Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta kasih
sayang-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan kegiatan magang
Ekstramural Kesmavet Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian Kota Bandung dengan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan, sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik dan tepat waktu. Kelancaran kegiatan koasistensi dan penyusunan
laporan ini tentunya tidak luput dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada:
1. Dr. drh. Sarasati Windria, selaku dosen pengampu stase ekstramural kesmavet DKPP
yang mengarahkan dan membimbing penulis dalam pelaksanaan kegiatan PPDH stase
ekstramural kesmavet hingga penyusunan laporan ini.
2. drh. Buhori Muslim dan drh. Khansa Mahdiyah selaku dosen pembimbing lapangan yang
telah dengan tulus dan sabar membimbing penulis dalam kegiatan magang koasistensi di
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung.
3. Seluruh staff bidang peternakan, bidang RPH, dan bidang keamanan pangan yang telah
membimbing dan membantu dalam proses pelaksaan Pendidikan Profesi Dokter Hewan
(PPDH) stase ekstramural kesmavet di DKPP Kota Bandung.
4. Kolega PPDH Kelompok 4 Angkatan III Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
yang selalu memberikan dorongan, semangat, inspirasi dan keceriaan.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh
kareananya segala kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan
selanjutnya. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan wawasan serta manfaat untuk para
pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
B. Pelayanan Masyarakat
Kucing dan anjing, khususnya kucing merupakan hewan yang sangat umum
ditemui, baik sebagai hewan peliharaan maupun hewan liar (Prayoga et al., 2021). Siklus
birahi pada kucing merupakan siklus birahi seasonal polyestrus yang dalam satu periode
kebuntingan dapat melahirkan sekitar 1-6 ekor anak kucing. Jika dikalkulasikan, dalam
sehatun kucing dapat beranak 1-3 kali sehingga satu ekor kucing betina dapat melahirkan
sekitar 40 ekor anak kucing selama 5 tahun masa hidupnya (Kennedy et al., 2020).
Apabila tidak adanya kontrol populasi jumlah kucing di lingkungan liar, kontak antara
kucing jantan dan betina pada masa birahi dapat menyebabkan peluang kebuntingan yang
bertambah hingga 18 kali lipat (Rahmiati et al., 2020). Adanya permasalahan peningkatan
populasi kucing liar dapat berbanding lurus dengan terbentuknya permasalahan global
terkait aspek animal welfare dan resiko penularan penyakit zoonosis. Dari segi aspek
animal welfare, peningkatan populasi yang tidak sebanding dengan ketersediaan pakan
akan berdampak pada persaingan untuk mendapat makanan sehingga aspek animal
walfare tidak terpenuhi. Selain itu, semakin tinggi populasi kucing maka akan semakin
tinggi pula kontak dengan manusia sehingga dapat meningkatkan resiko penularan
penyakit zoonosis diantaranya adalah cacing tambang Ancylostoma tubaeforme,
Toksoplasmosis dan Rabies. (Flockhart & Coe, 2018; Kennedy et al., 2020)
Peningkatan populasi kucing dapat diatasi dengan upaya kontrasepsi, sterilisasi
dan euthanasia (Prayoga et al., 2021). Menurut Wionarski et al. (2019), terdapat beberapa
metode pengendalian populasi kucing antara lain dengan mengasingkan kucing di pulau
tersendiri, menggunakan umpan racun, menggunakan perangkap, perburuan, mengurangi
populasi mangsa, menambah populasi predator serta TNR (Trap-Neuter-Release). Pada
kegiatan ini, upaya pengendalian peningkatan populasi kucing yang dilakukan untuk
mencegah permasalahan animal welfare dan penyebaran penyakit zoonosis pada kucing,
dilakukan dengan melakukan sterilisasi. Sterilisasi merupakan tindakan pembedahan
untuk mengangkat atau menghilangkan testis (jantan) atau ovarium (betina). Sterilisasi
pada hewan jantan dinamakan kastrasi atau orchiectomy, sedangkan pada hewan betina
dinamakan ovariohysterectomy (OH). Sterilisasi reproduksi melalui pembedahan dapat
memiliki tujuan untuk terapi penyakit reproduksi, mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan pemilik hewan terkait dengan aktivitas hormonal serta pengendalian populasi
kucing (Prayoga et al., 2019).
Pada tanggal 27 September 2023, di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
dilakukan kegiatan kastrasi gratis yang diselenggarakan dalam rangka memperingati
World Rabies Day 2023. Target acara kastrasi gratis ini adalah pemilik kucing di seluruh
Kota Bandung. Teknis dari acara kastrasi gratis ini dimulai dari pemilik hewan
mendaftarkan kucing peliharaannya terlebih dahulu kemudian dapat membawa
peliharaannya pada hari H acara. Pada acara tersebut, DKPP Kota Bandung bekerjasama
dengan sejumlah dokter hewan praktisi swasta di Kota Bandung sehingga proses
pembedahan kastrasi dilakukan oleh 12 dokter hewan praktisi swasta terkait. Sebelum
dilakukan proses pembedahan, dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu pada kucing
yang meliputi penimbangan berat badan, pengukuran suhu, dan pemeriksaan keseluruhan
pada fisik. Kucing yang akan dilakukan bedah kastrasi, harus memiliki status fisik yang
sehat. Kucing yang telah dilakukan pemeriksaan fisik kemudian diberikan sediaan
anestesi berupa Ketamin dan Xylazine untuk menurunkan kesadaran kucing. Setelah
kesadaran kucing menurun, dilakukan pencukuran di area bedah yang kemudian diikuti
oleh proses pembedahan. Kucing yang telah selesai dilakukan proses pembedahan
kemudian diberikan infus NaCl, vitamin Biosan, antibiotic spray Limoxin.
Gambar x. Kastrasi gratis pada acara WRD 2023
B. Uji Organoleptik
Daging merupakan bahan pangan dengan kandungan gizi tinggi, lengkap, dan
seimbang yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama sebagai sumber protein hewani
yang dibutuhkan oleh tubuh. Daging sapi juga merupakan bahan pangan asal ternak yang
memiliki kandungan nutrisi berupa air, protein, lemak, mineral, dan sedikit karbohidrat
(glikogen dan glukosa) (Sinaga et al., 202). Namun, gizi tinggi yang terkandung pada
daging merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, sehingga daging
merupakan suatu bahan pangan yang mudah rusak. Kerusakan pada daging dapat
disebabkan oleh benturan fisik, perubahan kimia, maupun aktivitas mikroba (Usman,
2022). Terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih
jenis daging tertentu, antara lain cita rasa, budaya, kepercayaan kandungan nutrient, dan
kualitas fisik daging (Sriyani et al., 2015). Secara keseluruhan, kualitas daging
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pakan yang dikonsumsi sapi semasa hidupnya,
kondisi kesehatan, perlakuan terhadap ternak sapi sebelum dipotong dan setelah
dipotong, serta pengaruh mikroorganisme. Faktor sebelum pemotongan yang dapat
mempengaruhi kualitas daging antara lain: genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, umur,
pakan, aditif, dan stress. Faktor setelah pemotongan meliputi pemotongan, pelayuan,
pembersihan sampai dengan pemasakan (Wibisono, 2015). Faktor kualitas daging
ditentukan oleh keempukan atau tekstur, warna, flavour atau cita rasa termasuk bau dan
kesan jus daging (juiciness) (Sinaga et al., 2021). Penurunan kualitas daging secara fisik
dan kimiawi dapat diketahui dari beberapa metode pengujian kualitas daging diantaranya
adalah uji organoleptik (warna, bau, konsistensi), pH, pengujian susut masak, dan awal
pembusukan (eber dan postma) (Wibisono, 2015).
Pada kegiatan laboratorium di bidang keamanan pangan DKPP Kota Bandung,
didapatkan 4 sampel daging yang diperoleh secara aktif dari salah satu pasar di Kota
Bandung. Keempat sampel tersebut dilakukan pemeriksaan kualitas daging dengan uji
organoleptik. Menurut Usman (2022), pemeriksaan organoleptik pada daging memiliki
prinsip uji yang dilakukan dengan menggunakan pancaindra. Dari keempat sampel,
masing-masing sampel daging diamati warna, bau dan konsistensinya. Hasil pemeriksaan
kualitas daging dengan uji organoleptik pada keempat sampel terangkum pada tabel
dibawah ini.
Daging segar yang berkualitas baik, secara fisik maupun kimiawi akan memiliki
perbedaan kualitas dengan daging busuk. Cara sederhana yang paling mudah untuk
mengetahui kualitas daging dapat dilihat melalui warna, bau, dan konsistensi daging
(Sinaga et al., 2021). Menurut Wibisono (2014), daging sapi segar memiliki warna merah
terang, sedangkan bau nya memiliki khas daging sapi dan konsistensi yang kenyal. Pada
pemeriksaan warna, pemeriksaan dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada
keempat sampel yang telah diletakkan didalam cawan petri kering dan bersih.
Berdasarkan pemeriksaan warna, didapatkan hasil bahwa sampel daging 2 memiliki
warna yang lebih pucat dibandingkan dengan ketiga sampel lainnya. Faktor utama yang
dapat mempengaruhi penentu utama warna daging adalah konsentrasi pigmen daging
yang disebut mioglobin (Usman, 2022). Selain ditentukan oleh pigmen daging, warna
daging juga dipengaruhi oleh jenis hewan, umur hewan, pakan, aktivitas otot,
penanganan daging, dan reaksi-reaksi kimiawi yang terjadi di dalam daging (Sinaga et
al., 2021). Menurut BBPP Batu (2012), warna daging sapi memiliki warna yang lebih
gelap jika dibandingkan dengan warna daging domba.
Aroma atau bau merupakan salah satu sifat sensori penting yang dapat
mempengaruhi daya terima (akseptabilitas) konsumen terhadap bahan pangan. Kualitas
daging yang baik dapat dinilai dari aromanya. Daging yang segar memiliki bau yang
khas. Jika daging yang sudah rusak akan tercium bau tidak sedap, bau ini disebabkan oleh
aktifitas mikroorganisme (Usman, 2022). Pada pemeriksaan bau dari keempat sampel,
didapatkan hasil bahwa seluruh sampel memiliki bau khas daging dan tidak ada satupun
daging yang memiliki bau tidak sedap. Aroma pada daging dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah jenis hewan, pakan, umur daging, jenis kelamin,
lemak, lama waktu, dan kondisi penyimpanan. Selain itu, aroma daging dari hewan
dengan usia tua relatif lebih kuat dibandingkan hewan muda, demikian pula daging dari
hewan jantan memiliki aroma yang lebih kuat daripada hewan betina (Sinaga et al.,
2021).
Tekstur daging merupakan penampakan bagian luar daging untuk mengetahui
kasar dan halusnya daging. Menilai tekstur suatu bahan adalah salah satu unsur kualitas
bahan pangan yang dapat dirasa dengan cara diraba ujung jari (usman, 2022).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan perabaan ujung jari, pada sampel daging 1 dan 4
memiliki konsistensi yang kering dan sedikit keras, sedangkan daging 2 dan 3 memiliki
konsistensi yang kenyal. Pada sampel daging 2 dan 3 terbukti kualitas teksturnya dengan
kembalinya daging kebentuk semula setelah dilakukan penekanan dengan tangan. Daging
segar memiliki tekstur kenyal, padat dan tidak kaku, bila ditekan dengan tangan, bekas
pijatan kembali ke bentuk semula (Sinaga et al., 2021).
Sapi yang telah datang di RPH, diturunkan dari mobil angkutan ke tempat
unloading dengan perlakuan yang menjunjung kesejahteraan hewan. Menurut
Mandala et al. (2016), hewan ternak harus diturunkan 30 menit setelah truk
sampai untuk mengurangi tingkat stres pada hewan selama perjalanan. Untuk
menunjang proses penurunan sapi, diperlukan fasilitas berupa rampa agar sapi
tidak cedera akibat melompat atau tergelincir. Rampa merupakan sarana untuk
memindahkan sapi dari/ke kendaraan pengangkut. Fasilitas rampa yang
digunakan perlu memenuhi persyaratan yaitu ketinggiannya harus disesuaikan
dengan ketinggian kendaraan pengangkut, memiliki lantai yang tidak licin, dan
dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan (Hidayat, 2023). Menurut Hidayat
(2023), desain rampa yang ideal untuk hewan ternak di RPH adalah sebagai
berikut:
Gambar x. Contoh desain rampa di RPH. a) jalur sapi naik; b) jalur sapi turun; c)
pintu geser rampa; d) tinggi landasan; e) lebar bibir landasan; f) kemiringan
rampa; g) lantai landasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Rumah Potong Hewan
(RPH) Ciroyom Kota Bandung, secara umum memiliki desain rampa yang telah
memenuhi kriteria rampa yang ideal untuk proses unloading sapi. Rampa yang
terdapat di RPH Ciroyom merupakan jenis rampa permanen, memiliki pagar
penahan, kemiringan sudut sekitar 20 – 30°, pagar penutup, dan lantai yang tidak
licin. Tetapi, pada desain rampa di RPH Ciroyom ini tidak dibedakan jalur untuk
sapi naik dan turun sehingga rampa hanya memiliki satu jalur.
Terdapat tiga metode pemingsanan yang dapat dilakukan pada sapi yaitu
metode fisik/mekanis, metode kimiawi, dan metode listrik. Proses pemingsanan
sapi yang dilakukan di RPH Ciroyom Kota Bandung adalah secara fisik/mekanis
dengan memberikan tekanan pada kepala sapi di titik khusus (os frontal, pusat
kesadaran dan rasa sakit) dan membuat hewan tersebut kehilangan kesadaran
secara langsung. Jenis stunner yang diperbolehkan adalah stunner yang bersifat
non-penetrative yang terbagi menjadi dua jenis yaitu (Hidayat, 2023):
Tabel x. Nilai normal suhu tubuh, frekuensi pernapasan, dan pulsus babi
Akbar, V., & Ramli, T. (2017). Metode Stunning pada Proses Penyembelihan Hewan Ditinjau
dari Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Kesejahteraan Hewan dan Hukum Islam dalam Rangka Perlindungan
Konsumen Muslim. Prosiding Ilmu Hukum, 3(2), 643-648. ISSN: 2460-643X
Alpina, C., Amin, B., & Mubarok. (2021). ANALISIS MANAJEMEN RUMAH POTONG
HEWAN KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU DAN DAMPAKNYA
TERHADAP LINGKUNGAN. Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(2), 130-139. DOI
10.31258/jil.15.2.p.130-139
Ariana, T., Lindawati, S., & Oka, A. (2013). STATUS FISIOLOGI BABI YANG DIBERI
LARUTAN ORALIT SELAMA PENUNDAAN WAKTU PEMOTONGAN. Majalah
Ilmiah Peternakan, 16(1), 32-35. ISSN : 0853-8999
Aryani, T., & Widyantara, A. B. (2018). Analisis Kandungan Boraks Pada Makanan Olahan Yang
Dipasarkan Di Sekitar Kampus. Jurnal Riset Kesehatan, 7(2), 106.
Azmi, A. R., Masri, M., & Rasyid, R. (2018). Uji Kualitatif Boraks Pada Beberapa Produk
Kerupuk Ikan Yang Dijual Di Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(4),
521.
Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu. (2012). Sifat Dan Kualitas Daging Segar – BBPP BATU.
Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian, Balai Besar Pelatihan Peternakan
Batu. https://bbppbatu.bppsdmp.pertanian.go.id/2012/06/14/sifat-dan-kualitas-daging-
segar/
Flockhart DTT, Coe JB. (2018). Multistate Matrix Population Model to Assess the Contributions
and Impacts on Population Abundance of Domestic Cats in Urban Areas Including
Owned Cats, Unowned Cats, and Cats in Shelters. PloS ONE 13: 1- 34.
Gomes, M. D. (2021). Louis Pasteur and Dom Pedro II engaged in rabies vaccine
development. Journal of Preventive Medicine and Hygiene, 62(1). https://doi.org/
10.15167/2421-4248/jpmh2021.62.1.1631
Humas Jabar. (2022). Jabar Canangkan kick out rabies. Berita Jawa
Barat. https://jabarprov.go.id/berita/jabar-canangkan-kick-out-rabies-7052
Kennedy BPA, Cumming B, Brown WY. (2020). Global Strategies for Population Management
of Domestic Cats (Felis catus): A Systematic Review to Inform Best Practice
Management for Remote Indigenous Communities in Australia. Animals (Basel) 10: 1-
17.
Kementerian Kesehatan. (2022). Peringatan World Rabies Day, dengan Tema One Health, Zero
Death. Kementerian Kesehatan
RI. https://p2pm.kemkes.go.id/publikasi/artikel/peringatan-world-rabies-day-dengan-
tema-one-health-zero-death
Lawu, M., Yuliawati, S., & Saraswati, L. (2014). Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan
Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 2(2), 127-131. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Mandala, A., Swacita, I., & Suada, I. (2016). Penilaian Penerapan Animal Welfare pada Proses
Pemotongan Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Mambal Kabupaten Badung. Indonesia
Medicus Veterinus, 5(1), 1-12. pISSN : 2301-7848; eISSN : 2477-6637
Prayoga, S., Fikri, F., & Purnama, M. (2020). Electrical Stunning sebelum Penyembelihan dapat
Menurunkan Serum Superoxide Dismutase Babi Landrace Crossbred. Jurnal Sain
Veteriner, 38(3), 214-221. DOI: 10.22146/jsv.53464
Prayoga, S., Megawati, N., Arifin, E., & Nangoi, L. (2021). Ovariohysterectomy pada kucing
liar. Ovozoa, 10(3), 98-104. https://e-journal.unair.ac.id/OVZ/index
Rahmiati DU, Wismandanu O, Anggraeni TK. (2020). Kontrol Populasi dengan Kegiatan
Sterilisasi Kucing Liar di Lingkungan UNPAD. J Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat 9:
114-6.
Sinaga, M., Sriyani, N., & Suarta, I. (2021). Kualitas Organoleptik Daging Sapi Bali yang
Dilayukan Dengan Lama Waktu yang Berbeda. Jurnal Harian Regional UNUD, 77-
81. p-ISSN 0853-8999 e-ISSN 2656-8373
Suharyani, I., Rohadi, D., Kunaedi, A., Tomi, Arisandi, D., Hasim, I., Fauziah, R., & Jullinar, S.
(2021). REVIEW: BERBAGAI METODE ANALISIS KUALITATIF DAN
KUANTITATIF BORAKS DALAM SAMPEL MAKANAN. Journal of
Pharmacopolium, 4(3), 174-179. http://ejurnal.stikes-bth.ac.id/index.php/P3M_JoP
Suseno, D. (2019). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Boraks Pada Bakso
Menggunakan Kertas Turmerik, FT – IR Spektrometer dan Spektrofotometer Uv -Vis.
Indonesia Journal of Halal, 2(1), 1.
Tarmizi, S. (2023). Hingga April 2023 ada 11 Kasus Kematian Karena rabies, Segera Ke Faskes
jika Digigit Anjing! Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230602/3343156/
hingga-april-2023-ada-11-kasus-kematian-karena-rabies-segera-ke-faskes-jika-digigit-
anjing/
Wijoyo, I., Rawendra, R., & Purba, S. (2020). Penilaian Penerapan Aspek Kesejahteraan Hewan
di Rumah Potong Hewan (RPH) eks-Karesidenan Madiun. Jurnal Agriekstensia, 19(1),
64-69. https://jurnal.polbangtanmalang.ac.id/index.php/agriekstensia/article/view/
926/116
Woinarski JC, Legge SM, Dickman CR. (2019). Cats in Australia: Companion and Killer.
CSIRO Publishing. Clayton, Australia.
World Health Organization. (2023). This year’s World Rabies Day theme is: “All for 1, One
Health for all”. https://www.who.int/news-room/events/detail/2023/09/28/default-
calendar/world-rabies-day-2023