Oleh:
PPDH Kelompok 21 N
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan masyarakat veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan
dan bahan – bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kesehatan manusia (Suardana dan Swacita, 2015). Secara legalitas aspek
kesejahteraan hewan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014. Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2009 pasal 1 mendefinisikan kesejahteraan hewan sebagai segala
urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku
alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan
setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
Peranan kesmavet dalam hal mencegah penularan dan penyebaran penyakit zoonosis
dengan mengawasi masuk dan keluarnya hewan atau bahal asal hewan ke suatu area harus
melalui karantina. Prosedur pengeluaran dan pemasukan bibit ternak dan ternak potong dalam
wilayah Republik Indonesia telah diatur oleh pemerintah. Perorangan, badan hukum atau instansi
pemerintah yang mengeluarkan hewan dan/atau bahan asal hewan wajib mencegah kemungkinan
timbul dan menyebarnya hama penyakit hewan karantina/penyakit hewan menular utama dan
bertanggung jawab terhadap perlindungan sumberdaya genetik ternak, serta menjaga
kelangsungan pengembangan populasi ternak dalam negeri (Kementan, 2008a). Salah satu
instansi yang terlibat dalam pengeluaran dan pemasukan hewan adalah Badan Karantina
Pertanian. Badan Karantina Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) nya di seluruh
Indonesia memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan tindakan karantina untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK). Tindakan karantina terdiri
dari 8P, yaitu Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan,
Pemusnahan, dan Pembebasan (Baraniah, 2005). Pelaksanaan tindakan karantina baik
pemasukan maupun pengeluaran dari dan ke luar wilayah negara Republik Indonesia dilakukan
untuk menjamin bahwa hewan maupun produk hewan yang dilalulintaskan aman serta tidak
berpotensi menularkan penyakit baik pada hewan maupun manusia. Karantina dilakukan dengan
melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kondisi fisik tubuh hewan, kelengkapan
dokumen, dan label karantina pada hewan. Karantina bertujuan untuk mencegah masuk, keluar,
dan menyebarnya bahan/hewan yang dapat menimbulkan suatu masalah atau penyakit di suatu
wilayah. Dengan demikian petugas karantina bertanggung jawab atas keamanan hewan/bahan
asal hewan dalam suatu wilayah. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan produksi dan kualitas
produk hasil ternak secara optimal. Pengujian mutu produk hewan terutama pangan asal hewan
dan hasil olahannya perlu dilakukan, pengujian ini terdiri dari mencakup pengujian fisik, kimia,
mikrobiologi dan organoleptik sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang
ditentukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Pengujian produk hewan juga
berfungsi sebagai kegiatan penyidikan dalam menentukan penyebab penyakit yang ditularkan
melalui makanan (foodborne disease) dan atau masalah pembusukan makanan (food
deterioration). Pengujian ini umumnya dilakukan baik di laboratorium Kedinasan, maupun Balai
Besar Veteriner. Seluruh kegiatan karantina ddan segala pemeriksaan laboratorium ini nantinya
akan dilaporkan di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali untuk direkap dan
dijadikan arsip.
1) Untuk mengetahui cara evaluasi kualitas daging dan produk olahan daging secara
subjektif dan objektif.
2) Untuk mengetahui kualitas susu melalui uji organoleptik, uji kebersihan, uji didih, uji
alkohol, menetapkan derajat keasaman (pH), uji reduktase, uji katalase, dan penetapan
berat jenis (BJ) susu.
3) Untuk mengetahui cara pengujian kualitas telur.
4) Untuk mengetahui metode dan hasil pengujian mutu limbah dari Rumah Pemotongan
Hewan di Desa Darmasaba.
5) Untuk mengetahui tugas, fungsi, dan kegiatan dari Dinas Pertanian dam Ketahanan
Pangan Provinsi Bali.
6) Untuk mengetahui prinsip dan tata cara pemeriksaan antemortem dan postmortem pada
hewan ternak sapi dan babi.
7) Untuk mengetahui peran dokter hewan dan tugas yang dilakukan di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar, Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Padang Bai dan Gilimanuk.
Suardana IW, Swacita IBN. 2009. Higene Makanan. Kajian Teori dan Prinsip Dasar, Denpasar:
Udayana University Press.
Suardana IW, Swacita IBN. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat Veteriner (Jilid 1). Fakultaas
Kedokteran Hewan universitas Udayana. Denpasar