Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

PENGAWASAN KESMAVET DALAM PENYEDIAAN

BAHAN PANGAN ASAL HEWAN

Disusun Oleh :

1. Nidi Khanti DhitaSiri (2102101010063)

2. Maulida Pajrina Husni (2102101010044)

3. Annisa Suci Ramadhani (2102101010132)

4. Kiyangga ilyas zaki anda (2202101010191)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kesehatan masyarakat veteriner meliputi segala urusan yang berhubungan


dengan hewan, produk hewan baik langsung maupun tidak langsung yang
mempengaruhi kesehatan manusia, dan urusan penyakit-penyakit hewan.
produk hewan merupakan semua bahan yang masih segar dan telah diolah atau
diproses untuk keperluan pangan, farmasetika, pertanian, dan kegunaan lain bagi
pemenuhan kebutuhan dan kemaslahatan manusia.

Produk hewan memiliki nilai dan kualitas tinggi untuk memenuhi


kebutuhan manusia. Khusus pangan asal hewan berupa daging, telur, dan susu
merupakan protein hewani yang mengandung asam amino essensial yang tidak
dapat diganti dengan protein nabati atau protein sintetis lainnya, sehingga sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan, kesehatan, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun demikian, pangan asal hewan merupakan bahan pangan yang


mudah rusak (perishable food) dan memiliki potensi bahaya bagi makhluk
hidup dan lingkungan (hazardous food) karena mudah tercemar secara fisik,
kimiawi, dan biologis sehingga dapat membahayakan keselamatan hidup
manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan, serta mengganggu ketenteraman
batin masyarakat termasuk kehalalan.

Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengurangi risiko yang dapat
membahayakan keselamatan hidup manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan,
serta mengganggu ketenteraman batin masyarakat termasuk kehalalan, dan guna
mendorong pelaku usaha untuk dapat menghasilkan produk hewan yang
memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk hewan yang diproduksi,
dimasukkan atau dikeluarkan ke luar negeri, dan yang diedarkan didalam negeri,
perlu dilakukan pengawasan terhadap unit usaha produk hewan dan
pengawasan peredaran produk hewan.
BAB II

PEMBAHASAN

DASAR UU

Menurut UU tentang pangan,yaitu UU No. 18 tahun 2012. Pangan adalah


segala sesuatu yang berasal darisumber hayati produk pertanian,
perkebunan,kehutanan, perikanan, pertenakan, perairan danair, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minimax bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan (food additive), bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses persiapan, pengolahan dan
pembuatan makanan atau minuman. Menurut UU No. 18 tahun 2009 tentang
peternakan dan kesehatan hewan. Produk hewan adalah semua bahan yang
berasal dari hewan yang masih segar dan telah diolah atau diproses untuk
keperluan konsumsi, farmakoseutika, pertanian, dan kegunaan lain bagi
pemenuhan kebutuhan dan kemaslahatan manusia.

BAHAN PANGAN ASAL HEWAN

Bahan pangan asal hewan yang disebut juga bahan pangan hewani, adalah
semua bahan pangan yang dihasilkan dari hewan dan layak dikonsumsi oleh
manusia. Bahan pangan hewani tersebut berupa daging, telur, susu dan ikan.
Daging adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein,
lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh. Daging juga
merupakan bahan pangan yang sangat baik bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme sehingga dapat menurunkan kualitas daging.
Daging mudah sekali mengalami kerusakan mikrobiologi karena kandungan
gizi dan kadar airnya yang tinggi.

Susu merupakan bahan pangan dengan nilai gizi tinggi yang mengandung
protein, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Susu juga memiliki nilai
biologis yang tinggi karena mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan
oleh manusia dan tingkat kecernaan yang tinggi. Telur merupakan makanan
sumber protein hewani yang murah dan mudah untuk didapatkan oleh
masyarakat Indonesia. Telur memiliki kandungan gizi yang lengkap mulai dari
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kandungan asam amino essensial yang
lengkap menjadikan telur sebagai patokan dalam menentukan mutu protein
berbagai bahan pangan.

PENGAWASAN KESMAVET

Pengawasan kesmavet merupakan suatu proses pengawasan atau


pengendalian terhadap keamanan pangan hewan yang mencakup pemantauan
dan pengaturan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi produk asal hewan
untuk memastikan bahwa produk tersebut aman, sehat, dan memenuhi standar
kesehatan hewan serta kesejahteraan hewan. Pengawasan kesmavet ini
melibatkan regulasi, inspeksi, pemantauan, dan penegakan hukum untuk
menjaga kesehatan masyarakat, hewan, dan lingkungan dari risiko yang
mungkin timbul akibat produk-produk hewani yang tidak memenuhi standar
kesmavet yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, untuk mencegah dan
mengurangi risiko yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan
hidup manusia dan hewan perlu dilakukan pengawasan terhadap unit usaha
produk hewan dan pengawasan peredaran produk hewani untuk menjamin
produk hewan yang halal, aman, utuh, dan sehat.

RANGKAIAN TINDAKAN KESMAVET

1. Regulasi :
Regulasi dalam tindakan kesmavet (Kesehatan Hewan dan Keselamatan
Makanan Hewan) berkaitan dengan aturan dan peraturan yang dikeluarkan oleh
otoritas atau lembaga yang bertanggung jawab dalam mengatur dan mengawasi
penyediaan bahan pangan hewan seperti susu, daging, dan telur.

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa produk-produk tersebut


memenuhi standar kesehatan hewan, keselamatan makanan, dan kualitas yang
ditetapkan, serta untuk melindungi kesehatan masyarakat yang mengonsumsi
produk-produk tersebut. Beberapa Referensi peraturan yang relevan untuk
menggambarkan regulasi dalam tindakan kesmavet,diantaranya :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan


dan Kesehatan Hewan: Undang-Undang ini adalah undang-undang yang
mengatur sektor peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia, termasuk
regulasi terkait dengan penyediaan bahan pangan hewan.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 tentang


Keselamatan Pangan Hewan: Peraturan ini mengatur tentang persyaratan
keselamatan dan kualitas pangan hewan, termasuk daging, susu, dan telur.

3. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2020


tentang Petunjuk Teknis Kesmavet pada Pengolahan dan Produksi Susu Segar
dan olahannya: Peraturan ini memberikan panduan teknis tentang penyediaan
susu segar dan produk susu lainnya.

4. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia:


BPOM adalah lembaga yang mengatur dan mengawasi makanan, termasuk
makanan hewan. Regulasi yang dikeluarkan oleh BPOM juga relevan untuk
tindakan kesmavet dalam penyediaan bahan pangan hewan.

2. Infeksi :

Infeksi dalam tindakan kesmavet dalam penyediaan bahan pangan hewan


susu daging dan telur adalah kondisi ketika hewan yang dijadikan bahan pangan
terinfeksi oleh mikroorganisme patogen seperti bakteri, virus, atau
parasit. Infeksi ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan dan dapat
menyebar ke manusia melalui konsumsi produk hewan yang terkontaminasi.

Beberapa poin yang perlu dipahami mengenai infeksi dalam tindakan kesmavet:

Sumber Penyakit : Infeksi pada hewan dapat berasal dari berbagai sumber,
termasuk bakteri, virus, jamur, atau parasit. Contoh-contoh penyakit yang dapat
menginfeksi hewan termasuk influenza unggas, penyakit mulut dan kuku sapi,
dan salmonelosis pada ayam.

Penularan : Infeksi dapat menyebar melalui berbagai cara, seperti melalui kontak
langsung antara hewan yang terinfeksi, kontaminasi lingkungan yang digunakan
untuk pemeliharaan hewan, atau melalui makanan yang dihasilkan oleh hewan
yang terinfeksi. Penularan penyakit dari hewan ke manusia (zoonosis) juga
merupakan perhatian penting dalam tindakan kesmavet.

Pengendalian : Dalam tindakan kesmavet, pengendalian infeksi merupakan


langkah penting untuk mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kualitas dan
keselamatan produk pangan hewan. Ini bisa melibatkan karantina hewan yang
terinfeksi, vaksinasi, pengobatan, dan praktik kebersihan yang ketat di peternakan
dan fasilitas pengolahan pangan hewan.

Uji dan Pemeriksaan : Pemeriksaan dan uji laboratorium juga merupakan bagian
penting dari tindakan kesmavet untuk mendeteksi adanya infeksi pada hewan. Ini
melibatkan pengujian hewan untuk penyakit tertentu dan memastikan bahwa
hewan yang digunakan untuk produksi pangan memenuhi standar kesehatan
yang ditetapkan.

3. Pemantauan :

Pemantauan dalam tindakan kesmavet dalam penyediaan bahan pangan


hewan seperti susu, daging, dan telur merujuk pada praktik pengawasan dan
pemantauan yang terus-menerus terhadap kesehatan dan kondisi hewan, serta
lingkungan di mana hewan tersebut dipelihara atau produk pangan hewan
dihasilkan. Pemantauan ini dilakukan untuk beberapa tujuan utama :

Kesehatan Hewan : Memantau kesehatan hewan ternak untuk mendeteksi


penyakit atau kondisi kesehatan yang mungkin memengaruhi kualitas dan
keselamatan pangan hewan. Ini dapat melibatkan pemantauan terhadap gejala
penyakit, pemberian vaksin, dan pengobatan hewan yang sakit.
Kualitas Produk : Memantau hewan dan proses produksi untuk memastikan
bahwa produk pangan hewan yang dihasilkan memenuhi standar kualitas dan
kebersihan yang ditetapkan. Pemantauan ini mencakup pemantauan terhadap
proses pemeliharaan, pakan, dan fasilitas produksi.

Kebersihan dan Keamanan : Memantau kondisi kebersihan di lingkungan


peternakan dan fasilitas pengolahan pangan hewan untuk mencegah
kontaminasi produk dengan mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan
kesehatan manusia.

Deteksi Dini Penyakit: Pemantauan juga dapat melibatkan pengujian laboratorium


untuk mendeteksi adanya penyakit tertentu pada hewan. Ini membantu dalam
identifikasi dini penyakit yang dapat menyebar ke hewan lain atau ke produk
pangan.

4. Pengujian dan sampling :

Pengujian dan sampling dalam tindakan kesmavet dalam penyediaan


bahan pangan hewan seperti susu, daging, dan telur merujuk pada praktik
pengambilan sampel dan pengujian produk pangan hewan guna memastikan
kualitas, keselamatan, dan kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan. Beberapa
poin penting yang berkaitan dengan pengujian dan sampling dalam konteks ini:

Pengambilan Sampel : Ini adalah tahap awal dalam pengujian. Sampel diambil
dari produk pangan hewan, seperti susu, daging, atau telur, serta lingkungan di
mana produk tersebut diproduksi. Pemilihan sampel harus mewakili variasi
produk secara keseluruhan.

Tujuan Pengujian: Pengujian dapat memiliki berbagai tujuan, termasuk


pengujian kualitas produk, deteksi adanya mikroorganisme patogen atau residu
obat-obatan, identifikasi zat-zat berbahaya, atau memverifikasi kepatuhan
terhadap standar kesmavet dan regulasi yang berlaku.

Metode Pengujian: Metode pengujian yang digunakan bervariasi tergantung pada


tujuan pengujian. Ini dapat mencakup uji kimia, mikrobiologi, serologi, atau
DNA. Contoh pengujian termasuk pengujian kebersihan mikrobiologis,
pengukuran kualitas nutrisi, dan pengujian deteksi residu obat-obatan.

Sampling yang Representatif: Sampel harus diambil secara representatif untuk


memastikan bahwa hasil pengujian mencerminkan kondisi produk secara
keseluruhan. Sampling yang buruk atau tidak representatif dapat menghasilkan
hasil yang tidak akurat.

5. Penegakan Hukum :

Penegakan hukum dalam tindakan kesmavet dalam penyediaan bahan


pangan hewan seperti susu, daging, dan telur merujuk pada upaya yang
dilakukan oleh otoritas kesmavet dan badan-badan terkait untuk memastikan
bahwa regulasi dan peraturan yang mengatur kesehatan hewan, keselamatan
pangan, dan kualitas produk pangan hewan ditegakkan secara efektif.

Penegakan hukum dalam tindakan kesmavet sangat penting karena


membantu melindungi kesehatan masyarakat yang mengonsumsi produk
pangan hewan, mencegah penyebaran penyakit hewan, dan menjaga kualitas
produk. Ini juga memastikan bahwa pelaku industri pangan hewan mematuhi
regulasi yang bertujuan untuk menjaga kesehatan hewan dan keselamatan
makanan hewan.

Ada beberapa aspek penting seperti :

Kepatuhan Terhadap Regulasi : Penegakan hukum melibatkan memastikan


bahwa produsen dan pelaku industri pangan hewan mematuhi regulasi yang
ditetapkan oleh otoritas kesmavet dan pemerintah. Ini termasuk memastikan
bahwa hewan dijaga dengan baik, proses produksi mematuhi standar kebersihan
dan keamanan, dan produk pangan hewan memenuhi kualitas yang ditetapkan.

Inspeksi dan Pengawasan: Otoritas kesmavet melakukan inspeksi rutin


terhadap peternakan, fasilitas pengolahan, dan tempat-tempat terkait untuk
memastikan bahwa praktik-praktik sesuai dengan regulasi. Inspeksi ini juga
mencakup pemeriksaan kesehatan hewan dan pemantauan lingkungan
peternakan.

Investigasi Pelanggaran: Jika terdapat pelanggaran terhadap regulasi, peneguhan


hokum melibatkan investigasi terhadap pelanggaran tersebut. Ini bisa termasuk
penyelidikan terhadap produk yang tidak memenuhi standar kualitas atau
penggunaan obat-obatan hewan yang melanggar regulasi.

Penegakan Sanksi : Jika pelanggaran terbukti, otoritas kesmavet memiliki


kewenangan untuk memberlakukan sanksi. Ini bisa mencakup denda,
pencabutan izin produksi, penarikan produk dari pasaran, atau tindakan hukum
lainnya sesuai dengan hukum yang berlaku.

6. Edukasi :

Edukasi dalam tindakan kesmavet dalam penyediaan bahan pangan


hewan seperti susu, daging, dan telur merujuk pada upaya pendidikan dan
komunikasi yang ditujukan kepada pemangku kepentingan, termasuk peternak,
produsen pangan hewan, konsumen, dan masyarakat umum.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang praktik-


praktik yang berhubungan dengan kesehatan hewan, keselamatan makanan, dan
kualitas produk pangan hewan.

beberapa aspek penting edukasi dalam tindakan kesmavet:

Pemahaman tentang Regulasi : Memberikan informasi kepada pemangku


kepentingan tentang peraturan dan regulasi yang berlaku dalam industri pangan
hewan. Ini mencakup pemahaman tentang standar kualitas, keselamatan
makanan, dan kesehatan hewan yang harus dipatuhi.

Praktik Terbaik : Memberikan edukasi tentang praktik-praktik terbaik dalam


pemeliharaan, pemrosesan, dan pengolahan hewan yang bertujuan untuk
menjaga kesehatan hewan dan keselamatan pangan. Ini bisa termasuk praktik
pemantauan, sanitasi, dan manajemen peternakan yang baik.
Kesehatan Hewan : Meningkatkan pemahaman tentang kesehatan hewan,
termasuk tanda-tanda penyakit, vaksinasi, dan perawatan yang diperlukan untuk
menjaga hewan tetap sehat. Pemangku kepentingan seperti peternak perlu tahu
bagaimana mendeteksi dan merawat hewan yang sakit.

Resiko Zoonosis: Menyoroti risiko penularan penyakit dari hewan ke manusia


(zoonosis) dan bagaimana mencegahnya. Ini melibatkan edukasi tentang praktik
kebersihan, perlindungan diri, dan pencegahan infeksi.

TUJUAN PENGAWASAN KESMAVET

Tujuan dari pengawasan kesmavet yaitu untuk mencegah dan mengurangi


risiko terganggunya keselamatan dan kesehatan manusia dari produk asal hewani
yang mengandung residu, cemaran, dan unsur berbahaya lainnya. Pengawasan
kesmavet ini perlu dilakukan untuk mencegah penyakit zoonosis. Dalam hal
tersebut, pemerintah, lembaga kesehatan hewan, dan badan pengawas kesmavet
sangat berperan penting dalam proses pengawasan kesmavet ini.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kesehatan masyarakat veteriner meliputi segala urusan yang berhubungan
dengan hewan, produk hewan baik langsung maupun tidak langsung yang
mempengaruhi kesehatan manusia, dan urusan penyakit-penyakit hewan.
Produk hewan memiliki nilai dan kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengurangi risiko yang dapat
membahayakan keselamatan hidup manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan,
perlu dilakukan pengawasan terhadap unit usaha produk hewan dan
pengawasan peredaran produk hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Djaelani, M. A., Novika, Z. dan Azizah, N. (2019). Pengaruh pencucian,
pembungkusan dan penyimpanan suhu rendah terhadap kualitas telur
ayam ras (Gallus L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi, 4(1) : 29-34.

Kurniawan, N. P., Septinova, D. dan Adhianto, K. (2014). Kualitas daging sapi


dari tempat pemotongan hewan di Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu, 2(3) : 133-137.

Maharani., Sudarwanto, M. B., Soviana, S. da Pisestyani, H. (2020). Pemeriksaan


kualitas susu asalkedai susu kawasan pemukiman mahasiswa IPB
Dramaga dan Cilibende Bogor. Jurnal Kajian Veteriner, 8(1) : 24-33.

Nida, L., Pisestyani, H. dan Basri, C. (2020). Studi kasus: pemalsuan daging sapi
dengan daging babi hutan di kota bogor. Jurnal Kajian Veteriner, 8(2)
: 121-130.
simrek.ditjenpkh.pertanian.go.id/fileinfo/Regulasi-17-Permentan422019.pdf
biologijk.com
betcipelang.ditjenpkh.pertanian.go.id
distan.babelprov.go.id
ditjenpkh.pertanian.go.id
bpmsph.ditjenpkh.pertanian.go.id dan sippn.menpan.go.id
distan.babelprov.go.id
bpmsph.ditjenpkh.pertanian.go.id

Anda mungkin juga menyukai