Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH UNDANG-UNDANG DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PETERNAKAN
“Penyakit Zoonosis”

Oleh:
Kelas E

ADISTY MEUTIA F.
200110180281

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat yang Allah Subhanallahu Wa Ta’ala anugerahkan

kepada kita sehingga kesehatan badan, iman dan pikiran tercurahkan kepada kita

melalui rahmat-Nya, oleh karena itu terciptalah Makalah Individu UU dan

Kebijakan Pembangunan Peternakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

kelas teori Mata Kuliah UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu mata

kuliah UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan, Drh. Dwi Cipto

Budinuryanto, MS. yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama

penulisan makalah ini.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang sudah ikut mendukung penyusunan makalah

ini. Selanjutnya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

sehingga dapat memotivasi dalam perbaikan makalah ini ke depannya.

Sumedang, November 2020

Penyusun
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan penduduk, kebutuhan akan produk

peternakan juga meningkat. Masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan

protein untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. Produk peternakan merupakan

produk yang didapatkan dari ternak. Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang

ditularkan secara alamiah di antara hewan vertebrata dan manusia. Peternakan di

Indonesia rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk zoonosis. Dengan

demikian, zoonosis merupakan ancaman baru bagi kesehatan manusia.

Berkembangnya zoonosis dalam beberapa tahun terakhir menjadi tanda

bertambahnya ancaman penyakit yang mematikan bagi manusia yang ditularkan

oleh hewan. Makalah ini akan menjelaskan bagaimana hubungan antara penyakit

zoonosis dan produk hasil olahan peternakan.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Apa undang-undang yang mengatur keamanan dalam produk pangan.

(2) Bagaimana hubungan antara penyakit zoonosis dan produk pangan.

1.3 Maksud dan Tujuan

(1) Mengetahui undang-undang yang mengatur keamanan dalam produk

pangan.
(2) Mengetahui bagaimana hubungan antara penyakit zoonosis dan produk

pangan.
II

PEMBAHASAN

Kesmavet atau Kesehatan masyarakat veteriner dibentuk pada tahun 2000

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 99 tahun 2000. Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2012 Kesehatan Masyarakat Veteriner

merupakan segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan

yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.

Pembentukan kesmavet ini bertujuan untuk mengatasi berbagai macam tantangan

yang berkaitan dengan isu zoonosis, keamanan pangan, kesejahteraan hewan dan

juga kesehatan lingkungan. Kesmavet merupakan penghubung antara bidan

pertanian/peternakan dengan kesehatan manusia yang berkaitan dengan

pengobatan, pengendalian dan pencegahan zoonosis serta penyakitt yang

ditularkan melalui makanan.

Salah satu peranan kesmavet dalam keamanan pangan adalah untuk

memastikan masyarakat memperoleh produk hewan yang memenuhi persyaratan

keamanan mutu sehingga perlu dilakukan penjaminan keamanan, Kesehatan serta

keutuhan dalam produk asal hewan melalui registrasi dan sertifikasi produk

hewan. Menurut UU No.18 Tahun 2009 produk hewan merupaan semua yang

berasal dari hewan masih segar atau telah diolah untuk keperluan konsumsi ,

farmakoseutika, pertanian atau kegunaan lainnya. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 95 tahun 2012 sertifikasi produk hewan dilakukan terhadap produk

hewanyang diedarkan dan dikeluarkan dari wilayan negara Republik Indonesia,

sertifikasi produk hewan meliputi sertifikat veteriner serta sertifikat halal yang

dipersyaratkan.
2.1 Undang-Undang yang Mengatur Keamanan Pangan dalam Produk

Hasil Peternakan

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa bertahan hidup

dan melakukan aktivitas sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2012

keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencagah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tiak

bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat serta aman untuk

dikonsumsi . Menurut UU No.18 Tahun 2012 pangan yang tercemar merupakan

pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat

membahayakan kesehatan atau jiwa manusia, mengandung cemaran yang

melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan, mengandung bahan yang

dilarang digunakan dalam kegiatan atau proses Produksi Pangan, mengandung

bahan yang kotor, busuk, tengik, terurai, atau mengandung bahan nabati atau

hewani yang berpenyakit atau berasal dari bangkai, diproduksi dengan cara yang

dilarang, dan sudah kedaluwarsa.

Peningkatan ketahanan pangan merupakan prioritas utama dalam

pembangunan karena mrupakan kebutahan yang palinge dasar bagi manusia dan

berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Terdapat dua factor keamanan

yaitu keamanan pangan secara fisiologis dan juga keamanan secara psikologis.

Keamanan secara fisiologi merupakan rasa aman yang diperoleh konsumen karena

produk pangan yang dikonsumsinya tidak tercemar bahan-bahan yang dapat

mengganggu kesehatan manusaia seperti virus, bakteri, toksin, residu dan lainnya.
2.2 Hubungan Produk Pangan Asal Hewan dengan Penyakit Zoonosis

Zoonosis menurut UU No. 6 tahun 1967 adalah penyakit yang dapat

menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya atau dapat disebut sebagai

anthropozoonosis. Agen penyakit zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai jenis

mikroorganisme seperti bakteri, virus, klamidia, rickettsia maupun protozoa.

Penyakit zoonosis dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan banyaknya jumlah

korban karena penyebarannya yang mudah dan cepat. Menurut (Khairiyah, 2011)

sampai saat ini terdapat 300 jenis penyakit hewan yang dapat menular pada

manusia. Zoonosis dapat ditularkan melalui beberapa cara yaitu kontak langsung

dan kontak tidak langsung (didapatkan dari mengonsumsi pangan yang berasal

dari ternak yang sakit). Penyakit Zoonosis dapat terjadi pada semua tahapan

dalam menghasilkan produk pangan asal hewan, oleh karena itu perlu adanya

pemahaman dan kontrol yang baik terutama dari pihak peternakan agar

penyebaran penyakit ini dapat dimimalisir.


III

KESIMPULAN

(1) Undang-undang yang mengatur keamanan pangan produk hasil olahan

peternakan adalah Undang-Undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan dan

menyebutkan bahwa pangan yang tercemar merupakan pangan yang

mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat membahayakan

kesehatan atau jiwa manusia.

(2) Penyakit zoonosis dan produk pangan memiliki keterkaitan karena produk

pangan merupakan sarana penyebaran penyakit dengan kontak tidak

langsung. Hal ini dapat diminimalimasir dengan pengolahan pangan yang

benar dan menyeleksi ternak sebelumnya agar tidak terjadi foodborne

disease.
DAFTAR PUSTAKA

Hariyadi, Purwiyatno. 2017 . Keamanan Pangan: Prasyarat Dasar Pangan. Vol


32.

Khairiyah. 2011. Zoonosis dan Upaya Pencegahannya (Kasus Sumatra Utara).


Litbang Pertanian 30(3):117- 124.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2015 Tentang


Pemasukan Karkas, Daging dan atau Olahannya ke dalam Wilayah Negara

Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2012 Tentang


Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.

Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-


ketentun Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 Peternakan dan


Kesehatan Hewan.

Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

Anda mungkin juga menyukai