Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR KOASISTENSI

KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN (PPDH)
GELOMBANG XXI KELOMPOK N
(26 SEPTEMBER – 12 NOVEMBER 2022)

Oleh:

1. Alpian Sanjaya Bahtiar 2209611003


2. Ni Wayan Nur Sidi Murti 2209611013
3. I Wayan Mudiana 2209611048
4. Leny Beatry Veronica S 2209611051
5. Nurul Amira 2209611062

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya sehingga penulisan “Laporan Akhir Kegiatan Koasistensi Kesehatan Masyarakat Veteriner”
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini berisi mengenai seluruh kegiatan
yang telah dilaksanakan selama berkoasistensi di kesehatan masyarakat veteriner.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu, memberi dukungan serta memberikan bimbingan selama kegiatan
ini berlangsung. Pada kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana
2. Bapak Prof. Dr. drh. I Made Dwinata, M.Kes. selaku Koordiator Pendidikan Profesi
Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedoktera Hewan Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. drh. Ida Bagus Ngurah Swacita, M.P, selaku Koordinator PPDH Bagian
Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana
4. Bapak drh. Ida Bagus Ngurah Swacita, M.P., Bapak Prof. Dr. drh. I Wayan Suardana,
M.Si., Bapak drh. I Made Sukada, M.Si., Bapak drh. I Wayan Masa Tenaya, M.Phill,
Ph.D, Bapak drh. Kadek Karang Agustina M.P., dan Bapak drh. Romy Muhammad Dary
Mufa, S.KH., M.Si. selaku dosen pengampu di Laboratorium Kesmavet Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
5. Serta semua pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan koasistensi di
bagian Lab. Kesmavet.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kami masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
diperlukan adanya saran dan kritik membangun agar kepenulisan kami menjadi lebih baik
dikemudian hari. Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini berguna bagi berbagai pihak
yang memerlukan.

Denpasar, November 2022

PPDH Kelompok 21 N
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan masyarakat veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan
dan bahan – bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kesehatan manusia (Suardana dan Swacita, 2015). Secara legalitas aspek
kesejahteraan hewan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014. Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2009 pasal 1 mendefinisikan kesejahteraan hewan sebagai segala
urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku
alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan
setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1983, fungsi kesehatan masyarakat


veteriner sebagaimana diuraikan dalam peraturan pemerintah ini, antara lain untuk melindungi
konsumen – konsumen dari bahaya yang dapat mengganggu kesehatan “Foodborne Disease”
akibat menggunakan baik untuk dipakai atau dimakan bahan makanan asal hewan, melindungi
dan menjamin ketentraman batin masyarakat dari kemungkinan – kemungkinan penularan
zoonosis yang sumbernya berasal dari hewan serta melindungi petani atau peternak dari kerugian
– kerugian sebagai akibat penurunan nilai dan kualitas bahan makanan asal hewan yang
diproduksi. Bahan asal hewan seperti daging, susu, dan telur merupakan sumber protein hewani
yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Produk asal hewan yang
layak dikonsumsi oleh masyarakat merupakan produk yang sehat, aman, dan teruji kualitasnya.
Pengujian bahan makanan asal hewan (daging, susu, dan telur) dan bahan asal hewan lainya,
menjadi tanggung jawab Pemerintah. Pengujian merupakan bagian dari pada kegiatan
pengawasaan, baik pengujian terhadap bahan segar, bahan hasil pengawetan dan bahan asal
hewan itu. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pengujian ini diperlukan adanya tenaga-
tenaga terampil, sarana dan peralatan yang memadai dan biaya operasional. Mengingat bahan
makanan asal hewan atau bahan asal hewan bersifat rentan rusak dan terkontaminasi sehingga
dapat menjadi sumber penularan penyakit hewan kepada manusia, maka setiap usaha yang
bergerak dan berhubungan dengan bahan-bahan tersebut harus memenuhi syarat kesehatan
masyarakat veteriner agar bahan-bahan tersebut tetap sehat dan dapat dikonsumsi manusia
(Kuntoro et al., 2013).Dengan melaksanakan pengawasan dan pengujian ini, maka semua produk
bahan asal hewan yang disampaikan kepada pihak konsumen dapat dijamin kebersihan dan
keamanannya, sehingga tidak menimbulkan bahaya-bahaya yang tidak diinginkan bila
dikonsumsi atau digunakan oleh para konsumen. Selain itu pengawasan dilakuakan di Rumah
Potong Hewan (RPH) yang menjadi fasilitas tersedianya pangan asal hewan yang Aman, Sehat,
Utuh, dan Halal (ASUH) (Mufidah et al., 2021). Serangkaiaan pemeriksaan dan pengawasan
mulai dari penyediaan ternak potong yang sehat melalui pemeriksaan kesehatan hewan sebelum
disembelih (pemeriksaan ante-mortem), tukang potong yang memiliki syarat kesehatan dan
memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar pemotongan ternak, keterampilan melakukan
proses pemotongan ternak, dan pemeriksaan setelah hewan dipotong (pemeriksaan post-
mortem). tujuan dari pemeriksaan post-mortem adalah memberikan jaminan bahwa karkas,
daging dan jeroan yang dihasilkan aman dan layak dikonsumsi (Suardana & Swacita, 2009).
penyediaan alat transportasi daging dan jeroan yang memenuhi syarat kebersihan dan memadai,
dan tersedianya kios daging yang memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan untuk
pendistribusian daging dan jeroan kepada konsumen. Disamping daging yang dihasilakn dari
RPH, ada sisa limbah yang perlu diproses agar tidak mencemari lingkungan dan mengganggu
masyarakat sekita, hal ini juga termasuk tugas dokter hewan yang bergerak dalam bidang
Kesmavet.

Peranan kesmavet dalam hal mencegah penularan dan penyebaran penyakit zoonosis
dengan mengawasi masuk dan keluarnya hewan atau bahal asal hewan ke suatu area harus
melalui karantina. Prosedur pengeluaran dan pemasukan bibit ternak dan ternak potong dalam
wilayah Republik Indonesia telah diatur oleh pemerintah. Perorangan, badan hukum atau instansi
pemerintah yang mengeluarkan hewan dan/atau bahan asal hewan wajib mencegah kemungkinan
timbul dan menyebarnya hama penyakit hewan karantina/penyakit hewan menular utama dan
bertanggung jawab terhadap perlindungan sumberdaya genetik ternak, serta menjaga
kelangsungan pengembangan populasi ternak dalam negeri (Kementan, 2008a). Salah satu
instansi yang terlibat dalam pengeluaran dan pemasukan hewan adalah Badan Karantina
Pertanian. Badan Karantina Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) nya di seluruh
Indonesia memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan tindakan karantina untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK). Tindakan karantina terdiri
dari 8P, yaitu Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan,
Pemusnahan, dan Pembebasan (Baraniah, 2005). Pelaksanaan tindakan karantina baik
pemasukan maupun pengeluaran dari dan ke luar wilayah negara Republik Indonesia dilakukan
untuk menjamin bahwa hewan maupun produk hewan yang dilalulintaskan aman serta tidak
berpotensi menularkan penyakit baik pada hewan maupun manusia. Karantina dilakukan dengan
melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kondisi fisik tubuh hewan, kelengkapan
dokumen, dan label karantina pada hewan. Karantina bertujuan untuk mencegah masuk, keluar,
dan menyebarnya bahan/hewan yang dapat menimbulkan suatu masalah atau penyakit di suatu
wilayah. Dengan demikian petugas karantina bertanggung jawab atas keamanan hewan/bahan
asal hewan dalam suatu wilayah. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan produksi dan kualitas
produk hasil ternak secara optimal. Pengujian mutu produk hewan terutama pangan asal hewan
dan hasil olahannya perlu dilakukan, pengujian ini terdiri dari mencakup pengujian fisik, kimia,
mikrobiologi dan organoleptik sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang
ditentukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengujian produk hewan juga
berfungsi sebagai kegiatan penyidikan dalam menentukan penyebab penyakit yang ditularkan
melalui makanan (foodborne disease) dan atau masalah pembusukan makanan (food
deterioration). Pengujian ini umumnya dilakukan baik di laboratorium Kedinasan, maupun Balai
Besar Veteriner. Seluruh kegiatan karantina ddan segala pemeriksaan laboratorium ini nantinya
akan dilaporkan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali untuk direkap dan
dijadikan arsip.

Dokter hewan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap kesehatan


masyarakat veteriner. Oleh karena itu, Koasistensi Kesehatan Masyarakat Veteriner merupakan
salah satu syarat untuk menyelesaikan studi PPDH yang bertujuan menambah pengetahuan di
bidang kesmavet. Koasistensi PPDH di Laboratorium Kesmavet untuk mengetahui ruang lingkup
kerja di bidang kesmavet, seperti di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali
mempelajari tentang epidemiologi penyakithewan, di Balai Karantina Pertanian untuk
mempelajari tugas dan fungsi karantina dalam mengatur transportasi dan mobilisasi hewan,
bahan asal hewan, dan produk asal hewan, serta di Rumah Potong Hewan mempelari
pemeriksaan antemortem dan postmortem dan mempelajari cara pengolahan air limbah di RPH
agar tidak mencemari lingkungan. Dengan demikian, diharapkan calon dokter hewan mampu
menjalakan aspek – aspek tentang kesmavet untuk mewujudkan kesejahteraan manusia dan
hewan.

1.2 Tujuan Kegiatan

1) Untuk mengetahui cara evaluasi kualitas daging dan produk olahan daging secara
subjektif dan objektif.
2) Untuk mengetahui kualitas susu melalui uji organoleptik, uji kebersihan, uji didih, uji
alkohol, menetapkan derajat keasaman (pH), uji reduktase, uji katalase, dan penetapan
berat jenis (BJ) susu.
3) Untuk mengetahui cara pengujian kualitas telur.
4) Untuk mengetahui metode dan hasil pengujian mutu limbah dari Rumah Pemotongan
Hewan di Desa Darmasaba.
5) Untuk mengetahui tugas, fungsi, dan kegiatan dari Dinas Pertanian dam Ketahanan
Pangan Provinsi Bali.
6) Untuk mengetahui prinsip dan tata cara pemeriksaan antemortem dan postmortem pada
hewan ternak sapi dan babi.
7) Untuk mengetahui peran dokter hewan dan tugas yang dilakukan di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar, Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Padang Bai dan Gilimanuk.

1.3 Manfaat Penulisan

1) Memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam mengevaluasi kualitas


daging dan produk olahan daging secara subjektif dan objektif.
2) Memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pengujian kualitas susu
melalui uji organoleptik, uji kebersihan, uji didih, uji alkohol, menetapkan derajat
keasaman (pH), uji reduktase, uji katalase, dan penetapan berat jenis (BJ) susu.
3) Memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam pengujian kualitas
telur.
4) Memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan dalam menguji mutu limbah
dari RPH di Desa Darmasaba.
5) Menambah wawasan mengenai tugas, fungsi, dan kegiatan dari Dinas Pertanian dam
Ketahanan Pangan Provinsi Bali.
6) Memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan prinsip dan tata cara
pemeriksaan antemortem dan postmortem pada hewan ternak sapi dan babi.
7) Memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan mengenai peran dokter hewan
dan tugas yang dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Wilayah Kerja
Pelabuhan Laut Padang Bai dan Gilimanuk.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2008a. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 7 Tahun 2008
tentang Syarat dan Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran Benih, Bibit Ternak dan Ternak
Potong. Kementan. Jakarta.

Kuntoro B, Maheswari RRA, Nuraini H. 2012. Hubungan Penerapan Standard Sanitation


Operasional Procedure (SSOP) terhadap Mutu Daging Ditinjau dari Tingkat Cemaran
Mikroba. J Ilmiah IlmuPeternakan; 15 (2): 70-80.

Suardana IW, Swacita IBN. 2009. Higene Makanan. Kajian Teori dan Prinsip Dasar, Denpasar:
Udayana University Press.

Suardana IW, Swacita IBN. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner (Jilid 1). Fakultaas
Kedokteran Hewan universitas Udayana. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai