2.2 Visi dan Misi Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya
Visi dari Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya yaitu menjadi
Garda Terdepan Pelayanan Karantina yang Tangguh, Profesional, Modern dan
Terpercaya di Jawa Timur pada tahun 2019. Sedangkan Misi dari Balai Besar
Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari ancaman
serangan hama dan penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta pengawasan lalu lintas
komoditi pertanian segar yang memenuhi standard keamanan pangan;
2. Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan
tumbuhan;
3. Mewujudkan Sistem Manajeman Mutu Pelayanan dengan
mengimplementasikan secara konsisten ISO 9001:2015 / SNI 19- 9001-
2015;
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing
Laboratory) dengan mengimplementasikan secara konsisten ISO/IEC
17025:2008;
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan Surabaya dalam akselerasi
ekspor komoditas pertanian yang akseptabel dan mampu bersaing di pasar
internasional;
6. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan Jawa
Timur;
7. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian di Jawa Timur
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP)
Surabaya
Karantina Pertanian merupakan lembaga perkarantinaan yang didasarkan
atas pengawasan dan pemeriksaan terhadap jenis jenis media pembawa yang
berasal dari komoditas pertanian untuk dikonsumsi, maupun tidak dikonsumsi (non
pangan). Pada hakekatnya lembaga karantina berlandaskan atas dasar antisipasi
penyebaran hama dan penyakit. Karantina Pertanian memiliki dasar atau azas yang
jelas, tujuan dan fungsi yang jelas serta memiliki acuan dan mekanisme, ketentuan
dan dasar hukum dalam penyelenggaraannya. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor : 22/Permentan/Ot.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian, Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya adalah UPT
Eselon II-b yang kedudukan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Badan Karantina Pertanian. Dan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan
operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan
hayati, hewani dan nabati. Dalam Menjalankan Tugas tersebut di atas, Balai Besar
Karantina Pertanian Surabaya menyelenggarakan fungsi :
1. Penyusunan rencana, evaluasi dan laporan;
2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa
hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu
tumbuhan karantina (OPTK);
3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK;
4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK;
5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;
6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan
tumbuhan;
7. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan
hayati hewani dan nabati;
8. Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina
hewan dan tumbuhan;
9. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang- undangan dibidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan
keamanan hayati hewani dan nabati;
10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Drh. Cicik Sri Sukarsih Ir. Yusup Patiroy, MM Drh. Muhlis Natsir, M.Kes
Kepala Bidang Karantina Kepala Bidang Karantina Kepala Bidang Pengawasan
Hewan Tumbuhan dan Penindakan
Drh. Priyadi Drh. Budi Nur Agus Drh. Faisal Ir. Abdul
Kepala seksi Prasetya, Rachman, Mugiyanto, Moer, M.H. Munip
pelayanan dan M.Si SP, M.Si. SP Kepala seksi Kepala seksi
operasional Kepala seksi Pengawasan Pengawasan
Kepala seksi Kepala seksi
dan Penindakan
karantina informasi dan pelayanan dan informasi dan dan
karantina hewan
hewan sarana teknik operasional sarana teknik Penindakan
karantina karantina karantina karantina
hewan tumbuhan tumbuhan tumbuhan
Gambar ... Bagan Struktur Organisasi Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
2.6 Wilayah Kerja dan Unit Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP)
Surabaya
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
22/Permentan/Ot.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Karantina Pertanian, Balai Besar Karantina
Pertanian Surabaya, maka BBKP Surabaya memiliki Wilayah Kerja yang
melaksanakan tugas penyelenggaraan perkarantinaan di tempat pelabuhan
pemasukan dan pengeluaran serta kantor pos dalam rangka mengimplementasikan
operasionalisasi tindakan karantina dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan
organisasi. Balai Besar Karantina Pertanian dalam penyelenggaraannya berbasis
pada pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, bandar udara dan kantor pos di
tempat pemasukan dan pengeluaran yang merupakan bagian sistem perkarantinaan
Internasional yang dikenal dengan “Costum, Immigration and Quarantine” (CIQ).
Wilayah Kerja BBKP Surabaya meliputi :
a. Bandara Udara
- Ir. H. Juanda (Internasional) dan Abdul Rahman Saleh
b. Pelabuhan Laut
- Tanjung Perak
- Gresik
- Jangkar
- Kalbut
- Kalibuntu
- Panarukan
- Probolinggo
- Sangkapura
- Sedayu-Lamongan
c. Pelabuhan Sungai
- Kalimas dan Tanjung Wangi
d. Pelabuhan Penyeberangan Ketapang
e. Kantor Pos Surabaya
Gambar ... Wilayah Kerja Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
Dua wilayah kerja utama di Surabaya dengan lalu lintas operasional
terbesar yaitu wilayah kerja Pelabuhan Laut Tanjung Perak dan Bandar Udara
Juanda yang berfungsi sebagai bagian Unit Pelayanan Karantina Pertanian.
Pelabuhan Tanjung Perak memiliki dua unit kerja yaitu Unit Pelayanan I yang
merupakan unit pelayanan karantina tumbuhan dan Unit Pelayanan II yang
merupakan unit pelayanan karantina hewan. Sedangkan unit pelayanan yang
berlokasi di Bandar Udara Juanda adalah Unit Pelayanan III yang merupakan
unit pelayanan karantina hewan dan tumbuhan yang terletak di Cargo Area
Bandar Udara Internasional Juanda.
Kegiatan tindakan karantina hewan dilaksanakan di hampir
semua tempat pemasukan/pengeluaran seperti yang disebutkan pada Tabel 2.1,
kecuali Kantor Pos Kediri dan Pelabuhan Tanjung Tembaga Probolinggo.
Kegiatan pelayanan sertifikasi pada Kantor Pos Surabaya digabung dengan
Bandara Juanda, Kantor Pos Malang tergabung dengan Bandara Abdul Rahman
Saleh, Pelabuhan Paciran tergabung dengan Pelabuhan Sedayu Lawas,
Pelabuhan Jangkar tergabung dengan Pelabuhan Kalbut di Situbondo, dan
Pelabuhan Tanjung Wangi kegiatannya tergabung dengan Pelabuhan Ketapang
dengan alasan efisiensi operasional. Kegiatan operasional meliputi impor,
ekspor dan antar area (masuk domestik dan keluar domestik), khusus kegiatan
impor dan ekspor terdapat pada Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Juanda dan
Bandara Abdul Rahman Saleh yang melalui Kantor Pos Malang.
Tabel 2.1 Wilayah Kerja Dan Kegiatan Operasional Karantina Hewan Di Jawa Timur
Tempat Pemasukan / Antar
No. Lokasi Impor Ekspor
Pengeluaran Area
1. Bandar Juanda Surabaya √ √ √
Udara Abdul Malang √ √ √
Rachman
Saleh
2. Kantor Pos Surabaya Surabaya √ √ √
Kediri Kediri √ √ √
Malang Malang √ √ √
3. Pelabuhan Tanjung Surabaya √ √ √
Perak
Gresik Gresik √ √ √
Tanjung Banyuwangi √ √ √
Wangi
Tanjung Probolinggo √ √ √
Tembaga
Katapang Banyuwangi - - √
Kalibuntu Probolinggo - - √
Kalbut Situbondo - - √
Jangkar Situbondo - - √
Sangkapura Bawean - - √
Sedayu Lamongan - - √
Lawas
Paciran Lamongan - - √
2.7 Tugas dan Fungsi Dokter Hewan Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP)
Surabaya
Berdasarkan UU No. 16 tahun 1992 peranan dokter hewan dalam tindakan
karantina adalah melakukan 8P yaitu pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan.
1. Pemeriksaan
Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan mendeteksi
hama dan penyakit hewan karantina, status kesehatan dan sanitasi media
pembawa, atau kelayakan sarana prasarana karantina, alat angkut.
Pemeriksaan kesehatan atau sanitasi media pembawa dilakukan secara fisik
dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan atau pemeriksaan kemurnian
atau keutuhan secara organleptik pada bahan asal hewan, hasil bahan asal
hewan dan benda lain.
2. Pengasingan
Dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media pembawa untuk
diadakan pengamatan, pemeriksaan dan perlakuan dengan tujuan untuk
mencegah kemungkinan penularan hama penyakit hewan karantina selama
waktu tertentu.
3. Pengamatan
Lalu dilakukan deteksi lebih lanjut terhadap penyakit hewan karantina
dengan cara mengamati timbulnya gejala penyakit hewan karantina pada
media pembawa selama diasingkan dengan menggunakan sistem semua
masuk-semua keluar
4. Perlakuan
Merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan media
pembawa dari penyakit hewan karantina, atau tindakan lain yang bersifat
preventif, kuratif dan promotif.
5. Penahanan
Dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi persyaratan
karantina atau dokumen yang dipersyaratkan oleh menteri lain yang terkait
atau dalam pemeriksaan masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut.
6. Penolakan
Dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari
daerah/negara terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah
penyakit, atau pada waktu pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit,
atau pada waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina
(sertifikat kesehatan).
7. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut
melewati batas waktu yang ditentukan dan pemilik/kausanya tidak dapat
memenuhi persyaratan yang diperlukan, atau terhadap media pembawa
tersebut ditemukan adanya penyakit yang telah diobati tetapi tidak dapat
disembuhkan, atau hewan yang ditolak tidak segera diberangkatkan/tidak
mungkin dilakukan penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari
daerah terlarang atau daerah yang tidak bebas dari penyakit.
8. Pembebasan
Pembebasan dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan untuk
memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah dipenuhi dan
dalam pemeriksaan tidak ditemukan adanya/dugaan adanya gejala penyakit
hewan karantina, atau selama pengasingan dan pengamatan tidak ditemukan
adanya penyakit hewan karantina. Pembebasan untuk masuk diberikan
dengan sertifikat pelepasan/pembebasan sedang pembebasan keuar
diberikan dengan sertifikat kesehatan.
Status Jawa Timur sebagai gudang ternak nasional dan kawasan yang
bebas berbagai penyakit eksotik, meningkatkan tuntutan kepada BBKP Surabaya
untuk meningkatkan mekanisme pengawasannya terhadap lalu lintas operasional
khususnya lalu lintas media pembawa HPHK. Jawa Timur merupakan daerah yang
bebas penyakit antraks, sapi gila (BSE), PMK, Bovine Viral Diarrhea (BVD),
rabies, blue tongue, Contagious Bovine Pleuropneumonia (CBPP). Pengawasan
HPHK terutama ditujukan terhadap HPHK Golongan I dan II (Kepmentan
3238/Kpts/PD.630/9/2009).
Masuknya Hama dan Penyakit Hewan Karantina tidak lepas dari peran
media pembawanya. Menurut Permentan no. 17 tahun 2017, Media Pembawa
Hama Penyakit Hewan Karantina yang selanjutnya disebut Media Pembawa adalah
hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan dan/atau benda lain yang dapat
membawa Hama Penyakit Hewan Karantina. Penggolongan media pembawa dapt
dilihat pada Tabel ...
Tabel ...
Media Pembawa HPHK
No. Golongan
Klasifikaasi Jenis-Jenis
1. Hewan Hewan ternak besar Sapi, Kerbau, Kuda
Hewan ternak kecil Kambing, Domba, Babi
Hewan ternak unggas
- Unggas besar Burung unta, Kalkun, Angsa
- Unggas kecil Ayam, itik/bebek, belibis, merpati,
puyuh
- Unggas umur sehari DOC, DOD
Hewan kesayangan Kuda poni, pacu, tunggang, Anjing,
Kucing, Primata, Ayam bekisar,
Pelung, Angsa, Kalkun, Kasuari,
Burung beo, Kenari, Perkutut,
Kakatua, Cucak rawa, Reptil
Hewan Primata, Hamster, Kelinci, Marmot,
percobaan/laboratorium Tikus, Mencit
Hewan liar Gajah, Bison, Jerapah, Harimau,
Singa, Onta, Badak, Kuskus, Rusa,
Musang, Babi hutan, Babi rusa,
Anoa, Kambing hutan, Merak,
Kasuari, Pelikan, kakatua, Nuri, Beo,
Pipit, Bondol
Reptil
- Reptil besar Buaya, Komodo dan sejenisnya
Tokek, Kadal, Ular, Biawak, Iguana
dan sejenisnya
- Reptil kecil
Avertebrata Kumbang, Kalajengking, Lipan, dan
sejenisnya
Amphibia Katak/kodok, Kura-kura, dan
sejenisnya
Mamalia air Kuda Nil, Lumba-lumba, Pesut,
Anjing laut, Singa laut, Ikan paus,
dan sejenisnya
2. Bahan Asal BAH pangan Daging hewan sapi (buntut, cingur,
Hewan kikil, dan kulit), kerbau, kuda,
(BAH) kambing, domba, babi, rusa. Daging
unggas (kulit dan ceker) : ayam,
kalkun, burung unta, angsa,
itik/bebek, merpati, belibis. Susu :
susu sapi, kerbau, kambing, kuda.
Telur konsumsi, Madu, Sarang
burung walet, Jeroan konsumsi.
BAH non pangan Kulit sapi dan kerbau, kulit domba,
kambing, dan babi. Kulit reptil, kulit
satwa/reptil kecil, kulit burung unta,
telur bibit, bahan reproduksi (semen,
ova, embrio, sel hidup), BAH berupa
tulang, kuku, tanduk, bulu dan
ikutannya (gading, taring, bulu ekor,
thallo), BAH berupa tepung telur,
tepung darah, tepung daging, tepung
bulu, dan tepung kulit telur.
3. Hasil HBAH pangan Hasil bahan asal daging hewan, hasil
Bahan Asal bahan asal daging unggas, hasil
Hewan bahan asal susu, hasil bahan asal
(HBAH) telur, bahan asal hewan untuk
konsumsi (krupuk kulit, kikil, cingur)
dan hasil bahan asal hewan ikuta
(lemak, gelatine).
HBAH non pangan Kulit jadi, gelatine, malam, kelenjar,
jaringan, tepung tulang, tepung
darah, tepung daging, tepung kulit
telur.
4. Media Pakan hewan ternak Berupa hewan, BAH, HBAH, ikan,
pembawa tumbuhan yang dipakai sebagai
lain pakan hewan.
Pakan hewan kesayangan Berupa hewan, BAH, HBAH, ikan,
tumbuhan yang dipakai sebagai
pakan hewan.
5. Benda lain Bahan biologik Media pembawa selain hewan, BAH,
HBAH berupa vaksin, sera, hormon,
obat hewan
Bahan diagnostik Media pembawa selain hewan, BAH,
HBAH berupa abtigen, media
pertumbuhan
6. Alat angkut Alat angkut Alat angkut udara, perairan, dan
darat.
Kemasan Peti kemas, Kotak hewan, Kandang
hewan, Ruang pendingin
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil koasistensi Rotasi Kesehatan Mayarakat Veteriner yang
dilaksanakan di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Peran dokter hewan di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya yaitu untuk
mencegah masuk, dan menyebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina antar
area di Indonesia maupun dari dan ke luar negara Republik Indonesia.
2. Pengiriman media pembawa baik pengiriman antar area di dalam
negeri/domestik, impor, dan ekspor memiliki alur pelayanan yang berbeda
dengan syarat dokumen yang bebeda pula.
3. Berdasarkan analisis resikonya, media pembawa dibedakan menjadi 3
kategori yaitu low risk, medium risk, dan high risk. Masiung-masing kategori
memiliki alur pelayanan yang berbeda, dimana semakin tinggi resikonya
semakin ketat pemeriksaannya.
5.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa lebih dilibatkan dalam kegiatan karantina baik
dalam kegiatan administrasi, pelayanan, laboratorium, maupun kegiatan lapang.
DAFTAR PUSTAKA