PENDAHULUAN
1
menjadi salah satu cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Limbah feces
dapat diolah dengan dibuat menjadi kompos dan biogas. Pengolahan menjadi
kompos dilakukan dengan pembuatan stapel, secara aerob maupun anaerob, pupuk
cair, serta biogas.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II. PEMBAHASAN
Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomi.
Limbah telah menjadi masalah lingkungan yang sangat krusial, terutama di
daerah perkotaan. Limbah dapat dihasilkan dari bidang trasnportasi,
industry, pertanian, kehutanan, dan lain-lain. (Sunarsih, 2018)
Limbah ternak adalah semua kotoran yang dihasilkan dari ternak
baik berupa limbah padat, limbah cair atau limbah gas. Limbah ternak masih
mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong
kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. (Antaressa,
2011)
3
Materi dan Metode:
A. Materi
1) Alat : drum bekas, pipa besi dan selang
2) Bahan : Feses
B. Metode
Cara kerja:
1) Bak Fermentasi (Digester) sebanyak 1 drum besar. Bak ini
terbuat dari 2 buah drum dengan posisi direbahkan yang
sisinya dilubangi dan kemudian disambung dengan cara di
las. Bak dilengkapi dengan pipa pemasukan isian (inlet) dan
pipa pengeluaran pembuangan (out let) yang dipasang
dengan sudut kemiringan 450. Bak ini diisi kotoran sapi
sebanyak lebih kurang ¾ drum. Bak fermentasi ini
merupakan bak penghasil gas yang selanjutnya dihubungkan
dengan plastik pengumpul gas.
2) Plastik Pengumpul Gas. Plastik ini dibuat terpisah dengan
bak fermentasi dan dihubungkan dengan selang dari bak
fermentasi/penghasil gas disatu sisi dan sisi lainnya ke
kompor. Plastik ini digunakan untuk memudahkan
pengamatan apabila gas sudah terbentuk.
3) Ujicoba instalasi biogas : Uji coba dilakukan dengan cara
membuka secara perlahan-lahan kran gas dari digester. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa ada gas yang terbentuk,
yang dicirikan adanya penggelembungan plastik dan bau gas
seperti bau khas kotoran sapi. Gas mulai terbentuk pada hari
ke -15, dan maksimum tercapai pada hari ke -20. Setelah gas
keluar (hari ke -15) selanjutnya digester diisi kembali dengan
kotoran sapi segar sebanyak 1 arco (3-4 ember)
B. Metode
Cara kerja:
1) Bahan baku limbah padat diambil dari RPH, dilakukan
pengkondisian kadar air pada bahan baku dengan nilai 50-
4
60%.Reaktor yang digunakan berbentuk standing drum
dengan kapasitas 60 L, dengan limbah padat RPH yang
digunakan 20 kg pada setiap reaktor.
2) Bagian bawah reaktor dibuat saluran untuk mengalirkan
lindi keluar dari reaktor yang kemudian ditampung pada
wadah kedap udara.
3) Bagian samping reaktor diberi lubang dilengkapi penyumbat
untuk memudahkan pengambilan sampel.
4) Bagian atas dilengkapi dengan filter penangkap emisi gas
NH3. Suplai udara diberikan melalui kompresor dengan laju
aerasi 0,76 L/menit secara kontinyu pada kondisi aerobik.
5) Untuk kondisi anaerobik, reaktor akan ditutup terlebih
dahulu selama 3 hari sebelum penelitian dimulai.
5
C/N produk akhir pada reaktor aerobik memenuhi baku mutu
kompos sesuai SNI 19-7030-2004.
6
2) Selanjutnya substrat diekstrak menggunakan air panas
dengan perbandingan 1 kg substrat dalam 4 liter air
3) Kemudian hasil ekstraksi diinkubasi selama 2 bulan, sambil
dilakukan aerasi.
4) Setelah proses inkubasi selesai, dilakukan analisis
kandungan Nitrogen (N), Fosfor (P2O5) dan Kalium (K2O)
pada pupuk cair yang terbentuk
7
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Y. A., Kurnani, T. B. A., Marlina, E. T., dan Harlia, A. 2011. Kualitas
Pupuk Cair Hasil Pengolahan Feses Sapi Potong Menggunakan
Sacchromyces cerevicae. Jurnal Ilmu Ternak, Vol 111. No. 2
listyanto, Y., Sustiyah., Zubaidah, S., dan Satata, B. 2016. Pemanfaatan Kotoran
Sapi sebagai Sumber Biogas Rumah Tangga di Kabupaten Pulang
Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal UDAYANA Mengabdi, Vol.
15, No. 2, Mei 2016
9
LAMPIRAN
17/416497/SV/14235 17/416508/SV/14246
10