Nama Anggota :
Chanra Arliani
Daniel Ohara Lumban Tobing
Leli Pitria
Remina Tarigan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kebutuhan mendasar manusia dalam bertahan hidup adalah adanya pangan.
Kebutuhan biologis ini juga akan mempengaruhi pada kebutuhan rohani dan psikologisnya.
Namun kebutuhan biologis menjadi pokok utama dalam keberlangsungan hidup manusia.
Terlepas dari kebutuhan tersebut, dalam pelaksanaan pemenuhan pangan terdapat banyak
hambatan dalam pemenuhannya, akses dan keamanannya.
Keamanan pangan menjadi salah satu komponen utama kebijakan pangan. Di Indonesia
sendiri masalah keamanan pangan menjadi suatu hal yang memperihatinkan, karena masalah
keamanan pangan tersebut berpengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam bidang
kesehatan. Harga pangan yang mahal membuat oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab
akhirnya melakukan perbuatan yang menguntungkan bagi mereka yakni menambah pendapatan
namun merugikan bagi masyarakat yakni mengakibatkan masyarakat keracunan pangan.
Keamanan pangan/kualitas pangan kini menjadi tolak ukur manusia dalam memenuhi kebutuhan
pangannya agar sesuai dengan pemenuhan nutrisi dan gizi dalam tubuh.
1.2 Perumusan Masalah
a. Apa pengertian dari keamanan pangan?
b. Apa saja istilah yang berhubungan dengan keamanan pangan ?
c. Bagaimana pentingnya keamanan pangan ?
d. Siapa pihak yang terkait dalam keamanan pangan dan bagaimana sistem kerjanya?
e. Bagaimana upaya pengendalian keamanan pangan?
f. Apa-apa saja kasus seputar keamanan pangan ?
g. Teori apa yang sesuai dengan contoh kasus tersebut dan bagaimana analisa terhadap kasus?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari tulisan ini memberikan pemaparan mengenai salah satu komponen
kebijakan pangan nasional mengenai keamanan pangan/kualitas pangan. Dengan memberikan
beberapa contoh kasus dan analisis setiap pembahasannya, sehingga pembaca dapat memahami
tentang konteks pembahasan keamaan pangan/kualitas pangan.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini kiranya akan menjadi bahan rujukan bagi pembaca sebagai antisipasi
pencegahan penyimpangan yang terjadi dalam keamanan dan kualitas pangan itu sendiri. Selain
dari itu juga, harapan lain dari manfaat penulisan ini berguna sebagai perpanjangan tangan upaya
dalam partisipasi mewujudkan dan menciptakan kebijakan pangan nasional dalam keamanan
pangan dan kualitas pangan tersebut berjalan dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keamanan Pangan
Menurut UU No 7 tahun 1996 tentang pangan, yang dimaksud dengan Keamanan Pangan yaitu
kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia.
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat menganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia. (PP No. 28 tahun 2004).
Keamanan pangan adalah jaminan bahwa pangan tidak akan menyebabkan bahaya kepada
konsumen jika disiapkan atau dimakan sesuai dengan maksud dan penggunaannya (FAO/WHO
1997).
Ketentuan mengenai keamanan pangan meliputi sanitasi pangan, bahan tambahan
pangan, rekayasa genetika dan iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan mutu dan pemeriksaan
laboratorium serta pangan tercemar. Selain hal tersebut, di dalam peraturan yang sama juga
disebutkan bahwa setiap orang dilarang mengedarkan pangan yang mengandung bahan beracun,
berbahaya, yang dapat merugikan, atau membahayakan kesehatan atau jiwa manusia.
Salah satu cara produsen untuk memenuhi ketentuan tersebut adalah mengikuti peraturan
yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, termasuk persyaratan sanitasi di setiap rantai pangan,
yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan peredarannya serta penerapan
cara produksi makanan yang baik (CPMB).
2.2 Istilah-istilah yang Berhubungan dengan Keamanan Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun
yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. (PP No. 28 tahun
2004)
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung
dan/atau yang dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan. (PP No. 28 tahun 2004)
Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu,
dengan atau tanpa bahan tambahan. (PP No. 28 tahun 2004)
Persyaratan keamanan pangan adalah standar dan ketentuan-ketentuan lain yang harus dipenuhi
untuk mencegah pangan dari kemungkinan adanya bahaya, baik karena cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. (PP
No. 28 tahun 2004)
Sanitasi pangan adalah upaya untuk pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan
berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan
dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia. (PP No. 28 tahun 2004)
Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan menggunakan zat
radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan serta
membebaskan pangan dari jasad renik patogen. (PP No. 28 tahun 2004)
Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan,
baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak. (PP No. Tahun 2004)
Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi,
dan standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. (PP No. 28 tahun
2004)
2.3 Pentingnya Keamanan Pangan
Keamanan pangan telah menjadi salah satu isu sentral dalam perdagangan produk
pangan. Penyediaan pangan yang cukup disertai dengan terjaminnya keamanan, mutu dan gizi
pangan untuk dikonsumsi merupakan hal yang tidak bisa ditawar dalam pemenuhan kebutuhan
pangan. Tuntutan konsumen akan keamanan pangan juga turut mendorong kesadaran produsen
menuju iklim persaingan sehat yang berhulu pada jaminan keamanan bagi konsumen.
Penanganan keamanan pangan segar telah menjadi perhatian dunia mengingat bahan
pangan segar adalah produk yang memiliki karakteristik mudah rusak akibat terkontaminasi oleh
cemaran fisik, kimia maupun mikrobiologi. Keamanan pangan tidak hanya berpengaruh terhadap
kesehatan manusia, akan tetapi juga menentukan nilai ekonomi dari bahan pangan itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam perdagangan internasional telah ditetapkan persyaratan keamanan pangan
segar yang dirumuskan melalui kesepakatan Sanitary and
Phytosanitary (SPS) Agreement danTechnical Barriers to Trade (TBT) Agreement pada putaran
Uruguay tentang Negosiasi Perdagangan Multilateral.
Kebijakan penanganan keamanan pangan diarahkan untuk menjamin tersedianya pangan
segar yang aman untuk dikonsumsi agar masyarakat terhindar dari bahaya, baik karena cemaran
kimia maupun mikroba yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga
aman untuk dikonsumsi dan mendukung terjaminnya pertumbuhan/perkembangan kesehatan dan
kecerdasan manusia.
Sampai saat ini belum banyak masyarakat yang menyadari pentingnya keamanan pangan,
termasuk pangan segar. Hal ini disebabkan masyarakat baik produsen (terutama produsen skala
rumah tangga) maupun konsumen belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
sehingga masalah keamanan pangan belum menjadi prioritas dalam mengembangkan/memilih
pangan untuk dikonsumsi.
Keamanan pangan merupakan salah satu aspek penting yang menentukan kualitas SDM.
Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang tidak akan berarti, jika makanan yang
dikonsumsi masyarakat tidak aman dari cemaran kimia maupun mikroba. Pangan yang tercemar
mikroba menyebabkan berbagai kasus Penyakit Bawaan Makanan (PBM), seperti diare.
Sedangkan pangan yang terkontaminasi cemaran kimia, seperti residu pestisida dan toksin
diduga sebagai penyebab penyakit kanker. Begitu pentingnya keamanan pangan ini menjadi
dasar bagi negara - negara di dunia untuk mendeklarasikan bahwa keamanan pangan adalah hak
asasi setiap individu dalam Internasional Conference on Nutrition pada tahun 1992.
Kramer dan Twigg (1983) mengklasifikasikan karakteristik mutu bahan pangan menjadi
dua kelompok, yaitu : (1) karakteristik fisik/tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran,
bentuk dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi; flavor yaitu sensasi
dari kombinasi bau dan cicip, dan (2) karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan
mikrobiologis.
Berdasarkan karakteristik tersebut, profil produk pangan umumnya ditentukan oleh ciri
organoleptik kritis, misalnya kerenyahan pada keripik. Namun, ciri organoleptik lainnya seperti
bau, aroma, rasa dan warna juga ikut menentukan. Pada produk pangan, pemenuhan spesifikasi
dan fungsi produk yang bersangkutan dilakukan menurut standar estetika (warna, rasa, bau, dan
kejernihan), kimiawi (mineral, logam–logam berat dan bahan kimia yang ada dalam bahan
pangan), dan mikrobiologi ( tidak mengandung bakteri Eschericia coli dan patogen). Lebih dari
90% terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne diseases)
disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri bakteri/amuba,
botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis.
Foodborne disease lazim didefinisikan namun tidak akurat, serta dikenal dengan istilah
keracunan makanan. WHO mendefinisikannya sebagai penyakit yang umumnya bersifat infeksi
atau racun, yang disebabkan oleh agent yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang
dicerna. Foodborne disease baik yang disebabkan oleh mikroba maupun penyebab lain di negara
berkembang sangat bervariasi. Penyebab tersebut meliputi bakteri, parasit, virus, ganggang air
tawar maupun air laut, racun mikrobial, dan toksin fauna, terutama marine fauna. Komplikasi,
kadar, gejala dan waktu lamanya sakit juga sangat bervariasi tergantung penyebabnya.
Patogen utama dalam pangan adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus serta toksin
yang diproduksinya, Bacillus cereus, serta Clostridium perfringens. Di samping itu muncul jenis
patogen yang semakin popular seperti Campylobacter sp, Helicobacter sp, Vibrio urinificus,
Listeria monocytogenes, Yersinia enterocolitica, sedang lainnya secara rutin tidak dimonitor dan
dievaluasi. Jenis patogen tertentu seperti kolera thypoid biasanya dianalisa dan diisolasi oleh
laboratorium kedokteran.
Patogen yang dianggap memiliki penyebaran yang luas adalah yang menyebabkan
penyakit salmonellosis, cholera, penyakit parasitik, enteroviruses. Sedangkan yang memiliki
penyebaran sedang adalah toksin ganggang, dan yang memiliki penyebaran terbatas
adalahS.aureus, B.cereus, C. perfringens, dan Botulism. Melihat dari hasil uji laboratorium
residu pestisida di Indonesia maka pangan segar kita masih relatif kurang aman, hal ini dapat
berdampak negatif pada kesehatan kita. Ada beberapa dampak tersebut adalah:
Residu Pestisida mempunyai pengaruh yang sangat merugikan terhadap kesehatan manusia dalam
jangka panjang. Dapat menyebabkan kanker, cacat dan merusak sistem syaraf, endokrin,
reproduktif dan sistem kekebalan.
Efek logam berat :
a) Al: Kerusakan urat syaraf dan otak
b) Timbal (Pb) : Kerusakan sistem syaraf, kemunduran mental, sistem pembentukan sel darah
(anemia), ginjal dll
c) Merkuri : Kerusakan sistem syaraf, depresi, kelelahan, lesu, sakit kepala, gangguan lambung dan
usus. (Sumber: Lab Kimia Agro)
2.4 Pihak-pihak yang Terkait dengan Keamanan Pangan
Keamanan pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu industri pangan merupakan
tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri dan konsumen, yang saat ini sudah harus
memulai mengantisipasinya dengan implementasi sistem mutu pangan.
Karena di era pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah harus
mampu bersaing dengan derasnya arus masuk produk industri pangan negara lain yang telah
mapan dalam sistem mutunya. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah
terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang
berbahaya bagi kesehatan.
Dari jumlah produk pangan yang diperiksa ditemukan sekitar 9,08% – 10,23% pangan
yang tidak memenuhi persyaratan. Produk pangan tersebut umumnya dibuat menggunakan bahan
tambahan pangan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan: merupakan pangan yang
tercemar bahan kimia atau mikroba; pangan yang sudah kadaluwarsa; pangan yang tidak
memenuhi standar mutu dan komposisi serta makanan impor yang tidak sesuai persyaratan.
Dari sejumlah produk pangan yang diperiksa tercatat yang tidak memenuhi persyaratan
bahan pangan adalah sekitar 7,82% – 8,75%. Penggunaan bahan tambahan makanan pada
makanan jajanan berada pada tingkat yang cukup menghawatirkan karena jumlah yang diperiksa
sekitar 80%-nya tidak memenuhi persyaratan. Pengujian pada minuman jajanan anak sekolah di
27 propinsi ditemukan hanya sekitar 18,2% contoh yang memenuhi persyaratan penggunaan
BTP, terutama untuk zat pewarna, pengawet dan pemanis yang digunakan sebanyak 25,5%
contoh minuman mengandung sakarin dan 70,6% mengandung siklamat.
Penggunaan bahan tambahan yang tidak sesuai diantaranya adalah: (1) Pewarna
berbahaya (rhodamin B. methanyl yellow dan amaranth) yang ditemukan terutama pada produk
sirop, limun, kerupuk, roti, agar/jeli, kue-kue basah, makanan jajanan (pisang goreng, tahu, ayam
goreng dan cendol).
Dari sejumlah contoh yang diperiksa ditemukan 19,02% menggunakan pewarna
terlarang; (2) Pemanis buatan khusus untuk diet (siklamat dan sakarin) yang digunakan untuk
makanan jajanan. Sebanyak 61,28% dari contoh makanan jajanan yang diperiksa menggunakan
pemanis buatan; (3) Formalin untuk mengawetkan tahu dan mie basah; dan (4) Boraks untuk
pembuatan kerupuk, bakso, empek-empek dan lontong.
Masih kurangnya tanggung jawab dan kesadaran produsen dan distributor terhadap
keamanan pangan tampak dari penerapan Good Agricultural Practice (GAP) dan teknologi
produksi berwawasan lingkungan yang belum sepenuhnya oleh produsen primer, penerapanGood
Handling Pratice (GHP) dan Good Manufacturing Pratice (GMP) serta Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) yang masih jauh dari standar oleh produsen/pengolah makanan berskala
kecil dan rumah tangga.
Pemeriksaan terhadap sarana produksi makanan/minuman skala rumah tangga menengah
dan besar menemukan sekitar 33,15% – 42,18% sarana tidak memenuhi persyaratan higiene dan
sanitasi. Sedangkan pengawasan di tempat pengolahan makanan (TPM) yang mencakup jasa
boga, restoran/rumah makan dan TPM lainnya hanya sekitar 19,98% yang telah mempunyai izin
penyehatan makanan dan hanya sekitar 15,31% dari rumah makan/restoran yang diawasi yang
memenuhi syarat untuk diberi grade A, B dan C. Pelatihan penyuluhan yang diberikan umumnya
baru menjangkau skala besar.
Distributor pangan umumnya juga belum memahami Good Distribution Practice (GDP).
Pemeriksaan terhadap sarana distribusi produk pangan dalam hal sanitasi, bangunan dan fasilitas
yang digunakan, serta produk yang dijual menemukan sekitar 41,60% – 44,29% sarana yang
tidak memenuhi syarat sebagai distributor makanan.
Selain itu, masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian konsumen tentang keamanan
pangan tercermin dari sedikitnya konsumen yang menuntut produsen untuk menghasilkan
produk pangan yang aman dan bermutu serta klaim konsumen jika produk pangan yang dibeli
tidak sesuai informasi yang tercantum pada label maupun iklan. Pengetahuan dan kepedulian
konsumen yang tinggi akan sangat mendukung usaha peningkatan pendidikan keamanan pangan
bagi para produsen pangan. Untuk itu, kesadaran semua pihak untuk meningkatkan manajemen
mutu dan keamanan pangan sangatlah penting. Tidak bisa hanya menyerahkan tanggung jawab
kepada pemerintah atau pihak produsen saja akn tetapi semua pihak termasuk konsumen punya
andil cukup penting dalam meningkatkan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan di
Indonesia.
3.1 Simpulan
Keamanan pangan merupakan hal yang harus selalu diperhatikan dan diawasi
penangannya. Hal ini disebabkan karena keamanan pangan memiliki kedudukan yang sangat
penting bagi masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia umumnya. Sekarang ini
sangat banyak kasus yang terjadi di sekitar kita yang berasal dari kurangnya kepedulian dan
pengetahuan mengenai pentingnya makanan yang aman.
Aman dalam hal ini adalah tidak adanya kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Untuk itu,
maka peran aktif dari berbagai pihak sangat diperlukan. Produsen, distributor, konsumen dan
pemerintah harus lebih peduli pada keadaan pangan yang ada dan beredar.
Dunia saat ini lebih berusaha dalam menangani keamanan pangan, terbukti dengan
banyaknya peraturan yang dibuat dan ketatnya persaingan antar negara dalam menjamin
keamanan pangan. Negara yang tidak terlalu memperhatikan dan mempedulikan keamanan dari
pangan tidak akan di beli dan mendapat tawaran dari negara lain untuk membeli produk dan
barang komoditinya.
3.2 Saran
Pihak-pihak yang memiliki peran penting dalam menjamin keamanan pangan yang
beredar, seharusnya lebih peduli dan bijak lagi dalam melihat keadaan saat ini.
Produsen harus memproduksi dan menjual bahan pangan yang memang sehat dan aman untuk
dikonsumsi,
Distributor harus menyalurkan bahan-bahan pangan yang memang sehat dan tidak membahayakan
kesehatan manusia,
Konsumen harus lebih pintar dalam memilih, membeli dan mengelola bahan pangan,
Pemerintah juga berperan dalam pembuatan peraturan dan pengawasan bahan pangan yang beredar
di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip dalam : http://itp.bakrie.ac.id/index.php/en/lang-en-articles-lang-lang-id-artikel-lang/lang-
en-food-articles-lang-lang-id-artikel-pangan lang/item/53 keamanan-pangan-dan-kesehatan-
masyarakat-2 [Diakses pada 17 Oktober 2014 Pada pukul 15:03]
Dikutip dalam : http://yprawira.wordpress.com/manajemen-mutu-dan-keamanan-pangan/[Diakses
pada 17 Oktober 2014 Pada pukul 15:14]
Dikutip dalam : http://hartoko.wordpress.com/keamanan-pangan/ [Diakses pada 17 Oktober 2014
Pada pukul 15:28]
Dikutip dalam http://bkp.bangka.go.id/donlot/pentingnya.pdf [Diakses pada 17 Oktober 2014 Pada
pukul 15:42]
Dikutip dalam : http://bkp.pertanian.go.id/downlot.php?file...pdf.html [Diakses pada 17 Oktober
2014 Pada pukul 20:04]
Dikutip dalam : http://clearinghouse.pom.go.id/downlot.php?...pp_no_28.html [Diakses pada 17
Oktober 2014 Pada pukul 20:13]
Dikutip dalam : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/reportase-investigasi-nugget-ikan-
dan.html [Diakses pada 17 Oktober 2014 pukul 20:38]
Dikutip dalam : http://www.edipsw.com/kegiatan/beredar-telur-asin-palsu/ [Diakses pada 18
Oktober 2014 Pada pukul 16:11]
Dikutip dalam: http://setyarobi-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-81639-Umum-
Konsep%20Perjuangan%20Kelas%20Karl%20Marx.html [Diakses pada 18 Oktober 2014 pukul
11:02]
Dikutip dalam : http://khairulazharsaragih.blogspot.com/2012/11/penyimpangan-sosial-dalam-
masyarakat.html [Diakses pada 18 Oktober 2014 pukul 12:46]