Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengurangi risiko yang dapat
membahayakan keselamatan hidup manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan,
serta mengganggu ketenteraman batin masyarakat termasuk kehalalan, dan guna
mendorong pelaku usaha untuk dapat menghasilkan produk hewan yang
memenuhi persyaratan keamanan dan mutu produk hewan yang diproduksi,
dimasukkan atau dikeluarkan ke luar negeri, dan yang diedarkan didalam negeri,
perlu dilakukan pengawasan terhadap unit usaha produk hewan dan
pengawasan peredaran produk hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
DASAR UU
Bahan pangan asal hewan yang disebut juga bahan pangan hewani, adalah
semua bahan pangan yang dihasilkan dari hewan dan layak dikonsumsi oleh
manusia. Bahan pangan hewani tersebut berupa daging, telur, susu dan ikan.
Daging adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein,
lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh. Daging juga
merupakan bahan pangan yang sangat baik bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme sehingga dapat menurunkan kualitas daging.
Daging mudah sekali mengalami kerusakan mikrobiologi karena kandungan
gizi dan kadar airnya yang tinggi.
Susu merupakan bahan pangan dengan nilai gizi tinggi yang mengandung
protein, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Susu juga memiliki nilai
biologis yang tinggi karena mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan
oleh manusia dan tingkat kecernaan yang tinggi. Telur merupakan makanan
sumber protein hewani yang murah dan mudah untuk didapatkan oleh
masyarakat Indonesia. Telur memiliki kandungan gizi yang lengkap mulai dari
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kandungan asam amino essensial yang
lengkap menjadikan telur sebagai patokan dalam menentukan mutu protein
berbagai bahan pangan.
PENGAWASAN KESMAVET
1. Regulasi :
Regulasi dalam tindakan kesmavet (Kesehatan Hewan dan Keselamatan
Makanan Hewan) berkaitan dengan aturan dan peraturan yang dikeluarkan oleh
otoritas atau lembaga yang bertanggung jawab dalam mengatur dan mengawasi
penyediaan bahan pangan hewan seperti susu, daging, dan telur.
2. Infeksi :
Beberapa poin yang perlu dipahami mengenai infeksi dalam tindakan kesmavet:
Sumber Penyakit : Infeksi pada hewan dapat berasal dari berbagai sumber,
termasuk bakteri, virus, jamur, atau parasit. Contoh-contoh penyakit yang dapat
menginfeksi hewan termasuk influenza unggas, penyakit mulut dan kuku sapi,
dan salmonelosis pada ayam.
Penularan : Infeksi dapat menyebar melalui berbagai cara, seperti melalui kontak
langsung antara hewan yang terinfeksi, kontaminasi lingkungan yang digunakan
untuk pemeliharaan hewan, atau melalui makanan yang dihasilkan oleh hewan
yang terinfeksi. Penularan penyakit dari hewan ke manusia (zoonosis) juga
merupakan perhatian penting dalam tindakan kesmavet.
Uji dan Pemeriksaan : Pemeriksaan dan uji laboratorium juga merupakan bagian
penting dari tindakan kesmavet untuk mendeteksi adanya infeksi pada hewan. Ini
melibatkan pengujian hewan untuk penyakit tertentu dan memastikan bahwa
hewan yang digunakan untuk produksi pangan memenuhi standar kesehatan
yang ditetapkan.
3. Pemantauan :
Pengambilan Sampel : Ini adalah tahap awal dalam pengujian. Sampel diambil
dari produk pangan hewan, seperti susu, daging, atau telur, serta lingkungan di
mana produk tersebut diproduksi. Pemilihan sampel harus mewakili variasi
produk secara keseluruhan.
5. Penegakan Hukum :
6. Edukasi :
KESIMPULAN
Kesehatan masyarakat veteriner meliputi segala urusan yang berhubungan
dengan hewan, produk hewan baik langsung maupun tidak langsung yang
mempengaruhi kesehatan manusia, dan urusan penyakit-penyakit hewan.
Produk hewan memiliki nilai dan kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengurangi risiko yang dapat
membahayakan keselamatan hidup manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan,
perlu dilakukan pengawasan terhadap unit usaha produk hewan dan
pengawasan peredaran produk hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Djaelani, M. A., Novika, Z. dan Azizah, N. (2019). Pengaruh pencucian,
pembungkusan dan penyimpanan suhu rendah terhadap kualitas telur
ayam ras (Gallus L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi, 4(1) : 29-34.
Nida, L., Pisestyani, H. dan Basri, C. (2020). Studi kasus: pemalsuan daging sapi
dengan daging babi hutan di kota bogor. Jurnal Kajian Veteriner, 8(2)
: 121-130.
simrek.ditjenpkh.pertanian.go.id/fileinfo/Regulasi-17-Permentan422019.pdf
biologijk.com
betcipelang.ditjenpkh.pertanian.go.id
distan.babelprov.go.id
ditjenpkh.pertanian.go.id
bpmsph.ditjenpkh.pertanian.go.id dan sippn.menpan.go.id
distan.babelprov.go.id
bpmsph.ditjenpkh.pertanian.go.id