Anda di halaman 1dari 7

DASAR ILMU PETERNAKAN

(DOMESTIKA TERNAK)

Dosen Pengampu : Ir. R. Edhy Mirwandhono, M.Si., MP


DI SUSUN OLEH :
TRI ANNISA (210306027)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DESEMBER 2021
Domestikasi Ternak
PENDAHULUAN

Secara biologis, manusia dengan binatang ternak tidak memiliki perbedaan. Keduanya
merupakan jenis makhluk hidup yang berjenis hewan. Akan tetapi manusia boleh berbangga hati,
karena Allah menganugerahinya akal fikiran yang membuat manusia bisa memanfaatkan
binatang ternak, namun tidak sebaliknya. Secara anatomis manusia sebenarnya tidak benar bila
berkagum-kagum diri, karena anggota-anggota tubuh yang dipunyainya, dipunyai pula oleh
binatang ternak.
Adanya bangsa ternak asli di seluruh Indonesia seperti sapi, kerbau, kambing, domba,
babi, ayam dan itik, memberikan petunjuk bahwa penduduk pertama Indonesia telah mengenal
ternak sekurang-kurangnya melalui pemanfaatannya sebagai hasil buruan.
Usaha peternakan di Indonesia telah dikenal sejak dahulu kala. Namun pengetahuan
tentang kapan dimulainya proses domestikasi dan pembudidayaan ternak dari hewan liar, masih
langka.
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke
dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi
merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila
penjinakan lebih pada individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti
seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang
menjadi objeknya.
Perkiraan awal domestikasi hewan dilakukan arkeolog berdasarkan nalar logika dari hasil
temuan di situs purbakala. Bukti tertua adanya hewan peliharaan adalah kerangka anjing berusia
sekitar lima bulan di sisi kerangka seorang perempuan yang ditemukan di dekat Ain Mahalla
(Israel), yang berusia hampir 10.000 tahun SM. Kerangka-kerangka anjing dari masa antara
8.000 dan 7.000 SM juga ditemukan pada situs-situs purbakala di banyak tempat. Kerangka
kucing peliharaan tertua ditemukan di Siprus, berasal dari sekitar 6.000 tahun SM. Diperkirakan,
kucing dipelihara untuk mengatasi gangguan tikus di lumbung pangan. Perkiraan untuk hewan
ternak domestik adalah 7.000 SM pada domba dan kambing. Terlihat bahwa dulu hewan tersebut
memiliki tanduk yang melengkung, yang pada ternak modern telah berubah menjadi pendek saja
akibat seleksi.
PENGERTIAN DOMESTIKASI
A.    Pengertian Istilah Hewan, Binatang dan Ternak
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang pengertian dan proses domestikasi
ternak. Ada perbedaan arti secara definisi ilmu peternakan antara hewan, binatang, dan
ternak. Hewan adalah segala makhluk hidup selain manusia, yang hidup baik didaratan maupun
dilautan yang tidak dapat membuat makanan sendiri.
Sedangkan definisi dari binatang adalah semua hewan yang hidup di darat dan belum
mengalami penjinakan oleh manusia atau masih hidup di alam liar (hutan). Sehingga dalam
kehidupannya belum dapat diatur dalam hal pakanan, reproduksi atau perkembangbiakan, dan
tempat tinggalnya. Sehingga belum dapat dimanfaatkan secara luas oleh manusia.
Ternak secara definisi adalah semua hewan yang sudah dijinakkan oleh manusia atau
melalui proses domestikasi. Ternak sudah dapat diatur dalam hal pakan, perkembangbiakan dan
tempat tinggalnya, selain itu ternak dapat diolah dan diambil manfaatnya untuk keperluan hidup
manusia. Baik diambil daging, telur, susu, kulit, bulu, tenaga, maupun kecantikan atau
keindahannya.
Oleh karena itu terdapat perbedaan yang jelas antara hewan, binatang dan ternak ditinjau
dalam ilmu peternakan. Sehingga dengan adanya ternak akan membawa manusia pada
era industrialisasi modern dalam penyediaan pangan serta produk-produk industri lainnya.
Program pemuliaan ternak dan rekayasa gen yang andal, pengetahuan manajemen yang wahid,
ilmu pakan yang bermutu tinggi, dan berbagai produk makanan dari hasil ternak tidak dapat
diremehkan peranannya. Pengetahuan manusia tentang binatang ternak jika dihimpun dari dulu
sampai sekarang barangkali tidak lebih dari sebutir debu di padang pasir yang luas. Hanya Allah-
lah yang mengetahui semuanya itu, karena Allah-lah yang menciptakan semuanya itu dari tidak
ada menjadi ada.

B.     Pengertian Domestikasi
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam
lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan
proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih
pada individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan
keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya.
Domestikasi adalah keadaan dimana breeding, pemeliharaan dan pemberian pakan berada
dibawah pengawasan manusia (Hale, 1969).Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam
kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan
bahan pakaian), serta sebagai komoditi perdagangan.
Domestikasi tumbuhan maupun hewan adalah sebuah proses panjang, yang memerlukan
waktu lama serta dana dan daya yang besar. Di dalamnya terlibat berbagai kegiatan penelitian
yaitu : inventarisasi, karakterisasi, kajian potensi, seleksi, penangkaran, dan pemuliaan untuk
pemanfaatan berkelanjutan. Sebagai gambaran, tanaman kelapa sawit memerlukan proses
domestikasi selama lebih dari 100 tahun untuk dapat dimanfaatkan secara ekonomi seperti
sekarang ini. Sebaliknya ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak memerlukan waktu lama untuk
dapat didomestikasi, sebagai contoh adalah Aglaonema sp. ternyata hanya memerlukan waktu
tidak lebih dari 3 tahun untuk menjadi tanaman hias.
Pengalaman mengajarkan bahwa domestikasi secara konvensional memerlukan waktu
yang panjang, karena itu dibutuhkan suatu terobosan untuk mempercepat proses domestikasi
antara lain melalui teknik pemuliaan dan rekayasa genetika. Oleh karenanya, untuk menjamin
percepatan proses domestikasi diperlukan program penentuan prioritas yang didukung komitmen
oleh semua pihak yang terkait, serta dukungan dana dan sumber daya serta pengetahuan dan
teknologi yang memadai.
Menurut Zairin (2003), ada beberapa tingkatan yang dapat dicapai manusia dalam upaya
penjinakan hewan ke dalam suatu sistem budidaya.  Tingkatan dimaksud, sebagaimana
berlangsung pada ikan, adalah sebagai berikut.
1.      Domestikasi sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidup ikan sudah dapat berlangsung dalam
sistem budidaya.
2.      Domestikasi hampir sempurna, yaitu apabila seluruh daur hidupnya dapat berlangsung dalam
sistem budidaya, tapi keberhasilannya masih rendah.
3.      Domestikasi belum sempurna, yaitu apabila baru sebagian daur hidupnya dapat berlangsung
dalam sistem budidaya.

Domestikasi hewan memiliki beberapa syarat antara lain pakan mudah didapatkan,


pertumbuhannya dengan cepat sehingga mempercepat proses perkembangbiakkan dan dimanfaatkan,
memungkinkan untuk dikembangbiakkan dalam penangkaran, tidak agresif, tidak mudah stress,
tidak membahayakan manusia karena memiliki kalenjar bisa, memiliki racun dan menghasilkan
bioelektrik alami, dan memiliki hirarki sosial yang mudah dimodifikasi. Domestikasi hewan
diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian penyediaan sumber pangan, sandang (kulit
dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), alat transportasi, pengangkutan bahan pangan nabati,
sumber rekreasi dan penanda status sosial, serta di kemudian hari sebagai komoditi perdagangan
global. Pada awal domestikasi hewan menggunakan rekayasa genetika manual menggunakan teknik
kawin silang pada spesies unggul, kemudian di masa kini menggunakan teknologi penggubah
hormon dan inseminasi buatan untuk menciptakan ternak unggul.

PROSES DAN PENGARUH DOMESTIKASI
A.    Proses Domestikasi Ternak
Bersama dengan domestikasi tumbuhan penghasil pangan, domestikasi hewan adalah
salah satu langkah penting yang dilakukan umat manusia. Di dunia, praktis hanya dua lokasi
yang pernah melakukan domestikasi awal hewan ternak yang dilakukan sebelum budidaya
tanaman pangan dilakukan, yaitu Asia Barat Daya (untuk domba, kambing, sapi, dan babi) dan
Dataran Tinggi Andes (untuk alpaka dan lama.)
Domestikasi ternak diperkirakan dilakukan dalam kaitan dengan kepastian
penyediaan sumber pangan, sandang (kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian),
serta di kemudian hari sebagai komoditi perdagangan. Menurut ahli biologi Jared
Diamond(2004), hewan harus memenuhi enam kriteria agar dapat dipertimbangkan
untuk didomestikasi:
1.      Pakannya mudah didapatkan. Hewan tersebut harus mau memakan makanan yang berada di
luar piramida makanan manusia (gandum atau jagung), pakannya tidak digunakan oleh manusia
(rumput, dan sebagainya), dan ekonomis untuk penyimpanannya.
2.      Pertumbuhannya dengan cepat sehingga mempercepat proses perkembangbiakan dan
dimanfaatkan. Hewan besar seperti gajah membutuhkan waktu tahunan hingga dapat
dipergunakan.
3.      Memungkinkan untuk dikembangbiakkan dalam penangkaran.
4.      Tidak agresif.
5.      Tidak mudah stres.
6.      Memiliki hierarki sosial yang dapat dimodifikasi.
Karena syarat-syarat itulah, kebanyakan domestikasi dilakukan pertama-tama
untuk keperluan kesenangan semata sebagai hewan timangan ( pet). Banyak jenis ikan
dan reptilia masa kini mulai ditangkarkan untuk keperluan sebagai peliharaan, namun
perilaku liarnya masih terbawa hingga sekarang. Domestikasi memerlukan puluhan
generasi untuk mendapatkan galur-galur yang benar-benar adaptif dengan
lingkungan buatan manusia, dikarenakan domestikasi konvensional memerlukan waktu
yang panjang.

Hewan Domestik Terpilih:


N Awal
o Hewan Peliaraan Proses Mayong Liar Tempat Awal
1 Domba/biri-biri 7.000 SM Domba padang Irak, Iran, Asia Barat Daya
(Ovis orientalis
aries)
Kambing Pegunungan Zagros, Irak,
2 Kambing 7.000 SM gunung Iran
(Capra aegagrus
hircus)
3 Babi 7.000 SM Babi hutan Anatolia, Asia Barat Daya
(Sus scrofa
domestica)
Asia Barat Daya dan
4 Sapi 6.500 SM Eropa,
(Bos primigenius India, Timur Tengah, and
taurus) Sub-Sahara
Sungai
5 Ayam 6.000 SM Ayam hutan Indus, Asia Tenggara
(Gallus gallus
domesticus)
Ukrainadan padang Eurasi
6 Kuda 4.000 SM Kuda liar a
(Equus ferus
caballus)
7 Kerbau 4.000 SM Kerbau liar Lembah Sungai Indus
(Bubalus bubalis)
Jazirah Arab dan Asia
8 Unta 3.000 SM Unta liar Tengah
9 Sapi Bali 2.500 SM Banteng Jawa
(Bos javanicus)
Sumber: Ronnie Liljegren. Die Domestizierung von Tieren. Dalam: Göran Burenhult
(2004). Menschen der Urzeit. Karl Müller.
Ada beberapa pola yang dikembangkan, yaitu game ranching dan game farming:
1.      Game ranching adalah penangkaran yang dilakukan dengan sistem pengelolaan yang ekstensif.
Ada dua arti yang berbeda (Robinson dan Bolen. 1984), pertama, suatu kegiatan penangkaran
yang menghasilkan satwa liar untuk kepentingan olah raga berburu, umumnya jebis binatang
eksotik, kedua, adalah kegiatan penangkaran satwa liar untuk menghasilkan daging, kulit,
maupun binatang kesayangan, seperti burung, ayam hutan dan sebagainya. Pola penangkaran ini
telah berkembang di Afrika, Amerika Serikat dan Australia. Di Indonesia sendiri pola ini telah di
coba dikembangkan untuk jenis-jenis ayam hutan, burung, reptil (buaya, ular, penyu) dan
ungulata (rusa, banteng).
2.      Pola yang kedua adalah game farming, yaitu kegiatan penangkaran satwa liar dengan tujuan
untuk menghasilkan produk-produk seperti tanduk, kulit, bulu, minyak dan taring/gading/tanduk.
Dalam pola ini dikembangkan juga penjinakan untuk keperluan tenaga kerja, misalnya gajah.
Prinsip penangkaran adalah pemeliharaan dan perkembangbiakan sejumlah satwa liar
yang sampai pada batas-batas tertentu dapat diambil dari alam, tetapi selanjutnya
pengembangannya hanya diperkenankan diambil dari keturunan-keturunan yang berhasil dari
penangkaran tersebut. Ada empat syarat untuk mengembangkan komoditi domestik melalui
penangkaran agar diperoleh hasil maksimal, yaitu ;
1.       Obyek (satwa liar), perlu memperhatikan populasinya di alam apakah mencukupi atau tidak,
kondisi species (ukuran badan, perilaku) dan proses pemeliharaan serta pemanfaatannya.
2.       Penguasaan ilmu dan teknologi, meliputi pengetahuan tentang ekologi satwa liar serta
dikuasainya teknologi yang sesuai dengan keadaan perkembangan dunia.
3.       Tenaga terampil untuk menggali dasar ekologi ataupun cara pengelolaan pada proses
penangkaran.
4.       Masyarakat, berkaitan erat dengan sosial budaya dan diharapkan sebagai sasaran utama dalam
proses pemasaran produk.
Penangkaran dalam rangka budi daya dilakukan dengan sasaran utama komersil terutama
dari segi peningkatan kualitasnya, sehingga metode yang diterapkan lebih ditujukan untuk
peningkatan jumlah produksi yang ditentukan oleh kaidah-kaidah ekonomi dan dikendalikan
pasar. Metode ini menerapkan teknologi reproduksi yang tinggi, seperti : inseminasi buatan,
transplantasi embrio, agar dapat dihasilkan keturunan jantan yang baik, sehingga terjadi
peningkatan.
Suatu alasan yang sangat penting agar peternakan satwa liar dapat dikembangkan adalah
karena satwa liar mempunyai daya adaptasi yang lebih tinggi dibandingkan ternak lain, Hal-hal
penting yang perlu diperhatikan untuk memperbesar kemungkinan domestikasi/penangkaran
adalah anggapan bahwa satwa liar tidak dapat didomestikasikan adalah karena kualitas keliaran.
Hal ini sama sekali tidak benar, sebab mamalia liar dapat dijinakkan sama mudahnya seperti
yang lain (Ertingham. 1984).

B.     Perubahan Yang Disebabkan Oleh Domestikasi


Perkembangan usaha peternakan telah sampai pada upaya perluasan jenis-jenis hewan
yang diusahakan untuk diambil hasilnya. Manusia telah mendomestikasi 20 – 3000 spesies
hewan. Hewan yang didomestikasi harus menerima sejumlah perubahan dalam pola
kehidupannya, sebab manusia memelihara hewan tersebut untuk diambil hasilnya. Hal ini telah
diringkas oleh Kilgour dan Dalton (1984), yang meliputi:
a)      Pengawasan terhadap breeding
Mengurangi jumlah pejantan dan atau menggunakan inseminasi buatan. Dengan teknologi alih
janin, betina dapat melahirkan anak tanpa adanya pejantan (diinseminasi).
b)      Bentuk perubahan kemampuan hidup
Ternak yang lemah dapat ditolong untuk hidup, penyakit dan parasit dapat dikontrol.
c)      Perubahan nutrisi
Kuantitas dan kualitas pakan dimanipulasi dan jenis pakan dapat dikurangi.
d)     Seleksi genetika
Hal ini dapat merubah hewan tersebut lain dari sesamanya dalam keadaan liar.
e)      Pengurangan dalam pemilikan bebas
Pada umumnya, alasan utama manusia melakukan budidaya satwa liar adalah karena
alasan ekonomis yang berasal dari bermacam-macam produk, misalnya: daging, minyak,
gading/tanduk/taring, kulit sampai pada pemanfaatan bulu dan nilai keindahan dari kekhasannya.
Salah satu cara budi daya dan pengembangan satwa liar menjadi komoditi domesti adalah
domestikasi atau penangkaran tersebut, sehingga kepastian penyediaan sumber pangan, sandang
(kulit dan rambutnya dijadikan bahan pakaian), serta di kemudian hari sebagai komoditi
perdagangan bagi manusia dapat terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
http://teknologi.kompasiana.com/group/terapan/2010/09/08/. Robinson dan Bolen. 1984.
pemanfaatan plasma-nutfah-peternakan-dengan-domestikasi/.

http://aagguussdaus.blogspot.com/2009/12/domestikasi-sapi-madura.html. Ertingham.
1984.

http://id.wikipedia.org/wiki/Domestikasi. Zairin. 2003.

http://drhyudi.blogspot.com/2010/09/sejarah-usaha-peternakan-di-indonesia.html. Jared
Diamond. 2004.

Ronnie Liljegren. Die Domestizierung von Tieren. Dalam: Göran Burenhult (2004). Menschen
der Urzeit. Karl Müller.

Anda mungkin juga menyukai