Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

“Racun Makanan”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 6

Kelas 1.A

Rahma Dilan (191110028)


Geby Dwi Sari (181110056)
Alya Rahma Dhivianti (191110004)
Nada Zahra (191110020)
Ulfa Salsabilla (191110038)

Dosen Pembimbing :

Dr. Wijayantono, SKM, M.Kes


Suksmerri, S.Pd, M.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI D3 SANITASI


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan
karunianyasehingga kami dapat menyelesaikan makalah toksikologi lingkungan
tentanag “ Racun Makanan”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita dalam mengetahui jenis racun makanan. kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna.

Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepadan semua pihak yang telah
berperan serta dalam pembuatan makalah ini. Jika ada kesalahan kata dari
penulisan makalah ini kami mohon maaf karena manusia tidak akan pernah luput
dari kesalahan.

Padang, Februari 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
.............................................................................................................................

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Toksin Pada Makanan................................................................3

B. Macam-macam Toksin Pada Makanan.........................................................4

C. Fase Eksposisi...............................................................................................6

D. Fase Toksikonetik.........................................................................................7

E. Fase Toksikodinamik....................................................................................9

F. Mekanisme Kerja Racun Pada Tubuh................................................................10

G. Cara Pencegahan dan Pertolongan Pertama Pada Orang yang Terkena Racun
Makanan.................................................................................................................10

H. Toksin Pada Makanan Menurut SNI.................................................................11

BAB III PEUTUP.....................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................

B. Saran...............................................................................................................

ii
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena


berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup manusia. Bahan makanan
sering juga disebut bahan pangan, dan dalam perdagangan disebut komoditi
pangan, ialah apa yang kita produksi atau perdagangkan, misalnya daging, sayur,
buah dan ikan. Menurut Winarno (1995) Pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman untuk dikonsumsi manusia,
termasuk didalamnya adalah bahan tambahan pangan,bahan baku pangan, dan
bahan lain yang sengaja atau tidak disengaja bercampur dengan makanan atau
minuman tersebut.

Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak
berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Menurut Undang-Undang
No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia. Sebelum makanan disajikan pada umumnya mengalami
proses pengolahan baik pada suatu industri maupun pengolahan pada rumah 
tangga. Proses pengolahan tersebut sangat menentukan kualitas makanan yang
selanjutnya sampai pada penyajian. Oleh karena itu pembicaraan mengenai
sanitasi dan hygiene makanan selama proses produksi hingga makanan siap
disajikan menjadi sangat penting.

Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk kedalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat
racun telah diketahui. Namun,tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan

1
dan tumbuhan , termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat
mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah
(Sediaoetama, 2004).

Tanaman pangan seperti sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan


nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta
merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun demikian, beberapa
jenis sayuran dan buah-buahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi
membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami
terdapat pada tumbuhan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari
tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta predator.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang pengertian dari toksin pada makanan?
2. Apa itu fase eksposisi ?
3. Apa itu fase toksikodinamik ?
4. Apa itu fase toksikokinetik ?
5. Bagaimana mekanisme cara kerja racun pada tubuh ?
6. Bagaimana cara pencegahan dan pertolongan pertama pada orang yang
yang terkana toksin pada makanan ?
7. Bagaimana menurut SNI toksin pada makanan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang toksin pada makanan
2. Untuk mengetahui tentang fase eksposisi
3. Untuk mengetahui tentang fase toksikodinamik
4. Untuk mengetahui tentang fase toksikokinetik
5. Untuk mengetahui tentang mekanisme kerja racun pada tubuh
6. Untuk mengetahui tentang cara pencegahan dan pertolongan pertama pada
orang yang terkena toksin pada makanan
7. Untuk mengetahui tentang toksin pada makanan menurut SNI

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Toksin Pada Makanan

Tanaman pangan, yaitu sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan


nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi pertumbuhan dan kesehatan serta
merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun demikian beberapa
jenis sayuran dan buah-buahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi
membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami
terdapat pada tumbuhan, dan merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan
tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta predator. Tanaman
pangan merupakan kelompok tanaman yang biasa kita konsumsi sehari-hari, dan
pada kesempatan ini hanya akan dibahas mengenai racun alami yang terkandung
pada tanaman pangan dan cara mengolahnya agar kita terhindar dari bahaya
keracunan sehingga kita dapat mengkonsumsi tanaman pangan yang sangat kita
butuhkan kandungan nutrien, vitamin, dan mineralnya tapi kita bisa menghindari
kandungan racunnya.

Beberapa kelompok racun ditemukan pada tanaman yang biasa kita


konsumsi. Beberapa racun tanaman yang larut lemak dapat bersifat bioakumulatif.
Ini berarti bila tanaman tersebut dikonsumsi, maka racun tersebut akan tersimpan
pada jaringan tubuh, misalnya solanin pada kentang. Kadar racun pada tanaman
dapat sangat bervariasi. Hal itu dipengaruhi antara lain oleh keadaan lingkungan
tempat tanaman itu tumbuh (kekeringan, suhu, kadar mineral, dll) serta penyakit.
Varietas yang berbeda dari spesies tanaman yang sama juga mempengaruhi kadar
racun dan nutrien yang dikandungnya.

3
B. Macam-Macam Toksin Pada Makanan

1.  fitohemaglutinin (phytohaemagglutinin)

Racun alami yang dikandung oleh kacang merah disebut fitohemaglutinin


(phytohaemagglutinin), yang termasuk golongan lektin.Keracunan makanan oleh
racun ini biasanya disebabkan karena konsumsi kacang merah dalam keadaan
mentah atau yang dimasak kurang sempurna. Gejala keracunan yang ditimbulkan
antara lain adalah mual, muntah, dan nyeri perut yang diikuti oleh diare. Telah
dilaporkan bahwa pemasakan yang kurang sempurna dapat meningkatkan
toksisitas sehingga jenis pangan ini menjadi lebih toksik daripada jika dimakan
mentah. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat konsumsi
kacang merah, sebaiknya kacang merah mentah direndam dalam air bersih selama
minimal 5 jam, air rendamannya dibuang, lalu direbus dalam air bersih sampai
mendidih selama 10 menit, lalu didiamkan selama 45-60 menit sampai teksturnya
lembut.

2. Glikosida Sianogenik.

Singkong mengandung racun linamarin dan lotaustralin, yang keduanya


termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada semua bagian
tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong dibedakan atas dua
tipe, yaitu pahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang
lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang
sempurna dikonsumsi, maka racun tersebut akan berubah menjadi senyawa kimia
yang dinamakan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Singkong manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram, sedangkan
yang pahit mengandung sianida lebih dari 50 mg per kilogram. Meskipun
sejumlah kecil sianida masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang

4
masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari.
Gejala keracunan sianida antara lain meliputi penyempitan kerongkongan, mual,
muntah, sakit kepala, bahkan pada kasus berat dapat menimbulkan kematian.
Untuk mencegah keracunan singkong, sebelum dikonsumsi sebaiknya singkong
dicuci untuk menghilangkan tanah yang menempel, kulitnya dikupas, dipotong-
potong, direndam dalam air bersih yang hangat selama beberapa hari, dicuci, lalu
dimasak sempurna, baik itu dibakar atau direbus. Singkong tipe manis hanya
memerlukan pengupasan dan pemasakan untuk mengurangi kadar sianida ke
tingkat non toksik.

3. Amygldalin Glikosida

Beberapa glikosida bila dihidrolisis menghasilkan asam sianida, umumnya


terdapat pada tumbuhan suku Rosaceae. Amygldalin glikosida sering di jumpai
(bila di hidrolisis,selain asam sianida juga di hasilkan benzaldehid amygldalin
juga termasuk glikosida aldehid.)Amygldalin glikosida jika di hidrolisis
menghasilkan asam sianida. Sianida(CN) dikenal sebagai senyawa racun dan
mengganggu kesehatan serta mengurangi biovailabilitas nutrein di dalam
tubuh.Kelompok CN dapat ditemukan dalam makanan. Sianida terdapat pada
ketela pohon dan kacang koro. Sianida juga sering dijumpai pada daun salam,
cherry, ubi, dan keluarga kacang– kacangan lainnya seperti kacang almond.
Sianida yang terkandung dalam makanan masuk ke dalam tubuh masih dalam
jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman
dan diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin
B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang
besar, tubuh tidak akan mampu untuk mengubah sianida menjadi tiosianat
maupun mengikatnya dengan vitamin B12 (Utama, 2006).

4. Asam Oksalat

Zat ini dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan seperti batu ginjal
dan berbagai jenis nyeri. Oksalat adalah sejenis asam organik yang ditemukan

5
dalam setiap tanaman, hewan dan manusia. Tubuh manusia juga memiliki
kecenderungan untuk mengubah beberapa zat kimia lainnya seperti vitamin C
menjadi oksalat.
Asam oksalat secara alami terkandung dalam kebanyakan tumbuhan,
termasuk bayam. Namun, karena asam oksalat dapat mengikat nutrien yang
penting bagi tubuh, maka konsumsi makanan yang banyak mengandung asam
oksalat dalam jumlah besar dapat mengakibatkan defisiensi nutrien, terutama
kalsium. Asam oksalat merupakan asam kuat sehingga dapat mengiritasi saluran
pencernaan, terutama lambung. Asam oksalat juga berperan dalam pembentukan
batu ginjal. Untuk menghindari pengaruh buruk akibat asam oksalat, sebaiknya
kita tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa ini terlalu banyak.

5. Kumarin
Kumarin merupakan senyawa metabolit sekunder berupa minyak atsiri yang
terbentuk terutama dari turunan glukosa nonatsiri saat penuaan atau pelukaan..
Hal ini penting terutama ada tumbuhan alfalfa dan semanggi manis di mana
kumarin menyebabkan timbulnya aroma yang khas sesaat setelah kedua tumbuhan
itu dibabat. Para peneliti telah mengembangkan galur semanggi tertentu yang
mengandung sedikit kumarin dan galur lainnya yang mengandung kumarin dalam
bentuk terikat.Semua galur itu secara ekonomi sangat penting karena kumarin-
bebas dapat berubah menjadi produk yang beracun, dikumarol, jika semanggi
rusak selama penyimpanan. Dikumarol adalah senyawa antipenggumpalan yang
menyebabkan penyakit semanggi manis (penyakit perdarahan) pada
hewan ruminansia (pemamah biak seperti sapi) yang memakan tumbuhan yang
mengandung dikumarol.

Kumarin adalah senyawa kimia yang ditemukan secara alami pada beberapa
tanaman, walaupun dapat juga diproduksi secara sintetis. Senyawa ini memiliki
bau khas, sehingga orang menggunakannya sebagai bahan tambahan makanan dan
ramuan parfum. Karena kekhawatiran tentang kumarin sebagai racun hati dan
ginjal yang potensial, penggunaannya sebagai makanan tambahan sangat dibatasi,
meskipun sangat aman untuk makan makanan yang secara alami mengandung
senyawa tersebut.

6
C. Fase Eksposisi
Jika suatu objek biologis berkontak dengan sesuatu zat, maka kecuali zat
radioaktif, hanya dapat terjadi efek biologi atau toksik setelah absorpsi zat
tersebut. Pada umumnya hanya bagian  zat yang berada dalam bentuk terlarut,
terdispersi secara molekul, yang dapat diabsorpsi. Penyerapan zat dalam hal ini
sangat tergantung pada konsentrasi dan jangka waktu kontak antara zat yang
terdapat dalam bentuk yang dapat diabsorpsi dengan permukaan organisme
yang berkemampuan untuk mengabsorpsi zat. Pada obat disebut farmaseutik
yaitu bagian dari dosis zat aktif yang tersedia untuk diabsorpsi. Pada
pencemaran lingkungan disebut dosis efektif, yaitu bagian dosis yang dapat
diabsorpsi yang akan menentukan derajat eksposisi yang efektif.

Selama fase eksposisi, zat beracun dapat diubah melalui reaksi kimia
menjadi senyawa yang lebih toksik atau lebih kurang toksik dari senyawa awal.
Ketersediaan farmaseutik yaitu bagian dari dosis aktif yang tersedia untuk
absorpsi.

D. Fase Toksikokinetik

Toksikokinetik adalah studi kuantitatif dari pergerakan sebuah zat kimia yang
dimulai dari masuknya zat kimia ke dalam tubuh, pendistribusiannya ke organ dan
jaringan melalui sirkulasi darah dan disposisi terakhir dengan biotransformasi
serta eksresi. Konsep dari toksikokinetik adalah absorpsi, distribusi, metabolsime
dan eksresi (ADME) (Klaassen 2008).

 Absorpsi

7
Sebelum zat kimia membuat dampak kesehatan kepada tubuh manusia, zat kimia
tersebut harus masuk ke dalam tubuh. Peristiwa masuknya zat kimia ke dalam
tubuh disebut dengan absorpsi. Secara umum, rute masuk zat kimia dalam
absorpsi terdiri dari 3 rute yaitu inhalasi, dermal dan ingesti. Inhalasi merupakan
jalur utama dari pajanan di tempat kerja karena banyak zat kimia yang dapat
masuk langsung ke paru-paru melalui jalur inhalasi seperti debu, asap, uap, kabut
dan gas. Zat kimia tersebut masuk ke dalam paru yang memiliki luas sekitar 140
m2 sehingga memudahkan untuk absorpsi.

Kontak kulit adalah rute kedua yang terpenting dalam absorpsi. Kulit memiliki
total luas sekitar 2 m2 dengan kemampuan untuk mengabsorpsi zat kimia terutama
yang berbentuk cairan seperti KOH ataupun aerosol seperti pestisida. Meskipun
sedikit, jalur ingesti juga dapat menjadi jalur masuk zat kimia yang berbahaya
(Klaassen 2008). Jalur ingesti merupakan jalur pencenaan yang dimulai dari
mulut, kerongkongan, dan lambung. Zat kimia yang masuk dalam jalur ini
biasanya terjadi karena ketidaksengajaan seperti dalam kasus keracunan.

 Distribusi

Ketika zat kimia diabsopsi ke dalam aliran darah, maka zat kimia tersebut dapat
diangkut ke seluruh tubuh. Proses ini disebut “distribusi” yang merupakan proses
reversibel yaitu zat kimia dapat masuk ke dalam sel dari darah ataupun bisa masuk
ke darah dari sel. Pengiriman zat kimia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
aliran darah, permeabilitas kapiler, kekuatan dari pengikatan dari zat kimia ke
darah ataupun jaringan protein dan solubilitas relative dari molekul zat kimia
(Terms n.d.).

 Metabolisme

Untuk mempermudah eksresi, zat kimia harus melalui proses metabolisme


terlebih dahulu. Proses metabolisme bisa berlangsung di hati atau ginjal baik
dengan perubahan struktur zat kimia ataupun dengan perubahan kimiawi dari zat
kimia.

8
Metabolisme dari zat kimia dapat bervariasi antar grup populasi. Genetik menjadi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi enzim untuk memproses zat kimia.
Umur menjadi faktor lain yang mempengaruhi karena semakin tua seseorang
makan semakin kecil toleransinya terhadap zat kimia(Terms n.d.).

 Eksresi

Pengeluaran secara keseluruhan zat kimia dari dalam tubuh disebut dengan eksresi
(Terms n.d.). Ginjal dan organ pencernaan menjadi bagian penting dalam proses
eksresi ini. Selain itu, air susu ibu,keringat, rambut, kuku dan air ludah juga dapat
menjadi organ yang melakukan proses eksresi (Trush 2008).

E. Fase Toksikodinamik

fase toksodinamik atau farmakodinamik akan membahas


interaksi antara molekul tokson atau obat pada tempat kerja
spesifik, yaitu reseptor dan juga proses-proses yang terkait
dimana pada akhirnya timbul efek toksik atau terapeutik. Kerja
sebagian besar tokson umumnya melalui penggabungan dengan
makromolekul khusus di dalam tubuh dengan cara mengubah
aktivitas biokimia dan biofisika dari makromolekul tersebut.
Makromolekul ini sejak seabad dikenal dengan istilah reseptor,
yaitu merupakan komponen sel atau organisme yang
berinteraksi dengan tokson dan yangmengawali mata rantai
peristiwa biokimia menuju terjadinya suatu efek toksik dari
tokson yang diamati.

(Wirasuta dan Niruri, 2007).

9
F. Mekanisme Kerja Racun Pada Tubuh

10
G. Cara Pencegahan dan Pertolongan Pertama pada Orang yang Terkena
Toksin Pada Makanan

Cara Mengatasi/Pencegahan Keracunan

Keracunan terjadi saat seseorang menelan, menghirup, atau menyentuh zat


yang berbahaya bagi tubuh. Gejala keracunan mencakup sakit perut, muntah-
muntah, diare, kehilangan nafsu makan, sesak napas, kesulitan menelan, kulit
memerah, bibir membiru, kejang-kejang, hingga hilang kesadaran. Apabila ada
seseorang di sekitar Anda yang mengalami gejala keracunan, tetap tenang dan
segera hubungi rumah sakit terdekat. Sambil menunggu bantuan, Anda dapat
memberikan pertolongan pertama sesuai dengan penyebab keracunan yang
dialami:

Racun yang tertelan(umumnya pada makanan atau minuman)

11
Pada kasus racun yang tertelan, berikut cara mengatasinya:

1. Minta penderita untuk meludahkan sisa racun yang masih ada di mulut.
Namun, jangan memaksa penderita untuk memuntahkan racun yang sudah
tertelan, karena justru bisa berbahaya.

2. Jika penderita muntah secara tidak sengaja, segera bersihkan mulut dan
tenggorokannya. Caranya, balutkan kain bersih ke jari dan tangan Anda, lalu
gunakan jari Anda untuk membersihkan mulut dan tenggorokannya.

3. Bila penderita tidak sadarkan diri, cobalah untuk membangunkannya, lalu


minta ia untuk meludahkan sisa racun yang masih terdapat di mulutnya.

4. Sambil menunggu pertolongan medis datang, baringkan penderita dengan


posisi miring ke arah kiri dan berikan bantal atau penyangga pada
punggungnya. Tarik dan tekuk tungkai yang berada di atas ke arah depan.
Posisi seperti ini disebut posisi pemulihan (recovery position).

5. Jika korban keracunan sadar, minta ia untuk duduk dan pastikan penderita
tetap sadar hingga tim medis datang.

6. Jika zat berbahaya tersebut mengenai baju atau kulit penderita, segera
bersihkan.

7. Apabila korban keracunan tidak bernapas, lakukan prosedur CPR (resusitasi


jantung paru) jika Anda mengetahui caranya.

Pertolongan pertama mengatasi keracunan makanan

a. pada orang dewasa

1) Tangani gejala mual dan muntahnya

Dalam 6-48 jam setelah mengonsumsi makanan, kemungkinan Anda akan


mengalami mual dan muntah-muntah.Berikut adalah pertolongan pertama
keracunan makanan yang gejalanya berupa mual dan muntah:

 Hindari mengonsumsi makanan padat sampai muntah berakhir. Disarankan

12
makan makanan ringan, hambar, seperti biskuit asin, pisang, nasi, atau roti.

 Hirup aroma yang dapat membantu menghindari muntah, misalnya seperti


minyak kayu putih.

 Saat penderita muntah, usahakan muntah dengan posisi badan bungkuk


menunduk. Ini agar makanan tidak turun lagi ke dalam tenggorokan dan
membuat tersedak.

 Selama masih merasa mual, jangan diberikan makanan yang digoreng,


berminyak, pedas, atau manis sampai gejala membaik.

 Jangan minum obat antimual tanpa bertanya konsultasi dokter.

2) Cegah dehidrasi

Penderita keracunan makanan segera diberi pertolongan pertama sebelum


benar-benar menunjukkan gejala dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan pingsan,
dan yang parah bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh mengarah pada
kematian.Berikut adalah pertolongan pertama untuk mencegah dehidrasi karena
keracunan makan:

 Minum cairan banyak cairan seperti air mineral. Bisa dimulai dengan tegukan
kecil dan secara bertahap minum lebih banyak.

 Jika muntah dan diare bertahan lebih dari 24 jam, minumlah larutan rehidrasi
atau oralit yang bisa dibeli di apotek

 Jika darurat, segera buat larutan oralit dengan air 1 liter dicampur 6 sendok
makan gula, dan 1 sendok teh garam. Langung minum air larutan tersebut
perlahan

b. Pada Anak-Anak

Penanganan darurat untuk anak yang keracunan makanan sedikit berbeda


dengan orang dewasa. Dalam kebanyakan kasus, kondisi anak akan membaik
sendirinya tanpa perawatan. Akan tetapi jika gejala muntah dan buang-buang
airnya tidak juga mereda, lakukan pertolongan pertama berikut untuk mencegah
dehidrasi akibat keracunan makanan:

13
1) Untuk bayi

Untuk bayi, langsung berikan apa pun yang biasa dikonsumsinya. Misalnya
ASI atau susu formula. Berikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya.
Anda juga bisa memberi bayi Anda minuman elektrolit dari oralit mengikuti
takaran dokter sesuai berat badan.

2) Untuk anak yang usianya sudah lebih besar

 Pertolongan pertama untuk keracunan makanan pada anak-anak adalah


dengan memberikan mereka cairan lebih banyak. Anda bisa beri mereka air
mineral, jus tanpa gula, atau atau es batu yang diisap.

 Hindari makan makanan berat selama beberapa jam pertama sampai kondisi
muntah atau diare anak membaik

 berikan makan ketika anak sudah mulai tenang. Makanan yang diberi bisa
berupa, roti panggang, buah pisang, dan nasi pakai kuah sayur bening

 Usahakan anak istirahat, jangan dulu biarkan anak masuk sekolah atau
bermain

 Jangan beri anak Anda obat apa pun untuk menghentikan diare. Diare adalah
cara tubuh mengeluarkan bakteri penyebab keracunan makanan. Obat
antidiare justru memberikan efek samping yang tidak diinginkan pada anak-
anak.

 Pertolongan pertama karena keracunan makanan harus segera ditindaklanjuti


apabila anak Anda tidak bisa menahan muntah atau menunjukkan tanda-tanda
dehidrasi. Segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih
lanjut dari dokter.

H. Toksin Pada Makanan Menurut SNI

BAB III
PENUTUP

14
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Agustyar. 2017. Makalah Toksikologi dan Hygiene.

15
https://akhmadawaludin.web.ugm.ac.id/toksikan-alami-i/

Winarno, F.G.1995.Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pusaka


Utama. Jakarta.

https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/157/RACUN-ALAMI-

Dektosifitas.2014.MakalahGlikosida.https://www.scribd.com/doc/234688
940/GLIKOSIDA-SIANOGENIK

16

Anda mungkin juga menyukai