Anda di halaman 1dari 20

1.

Pendahuluan
— Keamanan pangan menurut peraturan pemerintah
tentang keamanan, mutu dan gizi pangan .
— Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis,kimia dan benda lain
mengganggu, merugikan dan membahayakan
kesehatan manusia
— Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar
kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan
standar perdagangan terhadap bahan makanan,
makanan, dan minuman.
a. Sanitasi pangan
— Sanitasi pangan adalah upaya mencegah kemungkinan
tumbuh dan berkembangnya jasad renik pembusuk
dan patogen dalam makanan, minuman , peralatan
dan bangunan yang dapat merusak pangan serta
membahayakan manusia. Perlakuan efektif sanitasi
pangan dimaksud untuk menghilangkan sel vegetatif
mikroba yang membahayakan kesehatan ,sekaligus
mengurangi mikroba lainnya yang tidak di
inginkan,tanpa mengurangi mutu produk dan
keamanan bagi konsumen.
— Fasilitas sanitasi meliputi : sumber air bersih
yang mampu nencukupi kebutuhan dan
memenuhi standar air minum serta kebutuhan
lainnya yang terpisah dari sumber air untuk
pengolahan.selain itu harus di lengkapi dengan
sistem pembuangan dan penanganan air serta
limbah
— Fasilitas hygiene harus tersedia agar dapat menjamin
kebersihan dan kesehatan sehingga pencemaran
pangan dapat di hindari. Fasilitas tersebut terdiri dari
:fasilitas pencuci tangan dan mengeringkan tangan;
toilet yang bersih dan cukup, tidak terbuka langsung
ke ruang produksi; serta tempat ganti pakaian, untuk
menjamin hygiene.
— Ventilasi udara harus baik dan memenuhi syarat
higiene. Demikian pula fasilitas penyimpanan bahan
baku serta bahan lainnya harus memenuhi syarat
bersih dan dapat mencegah pencemaran
b.Bahan tambahan pangan
— . Penggunaan BTP harus diatur agar bahaya terhadap
kesehatan manusia dapat di cegah. BTP berbeda
dengan bahan terlarang dan bahan berbahaya. Yang
membedakan adalah tingkat keamanan terhadap
kesehatan manusia.
— Untuk menguji keamanan BTP , di tingkat dunia BTP
dinyatakan aman oleh suatu bahan atau komite ahli
yang di bentuk organisasi kesehatan dunia (WHO) dan
Organisasi pangan dunia (FAO) yang di kenal dengan
JECFA. Kajian keamanan BTP di lakukan terhadap :
1. Manifestasi terhadap fungsi fisiologis
2. Karakteristik morfologi non neoplastik
3. Manifestasi neoplastik
4. Manifestasi reproduksi / perkembangan
c. Rekayasa genetika dan iradiasi
pangan
— Pangan produksi rekayasa genetika (PRG) adalah pangan
yang diproduksi atau menggunakan bahan baku, bahan
tambahan pangan dan bahan lain yang di hasilkan dari
proses rekayasa genetika.
— Proses rekayasa genetika adalah proses melibatkan
pemindahan gen ( pembawa sifat ) dari jenis hayati ke jenis
hayati lain yang berbeda atau sama, untuk mendapatkan
jenis baru yang mampu menghasilkan pangan yang lebih
unggul. Untuk menjamin keamanan PRG produsen wajib
memeriksakan keamanannya bagi kesehatan manusia
sebelum produk tersebut diedarkan ke konsumen.
— Iriditas pangan adalah metode penyinaran terhadap
pangan , baik dengan menggunakan zat radioaktif
aktif akselerator untuk mencegah terjadinya
pembusukan dan kerusakan serta membebaskan
pangan dari jasad renik patogen. Proses produksi
dengan teknik dab metode niradiasi wajid wajib
memenuhi persyaratan kesehatan, penanganan
limbah dan penanggulangan bahaya bahan radio aktif.
Hal itu penting untuk menjamin keamanan pangan
,keselamatan kerja dan kelestarian lingkungan.
d. Kemasan pangan
— Menurut UU No 7/1996 tentang pangan setiap
produsen pangan wajib mengemas produk pangan
dengan kemasan yang aman serta mampu melindungi
pangan dari cemaran yang merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia. Kemasan yang
baik, mampu memberi perlindungan terhadap produk
dsri benturan fisik, cahaya, oksigen dan uap air yang
dapat memicu pertumbuhan mikroba dan reaksi
enzimatik
e. Pangan dan pencemaran
— Pangan tercemar terdiri dari :
1. pangan yang mengandung bahan beracun,
berbahaya atau dapat merugikan atau dapat
membahayakan kesehatan atau jiwa manusia
2. pangan yang mengandung cemaran yang
melampaui ambang batas maksimum yang
ditetapkan
3. Pangan yang mengandung bahan yang dilarang
digunakan dalam kegiatan atau proses produksi
pangan
4. Bahan pangan yang mengandung bahan yang kotor,
busuk, tengik, dan terurai atau mengandung bahan
nabati atau hewani yang berpenyakit atau berasal dari
bangkai sehingga tidak layak dikonsumsi manusia
5. Pangan yang sudah kadaluarsa
F. Bahan Terlarang dan Berbahaya
Sesuai dengan Permenkes 722/Menkes/Per/IX/88
bahan-bahan yang ditetapkan sebagai bahan terlarang
berbahaya adalah :
1. asam borat (boraks)
2. Asam salisilat
3. Dietilpirokarbonat
4. Dulsin
5. Formalin
6. Kalium bromat
7. Kalium klorat
8. Minyak nabati yang dibrominasi
9. Kloramphenicol
10. Nitrafurazon
Penggunaan bahan tambahan yang
tidak sesuai diantaranya adalah:
— (1) Pewarna berbahaya (rhodamin B. methanyl yellow
dan amaranth) yang ditemukan terutama pada produk
sirop, limun, kerupuk, roti, agar/jeli, kue-kue basah,
makanan jajanan (pisang goreng, tahu, ayam goreng
dan cendol). Dari sejumlah contoh yang diperiksa
ditemukan 19,02% menggunakan pewarna terlarang
— (2) Pemanis buatan khusus untuk diet (siklamat dan
sakarin) yang digunakan untuk makanan jajanan.
Sebanyak 61,28% dari contoh makanan jajanan yang
diperiksa menggunakan pemanis buatan
— (3) Formalin untuk mengawetkan tahu dan mie basah
— (4) Boraks untuk pembuatan kerupuk, bakso, empek-
empek dan lontong.
Kesimpulan
— pemerintah sebagai badan yang melakukan
pengawasan terhadap penyebaran dan pemasaran
barang – barang yang telah beredar di masyarakat luas
saat ini sering dan selalu melakukan pengawasan –
pengawasan terhadap para pelaku usaha maupun para
distributor yang merupakan penyedia barang yang
langsung dapat bertemu dengan konsumen ataupun
pelanggan
— di Indonesia saat ini para pelaku usaha dan juga
produsen banyak yang melakukan pelanggaran
pelanggaran yang melanggar Undang – Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Konsumen di Indonesia amat banyak sekali dirugikan
mulai dari sakit ringan sampai meninggal dunia yang
semuanya itu merupakan efek – efek dari makanan
yang dikonsumsinya selama tenggang waktu yang
sebentar ataupun cukup lama.
— Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen bertujuan untuk melindungi
dan atau setidaknya menyetarakan antara produsen
dan konsumen sebagai pengguna agara apabila terjadi
dikemudian hari suatu pelanggaran terhadap hak –
hak konsumen, maka produsen dapat dimintai
pertanggung jawabannya di muka pengadilan

Anda mungkin juga menyukai