Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penduduk Indonesia sekarang ini mulai sadar akan keberadaan hewan

sebagai makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai peranan dalam kehidupan ini..

Hal ini menyebabkan perlakuan terhadap hewan baik itu hewan kesayangan,

hewan ternak, maupun hewan liar harus lebih diperhatikan. Sebagai calon Dokter

Hewan, selayaknya kita memberikan pemahaman mengenai bagaimana

seharusnya kita berperilaku sesuai dengan patokan berperilaku dengan benar demi

tercapainya kesejahteraan hewan.

Pemerintah sudah mulai peduli dengan bagaimana semestinya kita berbuat

kepada hewan dengan membuat peraturan Perundang-Undangan mengenai

kesejahteraan hewan.

Dengan adanya rancangan Undang-Undang dan Kebijakan dalam

memperlakukan hewan akan berfungsi sebagai dasar hukum bagi

penyelenggaraan kesejahteraan hewan di Indonesia,agar tidak hanya hewan yang

mendapatkan manfaat dari penerapan kesejahteraan hewan, melainkan kita

sebagai manusia juga mendapatkan manfaat dari adanya kebijakan yang mengatur

tindakn kita dalam memperlakukan hewan sebagai mana mestinya.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi KESMAVET

2. Untuk mengetahui defenisi dari kesejahteraan hewan

3. Untuk mengetahui konsep dari kesejahteraan hewan

4. Untuk mengetahui undang-undang KESMAVET dan KESRAWAN


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian KESMAVET

Istilah Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) atau dalam bahasa

Inggrisnya dikenal sebagai Veterinary Public Health (VPH) diperkenalkan

pertama kali oleh World Health Organization (WHO) dan Food Agriculture

Organization (FAO) pada laporannya the Joint WHO/FAO Expert Group on

Zoonoses pada tahun 1951. Dalam laporan tersebut, Kesmavet (VPH)

didefinisikan sebagai seluruh usaha masyarakat yang mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan yang diterapkan untuk

mencegah penyakit, melindungi kehidupan, dan mempromosikan kesejahteraan

dan efisiensi

Definisi Kesmavet dimodifikasi oleh WHO/FAO pada tahun 1975. Kesmavet

didefinisikan sebagai suatu komponen aktivitas kesehatan masyarakat yang

mengarah kepada penerapan keterampilan, pengetahuan dan sumberdaya profesi

kedokteran hewan untuk perlindungan dan perbaikan kesehatan masyarakat

(veterinary public health is a component of public health activities devoted to the

application of professional veterinary skills, knowledge and resources for the

protection and improvement of human health).

Indonesia memasukkan istilah Kesmavet pada Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan

Hewan. Definisi Kesmavet dalam UU tersebut adalah segala urusan yang

berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang

secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.


Selanjutnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun

1983.

Kesmavet merupakan penghubung antara bidang pertanian/peternakan dan

kesehatan. Ruang lingkup tugas dan fungsi kesmavet adalah administrasi dan

konsultasi, pencegahan penyakit zoonotik, higiene makanan, riset dan penyidikan

penyakit hewan dan zoonosis, serta pendidikan kesmavet. Secara garis besar,

tugas, dan fungsi kesmavet adalah menjamin keamanan dan kualitas produk-

produk peternakan, serta mencegah terjadinya resiko bahaya akibat penyakit

hewan/zoonosis dalam rangka menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

B. Pengertian Kesejahteraan Hewan

Kata ‘sejahtera’ dalam kesejateraan hewan (animal welfare) berarti kualitas

hidup yang meliputi berbagai elemen yang berbeda-beda seperti kesehatan,

kebahagiaan dan panjang umur yang untuk masing-masing orang mempunyai

tingkatan yang berbeda dalam memberikannya (Tannenbaum 2007).

Menurut laporan Brambell Committee, setiap hewan direkomendasikan

memiliki cukup kebebasan untuk dapat bergerak, menyarankan bahwa setiap

hewan harus memiliki kebebasan untuk bergerak yang cukup tanpa adanya

kesusahan untuk berbalik, berputar, merawat dirinya, bangun, berbaring,

meregangkan tubuh ataupun anggota badannya. Berbagai upaya telah diusahakan

untuk mendefinisikan istilah welfare (Albright 2007). Definisi lain memberikan

gambaran bahwa animal welfare adalah sebuah perhatian untuk penderitaan

hewan dan kepuasan hewan (Gregory 2005). Sedangkan ilmu animal

welfare adalah ilmu tentang penderitaan hewan dan kepuasan hewan.


Kesejahteraan memiliki banyak aspek yang berbeda dan tidak ada ungkapan

sederhana, permasalahannya sangat banyak dan beragam.

Animal welfare mengacu pada kualitas hidup hewan, kondisi hewan dan

parawatan/perlakuan terhadap hewan (Dallas 2006). Menurut Undang Undang

No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan

Hewan definisi kesejahteraan hewan ialah usaha manusia memelihara hewan,

yang meliputi pemeliharaan lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan

perlindungan yang wajar.

Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan

hewan ada dua macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin atau

membiarkan hewan hidup dengan perjalanan fungsi biologisnya. Setiap hewan

yang dipelihara manusia setidaknya diusahakan terbebas dari penderitaan yang

tidak perlu (Damron 2006).

C. Ruang Lingkup dan Fungsi Kesmavet

1) Memberi masukan teknis dalam penyusunan peraturan perundangan,

kebijakan, pedoman, perencanaan strategis dan pelaksanaan dalam bidang

pengendalian dan pencegahan penyakit hewan dan manusia, sanitasi,

higiene, dan lingkungan

2) Pencegahan dan pengendalian penyakit zoonotik atau zoonosis (penyakit

yang ditularkan Dari hewan ke manusia)

3) Higiene pangan dan keamanan pangan, termasuk pengendalian foodborne

illness (penyakit yang ditularkan melalui makanan)


4) Identifikasi dan evaluasi bahaya-bahaya (hazards) baik biologis, kimiawi,

dan fisik yang menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan manusia

dan hewan;

5) Pendidikan kesehatan masyarakat.

6) Kerjasama antar instansi/badan dalam rangka menjamin kesehatan hewan,

manusia, lingkungan.

D. Konsep Kesejahteraan Hewan

Menurut Dallas (2006) kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur

dengan indikator Lima Kebebasan (five freedoms), yaitu :

1) Bebas dari Rasa Haus dan Lapar (Freedom from Hunger and Thirst)

Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan haus, makanan yang

layak, bergizi dan juga akses langsung terhadap air bersih perlu

disediakan. Dengan menyediakan tempat makanan dan minuman yang

memadai akan dapat mengurangi terjadinya penindasan dan kompetisi

diantara mereka.

2) Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)

Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak

sesuai pada hewan. Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan

dengan menyediakan tempat yang sesuai seperti penyediaan

kandang/tempat berlindung yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan

kelembaban yang cukup, adanya lantai, tempat tidur dan sebagainya).

Hewan akan merasa nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk

perkandangan dan area beristirahat yang nyaman.


3) Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain, Injury and

Disease)

Secara sangat sederhana, sehat pada hewan secara individu dapat

didefinisikan negatif sebagai ‘tidak adanya symptom penyakit’. Penyakit

yang sering timbul di peternakan adalah penyakit produksi. Penyakit ini

adalah penyakit akibat kekeliruan manajemen ternak atau akibat sistem

yang diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi malnutrisi,

trauma dan infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh

manusia. Kebebasan ini dapat diwujudkan dengan pencegahan diagnosa

yang tepat dan perawatan.

4) Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express Normal

Behavior)

Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk

masing-masing ternak. Dalam perawatan manusia, hewan mungkin

memiliki lebih sedikit kesempatan untuk mengekspresikan perilaku

normalnya. Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi justru hewan

menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup,

fasilitas yang benar dan teman bagi hewan dari sejenisnya akan membantu

hewan mendapat kebebasan menunjukkan perilaku normalnya (Phillips

2006).

5) Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or Distress)

Menurut Moberg (2005) stress berpengaruh terhadap kesejahteraan

hewan tergantung besar kecilnya kerugian biologis akibat stress tersebut.

Stres tidak hanya merupakan keadaan saat hewan harus beradaptasi


melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat hewan mempunyai respons

yang lemah bahkan terhadap rangsangan ‘normal’ sehari-hari (Duncan dan

Fraser 2006).

E. Undang – undang Kesmavet

Undang-Undang dan Peraturan-peraturan pemerintah Tentang Kesehatan

Masyarakat Veteriner, Pemotongan Ternak dan Kesehatan Daging.

Merupakan landasan hukum bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dalam

kehidupan masyarakat. Merupakan pedoman dan semua penduduk harus taat dan

tunduk terhadap semua pasal yang tertera di dalamnya.

Pelanggaran-pelanggaran terhadap hal-hal yang dilarang diberikan sanksi-

sanksi/hukuman yang setimpal. Dengan demikian maka kesehatan daging dan

kesehatan masyarakat pada umumnya dapat terlaksana secara baik.

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur hal tersebut adalah:

1. UU No. 6 Tahun 1967: ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan

kesehatan hewan.

2. Staatsblad 1936 No. 614: Pemotongan ternak besar Betina Bertanduk.

3. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian No.

18/1979 dan No. 5/Ins/Um/3/1979: Pencegahan dan pelarangan

pemotongan Ternak Sapi/Kerbau betina Bunting dan atau susu

Sapi/kerbau Betina Bibit.

4. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Direktorat Kesehatan

Hewan, Departemen Pertanian 1978-1985 Jilid I-VII.


5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 1983: Tentang

Kesehatan Masyarakat Veteriner.

F. Undang-Undang Kesrawan

Undang-Undang yang mengatur dalam hal perlakuan terhadap ternak ini

antara lain:

1. UU Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2009 Bab I Pasal 1 ayat 42

Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan

keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang

perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan

setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang damanfaatkan manusia.

2. UU Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2009 Bab II Pasal 3 huruf

Pengaturan penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan bertujuan

untuk Mengelola sumber daya hewan secara bermartabat, bertangung jawab,

dan berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. UU Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2009 Bab IV Bagian Kesatu

Pasal 18 ayat (1) dan (2).

1) Dalam rangka mencukupi ketersediaan bibit, ternak ruminansia betina

produktif diseleksi untuk pemuliaan, sedangkan ternak ruminansia betina

tidak produktif disingkirkan untuk dijadikan ternak potong.

2) Ternak ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena

merupakan penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan

penelitian, pemuliaan, atau pengendalian dan penanggulangan penyakit

hewan.
4. UU Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2009 Bab IV

Bagian keempat Pasal 34.

1) Peternak dan perusahaan peternakan melakukan tata cara panen yang

baik untuk mendapatkan hasil produksi dengan jumlah dan mutu yang

tinggi.

2) Pelaksanaan panen hasil budi daya harus mengikuti syarat kesehatan

hewan, keamanan hayati, dan kaidah agama, etika, serta estetika.

5. UU Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2009 Bab VI Bagian kesatu

Pasal 56.

Kesehatan masyarakat veteriner merupakan penyelenggaraan kesehatan

hewan dalam bentuk:

a. Pengendalian dan penanggulangan zoonosis;

b. Penjaminan keamanan, kesehatan, keutuhan, dan kehalalan produk

hewan;

c. Penjaminan higiene dan sanitasi;

d. Penegmbangan kedokteran perbandingan; dan

e. Penanganan bencana.

6. UU Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2009 Bab VI Bagian kesatu

Pasal 58.

1) Dalam rangka menjamin produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan

halal, Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

melaksanakan pengawasan, pemeriksaan, pegujian, standardisasi,

sertifikasi, dan registrasi produk hewan.


2) Prngawasan dan pemeriksaan produk hewan berturut-turut dilakukan

ditempat produksi, pada waktu pemotongan, penampungan, dan

pengumpulan, pada waktu dalam keadaan segar, sebelum pengawetan,

dan pada waktu peredaran setelah pengawetan.

3) Standardisasi, sertifikasi, dan registrasi produk hewan dilakukan

terhadap produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan

dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4) Produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai

sertifikat veteriner dan sertifikat halal.

5) Produk hewan yang dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia wajib disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal jika

dipersyaratkan oleh negara pengimpor.

6) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai

dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

7) Untuk pangan olahan asal hewan, selain wajib memenuhi ketentuan

sabagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memenuhi ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang pangan.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Kesmavet merupakan penghubung antara bidang pertanian/peternakan dan

kesehatan. Ruang lingkup tugas dan fungsi kesmavet adalah administrasi

dan konsultasi, pencegahan penyakit zoonotik, higiene makanan, riset dan

penyidikan penyakit hewan dan zoonosis, serta pendidikan kesmavet. Secara

garis besar, tugas, dan fungsi kesmavet adalah menjamin keamanan dan

kualitas produk-produk peternakan, serta mencegah terjadinya resiko bahaya

akibat penyakit hewan/zoonosis dalam rangka menjamin kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat

2) Kesejahteraan hewan ( Animal Welfare ) yaitu : suatu usaha untuk

memberikan kondisi lingkungan yang sesuai bagi satwa sehingga

berdampak ada peningkatan sistem psikologi dan fisiologi satwa. Kegiatan

ini merupakan kepedulian manusia untuk meningkatkan kualitas hidup bagi

satwa yang terkurung dalam kandang atau terikat tanpa bisa leluasa

bergerak.
DAFTAR PUSTAKA

Arambulo III PV. 1991. Veterinary public health: perspectives at the threshold of
the 21st century. Rev sci tech Off int Epiz 11 (1): 255-262.

Dallas dan Darrom. 2012. Kesejahteraan Hewan di


Indonesia, (Online). http://civas. info/index.
php?option= &view=article&id=71%3Amembumikan-animal-welfare-di-
indonesia&catid=32%3Afokus&Itemid=47&limitstart=2. diakses 22
Maret 2018

Denny W. Lukman , http://higiene-pangan.blogspot.com/diakses22 Maret 2018

Deny Widya Lukman, IPB, http://drhyudi.blogspot.com/2009/07/kesmavet-


definisi-ruang-lingkup-dan.html,diakses 22 Maret 2018

Santoso, Urip. 2012. Menciptakan Broiler Berseragam, (Online). http://uripsantos


o. wordpress.com/2008/12/25/menciptakan-broiler-yang-seragam/, diakses
22 Maret 2018

Sugeng. 2008. Animal Welfare pada Unggas, (Online). http://animalwelfareungga


s-indonesia. blogspot. com/2008/09/animal-welfare.html, diakses 22 Maret
2018

Suhadji, Wahyu. 2012. Kesejahteraan Hewan Pada Unggas. PPT. FKH UNHAS.

Sutrisno, http://www.livestockreview.com/2012/02/mengendalikan-penyakit-asal-
hewan-melalui-penerapan-kesmavet/diakses 22 Maret 2018

Tannenbaum. 2007. Animal Walfare, (Online). http://tannenbaum.blogspot.com


/2007/05/animal-walfare.html, diakses 22 Maret 2018

Waltner-Toews D. 2002. Veterinary


public health. http://www.enotes.com/veterinary-public-health-
reference/veterinary-public-health 22 Maret 2018

World Health Organization. 2012. Veterinary public health.


http://www.who.int/zoonoses/vph/en/ 22 Maret 2018
Winarso, Ajo. 2008. Kajian Kesejahteraan Hewan Ternak Dalam Ajaran Agama
Buddha, Hindu, Yahudi,Nasrani Dan Islam. Skripsi tidak diterbitkan.
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan-IPB.
MAKALAH INDIVIDU
PERUNDANG-UNDANGAN
KEBIJAKAN PETERNAKAN

KESMAVET DAN KESRAWAN

OLEH:

NAMA : NAJMUSSALAM
NIM : I111 15 013
KELAS : A2 (GANJIL)
KELOMPOK : I (SATU)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

Anda mungkin juga menyukai