijadikan alasan untuk mengajukan gugatan dan akhirnya
AAUPL dapat dijadikan penilaian oleh hakim administrasi untuk menilai
sah tidaknya atau batal tidaknya keputusan administrasi negara.
C. Good Governance. Perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik.
Prinsip utama unsur good governance adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas (pertanggunggugatan) politik. Akuntabilitas dapat
diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau
penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik
dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang
menyangkut pertanggungjawabannya. Contoh akuntabilitas adalah seorang
yang dipercaya memegang kedudukan sebagai manajer cabang sebuah
outlet, maka dia harus bertanggung jawab atas kondisi dan permasalahan
yang ada. Selain itu, dia juga bertanggung jawab atas perkembangan
outlet, dan perlu untuk melaporkannya kepada pimpinan atau manajer
pusat.
Akuntabilitas (pertanggungan) politik terdiri atas:
a. Pertanggunggugatan politik adalah suatu kewajiban yang harus
dilaksanakan dengan prinsip profesionalisme dan kompetensi teknis
dimana dilaksanakan oleh lembaga negara dengan prinsip kebebasan yang
dilakukan dengan bertanggung jawab sehingga tercapai hasil yang layak,
efektif dan efisien untuk kepentingan umum. Contoh DPR
bertanggungjawab dalam membuat Undang-Undang yang akan mengatur
kehidupan bernegara.
b. Pertanggunggugatan publik, yakni adanya pembatasan dan
pertanggungjawaban tugas yang jelas. Contohnya pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan negara, pemerintah pusatmengeluarkan Laporan
Realisasi APBN.
2. Transparansi, yaitu bersifat terbuka sehingga bisa diakses oleh semua
orang yang membutuhkan. Contohnya keterbukaan pemerintah dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber
daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.
Transparansi keterbukaan dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek yaitu:
a. Adanya kebijakan terbuka terhadap pengawasan.
b. Adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap
segi kebijakan pemerintah.
c. Berlakunya prinsip check and balances antar lembaga eksekutif dan
legislatif.
Sebagai contoh, pemerintah dapat memberikan informasi mengenai
aturan main serta rincian bentuk kegiatan pelayanan publik secara jelas
sehingga masyarakat dapat terlibat dan mengawasi kegiatan
pemerintah tersebut secara langsung.

3. Partisipasi.
Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi diwujudkan dalam bentuk antara lain
mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi tentang tindak
pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggungjawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana.
Masyarakat mendirikan LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat dimana
lembaga ini berperan mengawas dan melaporkan tindak korupsi.

4. Supremasi hukum aparat birokrasi.

a. Supremasi hukum, bahwa setiap tindakan negara harus dilandasi


hukum dan bukan didasarkan pada tindakan sepihak dengan kekuasaan
yang dimiliki.
b. Kepastian hukum, bahwa di samping erat kaitannya dengan rule of
law juga mensyaratkan adanya jaminan bahwa masalah diatur secara
jelas, tegas, dan tidak duplikatif serta bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan lainnya.
c. Hukum yang responsif bahwa hukum harus mampu menyerap
aspirasi masyarakat luas dan mampu mengakomodasi kebutuhan
masyarakat dan bukan dibuat untuk kepentingan segelintir elit.
d. Penegakan hukum yang konsisten dan nondiskriminatif, bahwa
upaya yang mensyaratkan adanya sanksi, mekanisme menjalankan
sanksi, serta sumber daya manusia atau penegak hukum yang memiliki
integritas.
e. Independensi peradilan, yakni prinsip yang melekatkan efektifitas
peradilan sebagai syarat penting mewujudkan rule of law.
Strategi pemberantasan korupsi dalam perspektif Hukum Administrasi
Negara meliupti beberapa bidang perubahan, yakni sebagai berikut:
1. Kepemimpinan atau Pemerintahan yang Baik.
Tugasnya meweujudkan kedaulatan rakyat melalui wakil-wakil yang
dipilih untuk kepentingan publik, memastikan bahwa tindakan
eksekutif dapat dipertanggungjawabkan. Contohnya, Presiden telah
menerbitkan Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. Inpres ini
memerinci langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan korupsi
yang mencakup enam bidang strategi, yaitu pencegahan, penindakan,
harmonisasi peraturan dan perundang-undangan, penyelamatan aset
hasil korupsi, kerja sama internasional, dan mekanisme pelaporan,
dengan merujuk pada Prioritas Pembangunan Nasional dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 dan
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011
2. Program Publik.
Perubahan akan program-program publik akan memperkecil insentif
untuk memberi suap dan memperkecil jumlah transaksi dan
memperbesar peluang bagi warga masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan publik. Contohnya, pemberantasan PUNGLI didalam
kementerian.
3. Perbaikan Organisasi Pemerintah.
Caranya yaitu: menghilangkan kesan pemerintah angker dan
pemerintah itu lahan pribadi, menyebarkan informasi kepada warga
masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat layanan dari
pemerintah, membentuk mekanisme pengawasan internal yang
memadai, memastikan hak uji materi terhadap tindakan lembaga
pemerintah, menyediakan saluran bagi anak buah untuk
menyampaikan keluhan mengenai atasan yang korup, membangun
sistem yang terbuka, benarbenar bersaing, dan transparan mengenai
pengadaan barang publik.
4. Penegakan Hukum.
Contoh etika penegakan hukum yang berkeadilan adalah pemberian
vonis yang adil bagi para pelaku koruptor. Sebagai pihak yang telah
mengkhianati kepercayaan rakyat, para koruptor harus dihukum berupa
sanksi yang tegas serta dicabut hak politiknya.
5. Kesadaran Masyarakat.
Peran serta masyarakat dibutuhkan sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dalam pasal
41 ayat (5) dan pasal 42 ayat (5) diatur mengenai hak dan peran serta
masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk antara lain, mencari,
memperoleh, memberikan data, atau informasi terkait tindak pidana
korupsi. Masyarakat juga memiliki hak untuk menyampaikan saran
dan pendapat serta melaporkan dugaan tindak pidana korupsi. Peran
serta masyarakat ini paling tidak harus memenuhi tiga esensi yaitu,
perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat, kebebasan yang
bertanggungjawab bagi masyarakat untuk menggunakan haknya, dan
penciptaan ruang yang leluasa bagi masyarakat untuk berperan serta.
Contohnya adalah dibentuknya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
atau NGOs baik tingat lokal atau internasional yang memiliki peranan
penting untuk mencegah dan memberantas korupsi. Mereka adalah
bagian dari masyarakat sipil (civil society) yang keberadaannya tidak
dapat diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru yang
bergerak di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti
pers yang bebas, LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan
atas perilaku pejabat publik. Simak saja apa yang telah dilakukan oleh
ICW (Indonesia Corruption Watch), salah satu LSM lokal yang
berkedudukan di Jakarta. LSM ini menjadi salah satu garda terdepan
yang mengawasi segala macam perbuatan pemerintah dan perilaku
anggota parlemen dan lembaga peradilan.
6. Pembentukan Lembaga Pencegah Korupsi.
Mendirikan lembaga baru atau memperkuat lembaga yang ada dan
dapat menjalankan fungsi-fungsi spesifik dalam tugas-tugas upaya
antikorupsi. Contohnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Terdapat pula 3 (tiga) strategi pemberantasan korupsi yang dilakukan
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Agar berjalan efektif,
ketiganya harus dilakukan bersamaan. Strategi-strategi tersebut,
yaitu67:
1. Represif.
Melalui strategi represif, KPK menyeret koruptor ke meja hijau,
membacakan tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti
yang menguatkan. Inilah tahapan yang dilakukan.
a. Penanganan laporan pengaduan masyarakat.
Pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber informasi
penting. hampir sebagian besar kasus korupsi terungkap, berkat adanya
pengaduan masyarakat.
b. Penyelidikan.
Kegiatan yang dilakukan KPK dalam rangka menemukan alat bukti
yang cukup. Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila
telah ditemukan sekurang-kurangnya 2 alat bukti.
c. Penyidikan.
Tahap ini, salah satunya ditandai dengan ditetapkannya seseorang
menjadi tersangka. Atas dasar dugaan yang kuat adanya bukti
permulaan yang cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan tanpa izin
ketua pengadilan negeri.
d. Penuntutan
Kegiatan penuntutan dilakukan penuntut umum setelah menerima
berkas perkara dari penyidik. Paling lama 14 hari kerja terhitung sejak
diterimanya berkas tersebut, penuntun umum wajib melimpahkan
berkas perkara tersebut ke Pengadilan Negeri.
e. Pelaksanaan putusan pengadilan (eksekusi).
Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan
oleh Jaksa. Untuk itu, panitera mengirimkan salinan putusan kepada
jaksa.
2. Perbaikan Sistem.
Misalnya, prosedur pelayanan yang rumit sehingga memicu terjadinya
penyuapan. Contoh lainnya prosedur perizinan, pengadaan barang dan
jasa, dan sebagainya. Sistem yang baik bisa meminimalisasi
terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya melalui pelayanan publik
yang serba-online, sistem pengawasan terintegrasi, dan lain
sebagainya. Contoh lain misalnya, guna mendorong transparansi
Penyelenggara Negara (PN), KPK menerima pelaporan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan grafikasi. Untuk
LHKPN, setiap penyelenggara negara wajib melaporkan harta
kekayaan kepada KPK. Adapun untuk grafikasi, penerima wajib
melaporkan keada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya
grafikasi atau pegawai negeri bersangkutan dianggap menerima suap.
3. Edukasi dan Kampanye
Strategi Edukasi dan Kampanye Strategi ini merupakan bagian dari
upaya pencegahan yang memiliki peran strategis dalam pemberantasan
korupsi. Melalui strategi ini akan dibangun perilaku dan budaya
antikorupsi. Edukasi dilakukan pada segenap lapisan masyarakat sejak
usia dini. Contoh edukasi dan kampanye sebagai cara meningkatkan
public awareness adalah Sosialisasi serta diseminasi di ruang publik
mengenai apa itu korupsi, dampak korupsi dan bagaimana memerangi
korupsi harus diintensifkan. Kampanye tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan media massa (baik cetak maupun tertulis),
melakukan seminar dan diskusi. Spanduk dan poster yang berisi ajakan
untuk menolak segala bentuk korupsi ‘harus’ dipasang di kantor-kantor
pemerintahan sebagai media kampanye tentang bahaya korupsi. Selain
itu contoh lainnya adalah KPK bekerjasama dengan perguruan tinggi
dan guru membuat modul pendidikan anti korupsi bagi siswa Sekolah
Menengah dan siswa Sekolah Dasar. Pendidikan anti korupsi ini
bertujuan untuk sejak dini memperkenalkan kepada siswa sekolah
tentang bahaya korupsi. Buku Ajar Pendidikan Anti Korupsi yang anda
pegang ini juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kepedulian serta kesadaran mahasiswa akan bahaya korupsi. Buku
saku yang dikeluarkan oleh KPK adalah salah satu contoh saja cara
melakukan kampanye untuk mencegah dan memberantas korupsi.
MASYARAKAT DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Beberapa tips atau aksi yang dapat digunakan masyarakat dalam
pemberantasan korupsi, antara lain:
1. Pantang Terlibat Tindak Pidana Korupsi.
Pantang terlibat tindak pidana korupsi harus diawali dengan
pemahaman masyarakat (secara sederhana) atas apa itu tindak pidana
korupsi. Pemahaman sederhana tentang apa itu tindak pidana korupsi
dapat dikelompokan ke dalam terdapat 7 (jenis), antara lain:
penyalahgunaan jabatan/kekuasaan yang merugikan keuangan negara,
suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, gratifikasi, benturan
kepentingan dalam pengadaan, perbuatan curang dan pemerasan
2. Pilih Salah Satu Peran.
Melalui pengawasan internal, potensi kerawanan/kelemahan pada
suatu organisasi aparat birokrasi bisa cepat terdeteksi dan tertangani.
Masyarakat juga dapat mendorong unit organisasi aparat penegak
hukum untuk mencari solusi pemecahan masalah. Hal ini antara lain
dapat dilakukan melalui penyelenggaraan survey, seminar, lokakarya,
serta pembahasan potensi masalah dalam suatu rubrik berkala.
Memilih peran dalam strategi perbaikan sistem. Masyarakat juga bisa
berkontribusi dalam strategi perbaikan system. Melalui strategi ini,
seorang angota masyarakat bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memantau layanan publik.
2. Melakukan kajian dan penelitian terkait layanan publik.
3. Menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah.
4. Membangun manajemen antikorupsi di lingkungan masing-masing.
3. Berlatih untuk Berintegritas.
Secara harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya
antara ucapan dan perbuatan. KPK merilis sembilan nilai integritas
yang bisa mencegah terjadinya tindak korupsi. Kesembilan nilai itu
adalah jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani, dan adil.
4. Ajak yang lain untuk melakukan hal yang sama, membangun
generasi muda yang paham tentang pentingnya mencegah tindak
korupsi. Membuat pusat layanan pengaduan tindak korupsi.
Memberikan hukuman yang dapat menimbulkan efek jera agar tidak
korupsi tidak terulangi kembali pada masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai