(ANIMAL WELFARE)
DI SUSUN OLEH :
TRI ANNISA (210306027)
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Ilmu Peternakan
yang berjudul Animal Welfare.
Sebagai manusia saya menyadari bahwa tidak luput dari kesalahan dan
ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran yang
membangunakan saya jadikan sebagaia cuan perbaikan selanjutnya. Semoga
laporan ini bermanfaat. Terimakasih.
Tri Annisa
I
PENDAHULUAN
ISI
Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang beranekaragam dan memiliki
kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan Pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa perlu adanya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
alam hayati secara lestari, selaras, serasi dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Hewan adalah salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki keterkaitan erat
dengan kehidupan manusia sehari-hari. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi,
namun juga untuk beberapa hewan, manusia membutuhkan hewan sebagai teman dalam
menjalani kehidupannya.
Berdasarkan UU No.18 tahun 2009 Animal Welfare adalah segala urusan yang
berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan
yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang
yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
Animal Welfare memiliki 3 aspek penting yaitu : Welfare Science, etika dan hukum.
Welfare science mengukur efek pada hewan dalam situasi dan lingkungan berbeda,
dari sudut pandang hewan. Welfare ethics mengenai bagaimana manusia sebaiknya
memperlakukan hewan. Welfare law mengenai bagaimana manusia harus memperlakukan
hewan.
Animal welfare berbicara tentang kepedulian dan perlakuan manusia pada masing-
masing satwa, dalam meningkatkan kualitas hidup satwa secara individual. Sasaran Animal
Welfare adalah semua hewan yang berinteraksi dengan manusia dimana intervensi manusia
sangat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan, bukan yang hidup di alam. Dalam hal ini
adalah hewan liar dalam kurungan (lembaga konservasi, entertainment, laboratorium), hewan
ternak dan hewan potong (ternak besar/kecil), hewan kerja dan hewan kesayangan.
Cara untuk menilai kesejahteraan hewan dikenal dengan konsep “Lima Kebebasan”
(Five of Freedom) yang dicetuskan oleh Inggris sejak tahun 1992. Lima unsur kebebasan
tersebut adalah:
- Bebas dari rasa lapar dan haus
- Bebas dari rasa tidak nyaman
- Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit
- Bebas mengekspresikan perilaku normal
- Bebas dari rasa stress dan tertekan.
Kelima faktor dari 5 kebebasan saling berkait dan akan berpengaruh pada semua faktor
apabila salah satu tidak terpenuhi atau terganggu.
Bebas dari rasa lapar dan haus dimaksudkan sebagai kemudahan akses akan air
minum dan makanan yang dapat mempertahankan kesehatan dan tenaga. Dalam hal ini
adalah penyediaan pakan yang sesuai dengan species dan keseimbangan gizi. Apabila
keadaan ini gagal dipenuhi maka akan memicu timbulnya penyakit dan penderitaan.
Bebas dari rasa tidak nyaman dipenuhi dengan penyediaan ingkungan yang layak
termasuk shelter dan areal istirahat yang nyaman. Apabila keadaan ini gagal dipenuhi maka
akan menimbulkan penderitaan dan rasa sakit secara mental yang akan berdampak pada
kondisi fisik dan psikologi hewan.
Bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit meliputi upaya pencegahan penyakit atau
diagnosa dan treatmen yang cepat. Kondisi ini dipenuhi melalui penerapan pemeriksaan
medis yang reguler. Apabila kondisi ini terabaikan maka akan memicu timbulnya penyakit
dan ancaman transmisi penyakit baik pada hewan lain maupun manusia. Contohnya: penyakit
Hepatitis dan TBC pada orangutan yang direhabilitasi.
Sementara bebas mengekspresikan perilaku normal adalah penyediaan ruang yang
cukup, fasilitas yang tepat dan adanya teman dari jenis yang sama. Apabila keadaan ini tidak
terpenuhi maka akan muncul perilaku abnormal seperti stereotype, dan berakhir dengan
gangguan fisik lainnya.
Faktor terakhir adalah bebas dari rasa takut dan tertekan yaitu memberikan kondisi
dan perlakuan yang mencegah penderitaan mental. Stress umumnya diartikan sebagai
antithesis daripada sejahtera. Distress merupakan kondisi lanjutan dari stress yang
mengakibatkan perubahan patologis. Lebih lanjut kondisi ini terlihat pada respon perilaku
seperti menghindar dari stressor (contoh: menghindar dari temperatur dingin ke tempat yang
lebih hangat dan sebaliknya), menunjukkan perilaku displacement (contoh; menunjukkan
perilaku display yang tidak relevan terhadap situasi konflik dimana tidak ada fungsi nyata),
dan bila tidak ditangani akan muncul perilaku stereotipik yang merupakan gerakan
pengulangan dan secara relatif kelangsungan gerakan tidak bervariasi dan tidak punya tujuan
jelas.
Berdasarkan uraian diatas maka gangguan pada kesejahteraan hewan dapat diamati
berdasarkan 3 indikator yaitu: Indikator fisiologi dan psikologi, indikator immun dan
produksi serta indikator perilaku. Perubahan yang terjadi pada hewan dapat diamati
berdasarkan perubahan pada fisik, mental maupun perilaku. Kondisi kesejahteraan yang
buruk yang berkelanjutan akan memicu timbulnya penyakit sebagai bentuk nyata dari
gangguan kesejahteraan hewan. Yang mana efek penyakit pada kesejahteraan satwa adalah
penderitaan panjang pada hewan.
Secara fisiologi kondisi perubahan kesejahteraan hewan akan mengaktifkan sistem
saraf pusat (SSP) dan memberikan respon baik pada sistem saraf otonom maupun sistem
endokrin. Akibat dari respon sistem saraf otonom akan berdampak pada Sistem SAM
(Simpatetic Adrenal Medulary) dan Sistem PNS (Parasimpatetic Nervous System). Respon
Sistem SAM mengakibatkan peningkatan Cardiac output (tachycardia, cardiac muscle
contraction), peningkatan aliran darah ke otot (vasokontriksi perifer, kontraksi limfa),
peningkatan air intake (respiratory rate, relaksasi bronkhiol). Sementara respon dari Sistem
PNS (Parasimpatetic Nervous System) adalah penurunan Cardiac output (branchicerdia).
Secara umum akibat dari perubahan animal welfare adalah munculnya stress dengan
gejala seperti Peningkatan aktifitas adrenocortical, penurunan aktifitas hormonal reproduksi,
penurunan performance, peningkatan tekanan darah kronis, meningkatnya kerentanan
penyakit, gastric ulcer, penyembuhan luka yang lama, Cardiovascular pathologis,
immunosuppressive dan juga kematian.
Wahyu (2010) mengatakan bahwa, pengabaian kesejahteraan hewan pada hewan
ternak dan hewan potong akan menimbulkan ketakutan, stres dan rasa sakit. Keadaan ini
seringkali terjadi selama proses penyembelihan, pengangkutan, pemasaran dan persediaan
pakan dan minum yang buruk. Efek stress pada hewan sebelum dipotong akan berdampak
buruk pada kualitas karkas yang disebut Dark Firm Dry (DFD) yang terjadi akibat dari stres
pre-slaughter sehingga mengosongkan persediaan glycogen pada otot.
Keadaan ini menyebabkan kadar asam laktat pada otot berkurang dan meningkatkan
pH daging melebihi dari normal. Pada kondisi seperti ini maka proses post-mortem tidak
berjalan sempurna terlihat pada warna daging lebih gelap, kaku dan kering. pH daging yang
tinggi akan mengakibatkan daging lebih sensitif terhadap tumbuhnya bakteri. Dark Firm Dry
(DFD) beef adalah indikator dari stres, luka, penyakit atau kelelahan pada hewan sebelum
disembelih. Pemeriksaan daging dapat menunjukkan kesehatan hewan, sehingga mengurangi
risiko penyakit dan meningkatkan produksi daging (Authority, 2013).
Keadaan diatas dapat dikurangi dengan memberikan perlakuan yang lebih baik pada
hewan sebelum dipotong dengan menerapkan lima faktor kebebasan, yaitu bebas dari rasa
lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas
mengekspresikan perilaku normal, bebas dari rasa stress dan tertekan, serta dengan
menerapkan metode “stunning”, yaitu proses pemingsanan pada hewan sebelum dipotong.
Tujuannya adalah membuat hewan tidak sadar hanya dalam waktu singkat sehingga pada saat
proses pemotongan tidak terjadi stres (Wahyu, 2010).
Dalam Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Pasal 66 ayat 1-4 Tentang Kesejahteraan
Hewan, dikemukakan bahwa:
(1) Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan
penangkapan dan penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan;
pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar
terhadap hewan.
(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara manusiawi yang meliputi: (a) Penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya
harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang konservasi; (b)
Penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan
hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya; (c) Pemeliharaan, pengamanan, perawatan,
dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaikbaiknya sehingga hewan bebas dari rasa
lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;
(d) Pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa
takut dan tertekan serta bebas dari penganiayaan; (e) Penggunaan dan pemanfaatan hewan
dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari penganiayaan dan
penyalahgunaan; (f) Pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya
sehingga hewan bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiayaan, dan
penyalahgunaan; dan (g) Perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan
penganiayaan dan penyalahgunaan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Animal Welfareadalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan
mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan
ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak
terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
2. Mamfaat dari Animal Welfare adalahpengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam
hayati secara lestari, selaras, serasi dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat
Indonesia. Hewan adalah salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki
keterkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Manusia membutuhkan
hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan, manusia membutuhkan
hewan sebagai teman dalam menjalani kehidupannya.
3. Prinsip-prinsip Animal Welfare meliputi 3R (Replacement, Reduction, Refinement)
dan 5 prinsip freedom dalam kesejahteraan hewan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abrianto, 2009. Kesejahteraan Hewan. http://duniasapi.com/kesejahteraan-hewan
2. Wahyu W. 2010. Kesejahteraan Hewan Bagi Kesehatan Manusia. Profauna Indonesia.
http://www.profauna.org/content/id/aware/kesejahteraan_hewan_bagi_kesehatan_man
usi a.html
3. Stoochi R, Nicholas AM, Maria M, Natalina C, Anna RL, Stefano R. 2014. Animal
welfare
4. Swacita IBN. 2013. Kesrawan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Hal. 1 – 5
5. Meat and Livestock Australia. 2012. Prosedur Standar Operasional untuk
Kesejahteraan