Di susun oleh:
Kelompok 4 (Gizi 3A)
Lutfi Kharisma (2207026015)
Dwi Puspaningrum (2207026014)
Yulia Chairunnisa (22070260
Tri Rahayu Retnowati (22070260
Bahan makanan berguna sebagai sumber tenaga, pembangun jaringan tubuh, dan
pengetarur bahkan penyembuh sakit. Akan tetapi, dapat juga sebagai media perantara bagi
vector, mikroorganisme, dan bermacam-macam jenis bahan kimia, keracunan bahan makanan ini
oleh bahan kimia erat hubungannya dengan proses produksi maupun distribusinya. Ketika proses
produksi sering terjadi kelalaian bahkan kesengajaan memakai bahan kimia sebagai zat
tambahan dalam makanan yang dapat menambah cita rasa, tekstur, dan sebagainya. Contohnya
kasus keracunan biskuit di Indonesia adalah bukti dimana bahan makanan tercemar oleh zat
kimia yaitu sodium nitrat yang mengakibatkan kematian bagi konsumen yang mengkonsumsinya
(Ningsih, 2014).
Pencemaran makanan juga dapat terjadi memlaui rantai makanan si lingkungan seperti
kasus Itai-Itai Diseases di Jepang. Selain disebabkan karena bahan kimia pencemaran makanan
juga bisa diakibatkan oleh faktor biologis dan hal ini yang menjadikan makanan tersebut menajdi
mediator masuknya mikroorganime parasite ke dalam tubuh orang yang mengonsumsinya.
Makanan yang telah dihinggapi oleh miroorganisme parasite tersebut mengalami yang namanya
penguraian sehingga dapat mengurangi kelezatan dan nilai gizi bahkan dapat mengakibatkan
sakit ataupun kematian bagi individu yang mengkonsumsinya. Pertumbuhan mikroorganime
dalam makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, faktor intrinsic, ekstrinsik,
implisit, dan pengolahan.
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan memerlukan
pengelolaan yang benar dan baik sehingga bermanfaat bagi tubuh. WHO mengatakan bahwa
“Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform,
wich are part of human diet”. Batasan makanan tersebut tidak termasuk, obat-obatan, air, dan
substansi-substansi yang dibutuhkan untuk tujuan pengobatan (Fitri dkk, 2014). Makanan yang
dikonsumsi disarankan harus memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut lanyak untuk
dikonsumsi dan tidak mengakibatkan penyakit yang dapat membahayakan tubuh. Kriteria
tersebut diantaranya, berada dalam derajat kematangan yang dikendaki, terbebas dari
pencemaran biologis maupun fisik disetiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya, bebas
dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehedaki akibat adanya aktivitas mikroba maupun
pengaruh enzim, dan yang terakhir adalah bebas dari mikroorganisme dan parasite yang dapat
menyebabkan penyakit yang dihantarkkan dari makanan. Oleh karena itu dari latar belakang
yang sudah dipaparkan penulis menggagas ide yang berjudul “Jenis-jenis Kontaminasi pada
Pangan”
Masalah keamanan pangan masih merupakan masalah penting dalam bidang pangan di
Indonesia, dan perlu mendapat perhatian khusus dalam program pengawasan pangan. Penyakit
dan kematian yang ditimbulkan melalui makanan di Indonesia sampai saat ini masih tinggi,
walaupun prinsip-prinsip pengendalian untuk berbagai penyakit tersebut pada umumnya telah
diketahui. Pengawasan pangan yang mengandalkan pada uji produk akhir tidak dapat
mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri pangan, dan tidak dapat menjamin keamanan
makanan yang beredar di pasaran. Pendekatan tradisionil yang selama ini dilakukan dapat
dianggap telah gagal untuk mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena itu dikembangkan suatu sistem jaminan keamanan pangan yang disebut
Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control
Point /HACCP) yang merupakan suatu tindakan preventif yang efektif untuk menjamin
keamanan pangan. Sistem ini mencoba untuk mengidentifikasi berbagai bahaya yang
berhubungan dengan suatu keadaan pada saat pembuatan, pengolahan atau penyiapan makanan,
menilai risiko-risiko yang terkait dan menentukan kegiatan dimana prosedur pengendalian akan
berdaya guna. Sehingga, prosedur pengendalian lebih diarahkan pada kegiatan tertentu yang
penting dalam menjamin keamanan makanan.
Pendekatan HACCP ini akan membantu dalam perencanaan berbagai kegiatan keamanan
makanan dan pendidikan kesehatan yang memusatkan perhatian pada berbagai bahaya yang
berhubungan dengan jenis makanan yang dikonsumsi dan makanan yang diolah dan disiapkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui bagaimana kontaminasi pangan dapat terjadi pada bahan makanan
2. Dapat mengidentifikasi jenis-jenis kontaminasi pangan pada bahan makanan
3. Dapat mengetahui cara mencegah terjadinya kontaminasi pangan pada bahan makanan
4. Dapat memahami apa saja dampak buruk bagi tubuh akibat terjadinya kontaminasi
pangan
5. Dapat mengetahui apa saja UU yang mengatur daan kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan kontaminasi pangan
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan lingkungan merupakan hal penting yang harus dijaga oleh setiap
individu agar terhindar dari penyakit. Kesehatan lingkungan dapat dicapai jika
masyarakat menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. Selain itu, masyarakat juga perlu
menerapkan keamanan dan sanitasi pangan. Penerapan tersebut berguna untuk
menghindari penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya.
Labensky dkk., (1994) secara khusus memberi batasan pada pengertian sanitasi
dalam pengolahan makanan, yaitu sebagai penciptaan atau pemeliharaan kondisi yang
mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau timbulnya penyakit melalui
makanan. Dari pengertian tersebut perlu dipahami lebih lanjut makna kontaminasi
makanan. Maksud kontaminasi makanan adalah terdapatnya bahan atau organisme
berbahaya dalammakanan secara tidak sengaja. Bahan atau organisme berbahaya tersebut
disebut kontaminan.Keberadaan kontaminan dalam makanan kadang kadang hanya
mengakibatkan penurunan nilaiestetis dari makanan. Meskipun demikian kontaminan
daopat pula menimbulkan efek yang lebihmerugikan seperti sakit bahkan kematian bagi
orang yang mengkonsumsi makanan yangterkontaminasi.
Sumber bahaya yang ketiga adalah bahaya fisik seperti benda yang dapat
menyebabkan luka pada jaringan pencernaan serta kerusakan pada gigi dan gusi. Benda
yang tergolong bahaya fisik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu berbahaya
(misalnya paku dan staples) dan tidak berbahaya seperti kotoran. Benda-benda yang
seringkali berpotensi menjadi cemaran fisik adalah: kaca, besi, tulang, plastik, batu
kerikil, cangkang telur, kayu kertas maupun rambut manusia.
Pangan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit yang disebut dengan
foodborne deseases yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang
mengandung bahan/ senyawa beracun atau organisme patogen. Penyakitpenyakit yang
ditimbulkan oleh pangan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok utama yaitu infeksi
dan intoksikasi. Istilah infeksi digunakan bila setelah mengkonsumsi pangan atau
minuman yang mengandung bakteri patogen, timbul gejala-gejala penyakit. Intoksikasi
adalah keracunan yang disebabkan karena mengkonsumsi pangan yang mengandung
senyawa beracun(PP No 86,2019).
1. Keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar biologis, kimiawi, atau fisik
pada bahan mentah.
2. Pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasilperubahan
kimiawi yang tidak dikehendaki (misalnya nitrosamin) pada produk antara atau
jadi, atau pada lingkungan produksi.
3. Kontaminasi atau kontaminasi ulang ( cross contamination) pada produk antara
atau jadi, atau pada lingkungan produksi.
Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah Langkah
a) Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik dimana bahaya dapat
dihilangkan
b) Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik dimana bahaya
dikurangi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HACCP adalah suatu pendekatan sistem dalam pengamanan makanan. Dengan pendekatan
HACCP ini, maka pengawasan keamanan makanan baik yang dikelola oleh perusahaan
makanan, jasa boga, rumah makan, restoran, maupun yang dikelola sebagai makanan jajanan dan
makanan rumah tangga, dapat lebih terjamin mutunya, karena setiap tahapan proses pengolahan
dikendalikan risikonya dan bahaya yang mungkin timbul.
B. Saran
Untuk menerapkan HACCP diperlukan peningkatan mutu sumber daya manusia sehingga
pendekatan sistem ini dapat mencapai sasaran. Sebaiknya pula teman-teman juga perlu
memahami pengertian HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point )dan sistem analisa
bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya, agar pengetahuan /
wawasan teman-teman mengenai mata kuliahkeamanan dan ketahanan pangan yang berkaitan
dengan makalah kami yang berjudul“Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard
Analysis Critical Control Point /HACCP) Keamanan Pangan” bisa bertambah dan mudah
dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Bryan, Frank L. (2015). Analisis Bahaya dan Pengendalian itik Kritis . (Diterjemahkan oleh
Ditjen PPM dan PLP). Jakarta: Depkes RI
Fitri Rahmawati, M. P., & Busana, F. T. 2014. Pengawetan Makanan Dan Permasalahannya.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Ningsih, R. 2014. Penyuluhan hygiene sanitasi makanan dan minuman, serta kualitas makanan
yang dijajakan pedagang di lingkungan SDN Kota Samarinda. KEMAS: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 10(1), 64-72.
Republik Indonesia. (2019). Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 Tentang Keamanan
Pangan.