Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

MK FKH 200 PENGHAYATAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN

“PERANAN DOKTER HEWAN DALAM PENJAGAAN KESEHATAN PRODUK


SUSU”

DISUSUN OLEH:

Kelompok : B18

Nama/NIM/Tanda Tangan : 1. Aang Hasanudin B04120057

2. Relisa Istiatma B04120060

3. Siti Zahrina B04120064

4. Hazyah Bahrina Hakim B04120070

Kelas : P06

PENGHAYATAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di era perdagangan bebas posisi komoditas peternakan Indonesia akan semakin


sulit dan memprihatinkan. Berbagai negara maju di dunia sudah mulai melakukan berbagai
cara untuk menghambat ekspor Indonesia, bukan hanya dengan tarif atau proteksi
melainkan melalui hambatan teknis dan isu lingkungan. Cara-cara ini dapat mengakibatkan
lemahnya  daya saing produk peternakan Indonesia dan hal ini merupakan tantangan bagi
Indonesia sebagai implikasi perdagangan bebas yang benar-benar perlu mendapatkan
perhatian. Untuk menghadapi tantangan dimasa mendatang, maka Indonesia harus mampu
menghasilkan pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

Keamanan pangan (food safety) merupakan persyaratan utama yang  menjadi


semakin penting tidak saja untuk kesehatan penduduk Indonesia akan tetapi juga untuk
seluruh konsumen yang mengkonsumsinya. Kejadian yang muncul belakangan ini
menunjukkan bahwa keamanan pangan mendapat perhatian yang semakin serius di dunia
seperti kasus penyakit Sapi Gila (Mad Cow Disease), Foot and Mouth Disease, Flu
Burung (Avian Influenza), kontaminan akibat mikroba menimbulkan kasus keracunan
makanan dan kasus residu obat hewan pada ikan sehingga ekspor udang Indonesia ditolak
serta adanya pemalsuan pada produk hewan dengan bahan pengawet dan pewarna
(formalin, borak, nitrat, dll). Tuntutan konsumen dalam hal keamanan pangan akan semakin
tinggi seiring dengan pemerataan pendidikan bagi masyarakat dan meningkatnya 
pendapatan. Aspek keamanan dari suatu produk bukan hanya berarti tidak mengandung
bibit penyakit yang dapat menular kepada manusia, akan tetapi juga tidak mengandung
residu yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

Tujuan

1. Untuk mengetahui produk pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal.
2. Untuk mengetahui peran dokter hewan dalam pengawasan peredaran produk
pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal.
PEMBAHASAN

Sapi potong dan unggas merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi sebagai bahan pangan asal hewan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Meningkatnya kebutuhan akan konsumsi bahan pangan asal hewan seiring dengan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi. Sehingga ada
perubahan dalam pola makanan yang disertai dengan membaiknya pendapatan perkapita
penduduk yang mengakibatkan timbulnya elastisitas permintaan bahan pangan asal hewan,
terutama daging, telur dan susu.

Untuk itu perlunya pengawasan atau pemeriksaan bahan pangan asal hewan yang
diperiksa oleh badan Kesmavet (kesehatan masyarakat veteriner) yang melibatkan dokter
hewan di dalamnya. Peran kesmavet bertujuan untuk mencegah penularan penyakit kepada
manusia baik melalui hewan maupun bahan makanan asal hewan lainnya dan ikut serta
memelihara dan mengamankan produksi bahan makanan asal hewan dari pencemaran dan
kerusakan akibat penanganan yang kurang higienis.

Adapun peran profesi dokter hewan pada dasarnya ada tiga peran profesi dokter
hewan yaitu :

1. Animal Health (Kesehatan Hewan).


2. Animal Production (Produksi Ternak).
3. Veterinary Public Health (Kesehatan Masyarakat Vetreriner).

Tugas Profesi Kedokteran Hewan dalam Animal Health pada dasarnya berarti profesi
kedokteran hewan mampu menyediakan protein hewan yang berkualitas baik dan jumlahnya
mencukupi melalui tata laksana keehatan yang baik (pengamanan hewan terhadap penyakit
zoonosis, higiene, sanitasi dan perawatan kesehatan).

Dalam bidang Animal Production prefesi Kedokteran hewan dituntut untuk mampu
membantu mengembangkan peranan produksi dan reproduksi ternak melalui kesehatan
ternak terpadu.

Sedangkan dalam Veterinary Public Health mengharuskan profesi kedokteran hewan


untuk mampu memberikan pengamanan kepada masyrakat di daerahnya terhadap hasil-
hasil hewani untuk di konsumsi dan perlindungan manusia dari penyakit-penyakit yang
berasal dari hewan.
Sesungguhnya produk makanan asal hewan mempunyai gizi sangat penting bagi
manusia. Namun di lain pihak produk makanan asal hewan sangat rentan terhadap berbagai
pencemaran penyakit hewan, mikro-organisme pembusuk, residu obat serta bahan kimia
lainnya yang dapat berakibat fatal bagi kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu, pengawasan intensif terhadap produk asal hewan yaitu daging, telur
dan susu serta hasil olahannya serta pemakaian obat hewan, fasilitas RPH / RPU sarana
transportasi dan distribusi serta bahan pengawet makanan tersebut menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat sesuai amanat peraturan perundangan kesehatan masyarakat
veteriner yang berlaku di Indonesia dan ditindaklanjuti secara berjenjang di daerah-daerah
sesuai kewenangannya masing-masing.

Secara hukum konsumen seharusnya mendapat perlindungan dalam mengkonsumsi


bahan makanan yang aman, berkualitas baik serta sehat. Dari segi kesehatan, konsumen
berhak mendapatkan produk asal hewan dan hasil olahannya yang berasal dari ternak yang
sehat, bebas penyakit, bebas bahan kimia bahan dan mendapatkan hasil olahannya yang
berkualitas sesuai harga yang dibayarnya.

Pangan Asal Hewan Yang Aman, Sehat, Utuh, Halal


Sudah menjadi tugas seorang dokter hewan untuk mengawasi proses pengolahan
produk makanan asal hewan dari peternakan hingga ke meja makan, atau yang biasa kita
kenal save from farm to table. Pangan asal hewan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat
harus aman dan layak karena  setiap orang berhak untuk memperoleh pangan yang cukup
bergizi & aman dikonsumsi (Deklarasi FAO/WHO (1992) pada International Conference on
Nutrition). Pangan harus aman (safe) & layak (suitable for human consumption) (Code of
Hygienic Practice, Codex Alimentarius Commission). Seperti halnya yang dijelaskan pada
undang – undang bahwa setiap orang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan
atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib: 
memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia …  (UU No 7
Tahun 1996 tentang Pangan, Bab II Pasal 7 ayat a). Hak konsumen adalah hak atas
kenyamanan, keamanan & keselamatan dlm mengkonsumsi barang dan atau jasa (UU No 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab III Pasal 4).
Bahan pangan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat harus berprinsip ASUH.
Adapun yang dimaksud dengan ASUH adalah :
1. Aman yaitu tidak mengandung bahaya-bahaya biologis, kimiawi dan fisik atau bahan-
bahan yang dapat mengganggu kesehatan manusia .
2. Sehat yaitu mengandung bahan-bahan yang dapat menyehatkan manusia (baik untuk
kesehatan).
3. Utuh yaitu tidak dikurangi atau dicampur dengan bahan lain.
4. Halal yaitu sesuai dengan syariat agama Islam.

Keamanan Pangan Asal Hewan

Adapun beberapa definisi mengenai keamanan pangan, diantaranya adalah jaminan


bahwa pangan tidak akan menyebabkan bahaya bagi konsumen saat disiapkan dan atau
dikonsumsi sesuai dengan tujuan penggunaannya  (Codex Alimentarius 1997), serta kondisi
dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia (UU no. 7/1996 tentang Pangan). Selain itu, demi memenuhi kecukupan gizi bagi
masyarakat diperlukan beberapa produk tambahan. Sesuai dengan perkembangan jaman,
produk-produk tersebut diproduksi dengan proses bioteknologi.
Dan sesuai dengan perkembangan teknologi, bahan pangan dapat diproduksi
dengan proses bioteknologi  masih harus berprinsip pada ASUH pula terutama pada produk
yang berasal dari hewani. Dengan demikian kelayakan dan keamanan bahan pangan untuk
masyarakat dapat terjamin. Dan dapat diingat pula bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
akan bertambah.

Pangan asal hewan adalah media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme
karena mengadung zat gizi tinggi, pH mendekati 7.0, aktivitas air >0.80 . Pangan asal
hewan dikategorikan pangan mudah rusak (perishable food) & pangan berpotensi
mengandung bahaya (potentially hazardous food/PHF) maka dari itu perlu penanganan
yang higienis & baik.  Hal ini dikarenakan 75% penyakit-penyakit baru yang menyerang
manusia dalam 20 tahun terakhir disebabkan oleh patogen yang berasal dari hewan atau
produk hewan (WHO 2005).

Bahaya-bahaya (hazards) yang mungkin terdapat dalam pangan:


1. Bahaya biologis:  bakteri, kapang, kamir, riketsia, virus, cacing, protozoa, prion.
2. Bahaya kimia:  residu antibiotik, residu hormon, cemaran logam berat, pestisida,
toksin alami, mikotoksin, cemaran lain.
3. Bahaya fisik:  kerikil kecil, serpihan kaca, serpihan kayu, besi.

Masalah Pangan Asal Hewan

Masalah pangan asal hewan di Indonesia banyak sekali. Mulai dari cemaran
mikroorganisme dan mikotoksin,  mengandung residu maupun formalin pada daging sapi
maupun ayam, bahkan permainan curang para pedangang untuk menyuntikan air pada
daging atau yang biasa disebut dengan glonggongan untuk keuntungan semata.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah sudah melaksanakan  melaksanakan


PMSR (program monitoring dan surveilans residu)  oleh BPMPP, BPPV dan Lab Kesmavet.
Tetapi masih banyak kendala yang ditemui diantaranya praktek higiene dan sanitasi yang
masih kurang, tidak ada pengawasan dan pemeriksaan yang konsisten (pemeriksaan hewan
dan daging di RPH), penegakan hukum yang lemah, belum adanya SISTEM  khususnya
KESMAVET.

Higiene Sanitasi
Sanitasi adalah menciptakan segala sesuatu yang higienis dan kondisi yang
menyehatkan, sedangkan higiene adalah seluruh tindakan untuk mencegah atau
mengurangi kejadian terhadap kesehatan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
sanitasi dilakukan terhadap lingkungan sekitar pangan, dan hygiene dilakukan terhadap
pangan dan personal (yang berhubungan langsung dengan bahan makanan tersebut).
Kedua perlakuan ini mutlak diperlukan untuk menjaga kebersihan dan kehigienisan suatu
produk pangan asal hewan.

Good Hygienic Practice


Good Hygienic Practice / GHP (all practices regarding the conditions and measures
necessary to ensure the safety and suitability of food at all stages of the food chain ) adalah
seluruh praktek yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang dibutuhkan untuk
menjamin keamanan dan kelayakan pangan pada seluruh tahapan dalam rantai pangan
(Codex Alimentarius Commission 2005). Tujuan GHP/GMP adalah  menghasilkan pangan
yang aman (safe) dan layak (suitable) untuk dikonsumsi yang dirujuk dari peraturan-
perundangan (pemerintah atau perusahaan), SNI, Code of Hygienic Practice (Codex
Alimentarius Commission), atau hasil penelitian.  GHP/GMP dijabarkan lebih lanjut
dalam Standard Operating Procedures (SOP).  Penerapan GHP pada penyediaan pangan
asal hewan bersifat penting pada penerapan konsep safe from farm to table atau konsep
aman dari peternakan sampai dikonsumsi.
KESIMPULAN

Bahan pangan yang beredar di masyarakat harus memenuhi prinsip ASUH yaitu Asli,
Sehat, Utuh dan Halal. Pangan asal hewan dikategorikan sebagai pangan mudah rusak dan
PHF, sehingga perlu penerapan sistem jaminan keamanan & kualitas pangan, dengan
konsep safe from farm to table.
Peran dokter hewan dalam peredaran produk pangan asal hewan ini adalah sebagai
pengontrol dan pengawas penyebaran produk pangan asal hewan. Sehingga masyarakat
memiliki pengetahuan untuk berwaspada terhadap  bahan pangan yang berasal dari hewani
yang akan dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim].2010.Sekilas Tentang Peran Dokter Hewan.[terhubung


berkala]https://www.facebook.com/note.php?note_id=133804426648370&1&index=0 [01
Oktober 2012].

Santi P.2012.Pangan Asal Hewan (PAH) yang Aman, Sehat, Utuh, Halal (ASUH).[terhubung
berkala]http://blog.ub.ac.id/cdrhprimasanti90/category/materi-calon-dokter-hewan/page/5/
[ 01 Oktober 2012].

Anda mungkin juga menyukai