Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRATIKUM

FARMAKOLOGI II
PENGENALAN HEWAN PERCOBAAN

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
ANGGOTA KELOMPOK:
Meliza Fauziah (1801011)
Atika Novdila ( 19011150)
Putri Maudia Syahandy (19011152)
Shindy Yesi J (19011155)
Nafisah (19011161)
Nova Widia (19011164)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
(STIFARM)
PADANG
2021
OBJEK PRATIKUM 1
PENGENALAN HEWAN PERCOBAAN dan CARA PEMBERIAN
OBAT, PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN, dan
PERHITUNGAN DOSIS
I. TUJUAN
Mahasiswa mengetahui tentang hewan laboratorium yang dapat digunakan untuk uji coba
Mahasiswa diharapkan mampu memegang, memberikan perlakuan dan mengambil sampel cairan
dari hewan uji mencit, tikus, dan kelinci dengan benar.
Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat berdasarkan rute pemberian obat pada hewan

II. TEORI
Hewan banyak dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia sejak zaman
dahulu sebagai tenaga kerja, alat transportasi, konsumsi, hiburan maupun sebagai hewan
kesayangan dan untuk penelitian serta pengujian. Hewan yang digunakan dalam penelitian
disebut hewan coba atau hewan model yaitu hewan yang sengaja dipelihara untuk kepentingan
penelitian baik di laboratorium maupun dalam skala membantu meningkatkan pengetahuan dan
juga memberikan kontribusi dalam menemukan solusi terkait permasalahan biologis dan
biomedis baik pada manusia maupun hewan (Andersen & Winter 2019).
Mencit dan tikus adalah spesies rodensia yang banyak dipakai untuk model hewan
penelitian biomedis karena adanya kesamaan anatomis, fisiologis, dan genetiknya dengan
manusia (Bryda 2013).
Konsep animal welfare dari WSPA dikenal dengan nama “Five (5) Freedom“.hak-hak/kebebasan
berikut :
1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus).
Dilakukan dengan pemberian pakan minum yang ad libitum dan kemudahan hewan
dalam mengakses pakan dan minum kapanpun mereka kehendaki. Selain itu jenis pakan yang
diberikan haruslah sesuai dengan pakan alami dengan kandungan nutrisi yang seimbang.
2. Freedom from discomfort (bebas dari rasa panas dan tidak nyaman).
Dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan hewan terhadap tempat tinggal yang sesuai
atau pemberian naungan atau sarang yang sesuai.
3. Freedom from pain, injury, and disease (bebas dari luka, penyakit dan sakit).
Dilakukan dengan melakukan tindakan pencegahan, dan jika telah terkena maka harus
mendapatkan diagnosa dan terapi yang tepat. Selama penelitian haruslah menjalankan program
kesehatan yang telah ditetapkan,
4. Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan penderitaan).
Dilakukan dengan menghindari prosedur atau teknik yang menyebabkan rasa takut dan
stres pada hewan dan memberikan masa transisi dan adaptasi sebelum penelitian berlangsung
(adaptasi terhadap lingkungan baru, petugas kandang baru, pakan baru, atau prosedur baru).
5. Freedom to express normal behavior (bebas mengekspresikan perilaku normal dan
alami)
Diupayakan melalui penyediaan luasan kandang yang cukup, kualitas kandang yang baik,
dan teman dari hewan yang sejenis dengan memperhatikan sosialisasi, tingkah-laku spesifik
(misal cara mengambil makan), serta program pengayaan. (agustina,karang)
Pasal 27 Ayat (1) Yang dimaksud dengan "menghasilkan hewan peliharaan", antara lain,
mendomestikasikan satwa liar menjadi ternak, hewan jasa, hewan laboratorium, dan hewan
kesayangan. Yang dimaksud dengan "hewan jasa", antara lain, adalah hewan yang dipelihara
untuk memberi jasa kepada manusia untuk menjaga rumah, melacak tindakan kriminal,
membantu melacak korban kecelakaan, dan sebagai hewan tarik atau hewan beban. Yang
dimaksud dengan "hewan laboratorium" adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan
percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran, dan penghasil bahan biomedik ataupun
dikembangkan menjadi hewan model untuk penyakit manusia. Yang dimaksud dengan "hewan
kesayangan" adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan olah raga, kesenangan, dan
keindahan. Ayat (2) "Kawasan budidaya peternakan" adalah lokasi pengusahaan ternak dalam
suatu wilayah kabupaten/kota yang ditetapkan berdasarkan kesesuaian agroklimat, ketersediaan
sarana dan prasarana, potensi wilayah, dan potensi pasar. Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup
jelas .

Dosis merupakan jumlah tertentu dari obat yang dapat digunakan untuk mencapai efek
terapi. Dosis dibagi 5 jenis yaitu dosis minimum, lazim, maksimum, toksik dan letal. Untuk
menyatakan toksisitas akut suatu obat, umumnya dipakai ukuran LD50 (medium lethal dose 50)
yaitu suatu dosis yang dapat membunuh 50% dari sekelompok binatang percobaan. Demikian
juga sebagai ukuran dosis efektif (dosis terapi) yang umum digunakan sebagai ukuran ialah ED
50 (median effective dose), yaitu dosis yang memberikan efek tertentu pada 50% dari
sekelompok binatang percobaan. LD50 ditentukan dengan memberikan obat dalam dosis yang
bervariasi (bertingkat) kepada sekelompok binatang percobaan. Setiap binatang diberikan dosis
tunggal. Setelah jangka waktu tertentu (misalnya 24 jam) sebagian biantang percobaan ada yang
mati, dan persentase ini diterakan dalam grafik yang menyatakan hubungan dosis (pada absis)
dan persentase binatang yang mati (pada ordinat). Dalam studi farmakodinamik di laboratorium,
indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio berikut : TLD50 Indek terapi = ED50 atau ED50.
TLD50 merupakan suatu hasil dari pengujian (assay) dan bukanlah pengukuran kuantitatif. LD
50 bukanlah merupakan nilai mutlak, dan akan bervariasi dari satu laboratorium ke laboratorium
lain, dan bisa jadi pada laboratorium yang sama akan berbeda hasilnya setiap kali dilakukan
percobaan.
Penggunaan hewan dalam penelitian dan pengujian harus memenuhi prinsip kesrawan
dengan mengikuti kode etik penelitian, etik penggunaan dan etik pemeliharaan. Penggunaan
hewan sebagai subyek dalam penelitian harus secara moral menghormati hewan yang
dimanfaatkan dalam penelitian (respect); menguntungkan atau bermanfaat untuk pengetahuan
(beneficiary) dan harus bersikap adil (justice) dalam pemakaian hewan dalam arti tidak boleh
digunakan secara terus menerus.
Prinsip “3 Rs” atau konsep Tiga R' Russell dan Burch tertuang dalam buku ‘The
Principles of Human Experimental Technique” yaitu: replacement (penggantian), reduction
(pengurangan) dan refinement (perbaikan) (Cheluvappa et al. 2017). Konsep 3Rs merupakan
etika standar yang dapat digunakan sebagai landasan untuk mewujudkan suatu eksperimen yang
sesuai dengan prinsip kesrawan dengan cara mencari alternatif yang memungkinkan untuk
melakukan pengurangan jumlah hewan yang digunakan dalam percobaan, dan menyempurnakan
prosedur untuk meminimalkan atau menghilangkan penderitaan hewan coba.
Replacement Istilah replacement mengacu pada metode yang menghindari penggunaan hewan
dengan menggantinya dengan alternatif lain, seperti sel atau organisme yang lebih rendah.
Pengembangan metode replacement yang memungkinkan adalah penggunaan non-hewan dalam
penelitian, misalnya dengan non-mahluk hidup (inanimate systems), in-vitro dan hewan non-
tradisional. Konsep replacement ada 2 yaitu replacement absolut menggunakan non-hewan dan
replacement relatif menggunakan kelas/ordo lebih rendah atau mengganti hewan dengan
organ/kultur jaringan hewan dari rumah potong atau simulasi komputer (Baker 2011).
Reduction, Reduction (Cheluvappa et al. 2017) mengacu pada metode yang meminimalkan
penggunaan hewan dan memungkinkan peneliti untuk memperoleh jumlah informasi yang
sebanding dari lebih sedikit hewan atau untuk mendapatkan lebih banyak informasi dari jumlah
hewan yang sama tanpa meningkatkan rasa sakit atau kesusahan. Beberapa metode untuk
mengurangi jumlah hewan dalam penelitian dapat dilakukan dengan menetapkan group size yang
rasional, melalui pilot study (penelitian pendahuluan), perhitungan statistik untuk menentukan
jumlah populasi hewan termasuk power analisis yang merujuk kepada literatur yang berkualitas
baik dan/atau pedoman yang berlaku. (tissue archive; tissue sharing).
Refinement , (Cheluvappa et al. 2017) mengacu pada metode yang meminimalkan atau
mengurangi potensi rasa sakit dan kesusahan serta meningkatkan kesejahteraan untuk kehidupan
hewan dengan memodifikasi teknik/metode penelitian. Penyempurnaan teknik atau metode yang
digunakan dalam prosedur perlakuan pada hewan dapat mengurangi rasa sakit dan distress pada
saat penelitian dan meningkatkan kualitas penelitian. Contoh penerapan konsep refinement
adalah dengan memilih metode yang paling non invasif yang tidak menimbulkan rasa sakit dan
stres hewan, program manajemen rasa sakit (anestesia, analgesia), penggunaan metode yang
sudah terstandar dan habituasi terhadap prosedur pemeliharaan maupun prosedur penelitian serta
melibatkan personil yang terlatih dan kompeten.
3. RUTE PEMBERIAN OBAT
1. Oral (os)
2. Intarperitoneal (ip)
3. Subkutan (sc)
4. Intramuskular (im)
5. Intravena (iv)
6. Intratekal (it)
7. Intracerebrospinal (inc)
*Cara memperlakukan mencit.
Mencit diangkat dengan memegangnya pada ujung ekornya dengan tangan kanan (gambar 1.1)

Dengan tangan kiri , kulit tengkuknya dijepit diantara telunjuk dan ibu jari.
Kemudian ekornya dipindahkan dari tangan kanan keantara jari manis dan jari kelingking tangan
kiri, hingga mencit cukup erat dipegang (gambar 1.3)
*Cara pemberian obat
a. Oral diberikan dengan alat suntik, dilengkapi dengan jarum oral. Kanulla ini dimasukkan
melalui tepi langit-langit kebelakang sampai esofagus. (Gambar 1.4)

b. Subkutan diberikan dibawah kulit pada daerah tengkuk.


c. Intarvena penyuntikan dilakukan pada vena ekor menggunakan jarum no. 24. mencit
dimasukkan kedalam pemegang (dari kawat/bahan lain)dengan ekornya menjulur keluar. Ekor
dicelupkan kedalam air hangat untuk mendilatasi vena guna mempermudah penyuntikan.
d. Intra muskular menggunakan jarum no 24 disuntikkan kedalam otot paha posterior.
e. Intra peritonial untuk ini hewan dipegang pada punggungnya sehingga kulit abdomennya
menjadi tegang (gambar 1.5).

Pada saat penyuntikan posisi kepala mencit lebih rendah dari abdomennya. Jarum disuntikkan
dengan membentuk sudut 100 dengan abdomen, agak menepi dari garis tengah untuk
menghindari terkenanya kandung kencing. Jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.
Volume penyuntikan untuk mencit umumnya adalah 1 ml/100 g bobot badan. Kepekaan larutan
obat yang disuntikan disesuaikan dengan volume yang dapat disuntikan tersebut.
III. ALAT DAN HEWAN YANG DIGUNAKAN
3.1 ALAT
1. Masker
2. Sarung tangan
3. Kandang restain
4. Spuit oral / sonde
5. Spoit 1 ml dan 3 ml

3.2 HEWAN YANG DIGUNAKAN


1.Mencit
2. Tikus
IV. CARA KERJA
4.1 CARA MEMEGANG MENCIT
1. Mencit diangkat dengan cara memegang ekor kearah atas dengan tangan kanan
2. Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulitntengkuk mencit
3. Ekor dipindahkan dari tangan kanan,dijepit antara jari kelingking dan jari manis

4.2 CARA MEMEGANG TIKUS


1. Angkat tikus dari kandang pada pangkal ekornya dengan takan kanan
2. Biarkan tikus mencengkram alas kasar atau kawat
3. Luncurkan tangan kiri dari belakang tubuh ( punggungnya ) kearah kepala. Selipkan antara jari
tengah dan telunjuk pada tengkuk tikus sedang ibu jari,jari manis dan kelingking diselipkan
disekitar perut sambil menangkup punggung tikus dengan telapak tangan

4.3 CARA PERHITUNGAN DOSIS PEMBERIAN OBAT PADA MENCIT


Konversi dosis hewan = Dosis Lazim x Faktor Konversi
Jumlah yang ditimbang = Larutan Persediaan/Dosis dalam volume x hasil konversi dosis obat
%Kadar = Jumlah obat yang ditimbang/Dosis dalam voluime x 100%
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL
Buatlah perhitungan dosis dan volume pemberian, serta konsentrasi larutan yang diperlukan,
untuk memberikan obat PCT, dengan dosis lazim 500 mg ke mencit dalam oral
Dosis Lazim untuk manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit = Dosis lazim x Faktor konversi
= 500mg x 0,0026
= 1,3 mg untuk mencit dengan BB 20 gr
Dosis ini diberikan dalam volume = 1/100 x 20
= 0,2 ml
Dibuat dalam persediaan = 200 ml
Jumlah yang ditimbang = 200 ml/ 0,2 ml x 1,3 mg
= 1300 mg = 1,3 gr
% Kadar obat = 1,3/200 x 100%
= 0,65 %
Jika yang digunakan tablet PCT 650 mg, berapa yang kita timbang
Berat tablet = 650 mg
Berat yang ditimbang = 1,3 mg/500mg x 650 mg
= 1,69 mg
5.2 Pembahasan
Pada percobaan pratikum kali ini, kami mempelajari tentang pengenalan hewan
percobaan, dimana hewan yang kami gunakan yaitu mencit dan tikus putih galur Sprague
dawlay, dimana berat tikus dewasa antara 250-300 g untuk betina dan 450-520 g untuk jantan.
Usia hidup nya pun antara 2,5-3,5 tahun. Sedangkan untuk mencit 20-30 g. Hewan percobaan
yang digunakan harus memiliki prinsip 3 R dalam protocol penelitian yaitu
Replacement,Reduction,dan Refinement. Jumlah minimal biasa dihitung menggunakan rumus
frederer yaitu (n-1) (t-1) >15. Pada awal percobaan setiap kelompok praktikan diberikan hewan
uji seperti mencit dan tikus. Sebelum memulai praktikum setiap praktikan diwajibkan memakai
handscoon. Pada pengenalan pertama setiap praktikan diwajibkan untuk bisa memegang hewan
uji dengan cara yang baik dan benar,cara memegang mencit dan tikus pun berbeda. Cara
memegang mencit yaitu dengan memegang ekor kearah atas dengan tangan kanan,lalu letakkan
di permukaan yang kasar biarkan mencit menjangkau atau mencengkram alas yang kasar (kawat
kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit
seerat atau setegang mungkin. Lalu ekor dipindahkan dari tangan kanan dijepit antara jari
kelingking dan jari manis tangan kiri,dengan demikian mencit telah terperangkap oleh tangan
kiri dan siap untuk diberi perlakuan.

Sedangkan cara memegang tikus itu berbeda lagi karena tikus ukurannya lebih besar dari
mencit. Tikus tidak akan menyerang kecuali merasa terancam atau diprovokasi,langkah awal
untuk pengambilan tikus dari kandang sebaiknya tidak dilakukan dengan memegang ekor seperti
halnya mencit karena tikus dapat menjadi stress dan mengalami luka. Biasanya bila tikus
diangkat dengan memegang ekor tikus akan berputar-putar di udara. Hal ini dapat di atasi dengan
memegang pangkal ekor atau langsung menggenggam nya di sekitar bahu. Pertama-tama angkat
tikus dari kandang pada pangkal ekornya dengan tanga kanan biarkan tikus mencengkram alas
kasar atau kawat luncurkan tangan kiri dari belakang tubuh (punggung nya) kearah kepala. Lalu
selipkan antara jari tengah dan telunjuk pada tengkuk tikus sedang ibu jari,jari manis dan
kelingking di selipkan disekitar perut sambil menangkup punggung tikus dengan telapak tangan.

Setelah praktikan dapat memegang mencit dan tikus dengan baik dan benar selanjutnya
praktikan akan memberikan suntikan sonde yang berisi Na CMC. Na CMC tidak ada efek
samping untuk hewan uji,jadi praktikan dapat menyuntikkan hewan uji beberapa kali tanpa takut
hewan uji akan mati atau pun cacat.Ada beberapa bagian yang dapat kita suntikkan, yang
pertama kita dapat menyuntikkan secara oral yaitu dengan memasukkan suntik sonde pada
langit-langit mulut,kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai ke esophagus dan cairan obat
dimasukkan. Yang kedua secara subkutan yaitu dengan cara kulit dimasukkan obat
menggunakan alat suntik 1 ml dan jarum ukuran 27 G/0,44 mm. Selain itu juga bisa didaerah
belakang tikus. Yang ketiga secara intravena yaitu mencit dimasukkan didalam kandang restriksi
mencit,dengan ekornya menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat (28/30°C) agar
pembuluh vena ekor mengalami dilatasi,sehingga ,memudahkan pemberian obat kedalam
pembuluh vena. Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik no 24. Yang ke
empat secara intramuscular yaitu obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no
24. Dan yang terakhir secara intrateritonial yaitu pada saat penyuntikan,posisi kepala lebih
rendah dari pada abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada
daerah yang sedikit menepi dari garis tengah agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih.
Penyuntikan tidak didaerah tidak terlalu tinggi untuk menghindari terjadinya penyuntikan pada
hati.

Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek
tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit. Untuk memberikan dosis pada mencit kita
melakukan konversi dosis untuk mencit. Dengan rumus

Konversi dosis = Dosis lazim x Faktor konversi

Dosis diberikan untuk volume 100ml

Jumlah yang ditimbang= dibuat dalam persediaan/ dosis dalam volume x konversi dosis

Bahan uji yang kita gunakan yang tersedia dalam bentuk padat harus dibuat dalam bentuk
larutan atau suspensi terlebih dahulu, supaya dapat diberikan dengan sonde lambung. Bahan uji
diberikan secara peroral dengan sonde yang berujung tumpul, sedikit membendol pada ujungnya
dan dibuat agak bengkok melengkung. Ujung sonde yang tumpul bertujuan menghindari masuk
ke trakea dan menghindari trauma pada mencit, pratikan harus berhati hati saat memberikan
sonde oral pada mencit.
Saat memegang mencit praktikan harus tenang agar mencit tidak merasa terancam,mencit
dapat merasakan keadaan sekitar. Jika mencit sudah stress maka akan lebih sulit untuk
memegang mencit. Pengambilan mencit dari kandang harus dilakukan dengan hati-hati , karena
mencit merupakan hewan yang selalu berusaha untuk menggigit dan mampu meloncat sampai
beberapa meter bila merasa terancam.

Volume cairan yang diberikan pada hewan percobaan harus diperhatikan tidak melebihi
jumlah tertentu,dan jumlah yang kami dapatkan dari praktikum kemarin untuk pemberian obat
paracetamol dengan dosis lazim 500 mg diberikan ke mencit secara oral dengan menggunakan
sonde. Dan dosis lazim manusia 500 mg. dikonversikan dosis untuk mencit didapatkan 1,3 mg
untuk mencit dengan berat 20 g. Dosis yang diberikan dalam volume 0,2 ml , larutan persediaan
dibuat sebanyak 200 ml. Sehingga jumlah paracetamol yang ditimbang yaitu 1,3 g.

Lalu kita akan mencari persen kadarnya. Persen kadarnya didapatkan 0,65 % . Jika yang
digunakan tablet paracetamol 650 mg maka timbang tablet paracetamol yang akan digunakan
dengan berat serbuk sebanyak 1,69 mg.

Alat suntik yang digunakan untuk menyuntikkan dibagian bawah kulit mencit yaitu
dengan alat suntik yang berukuran 1 ml dan jarum ukuran 27G / 0,4 mm.

Juga ada beberapa cara mengorbankan hewan yaitu :

1. Cara terbaik adalah dengan menggunakan karbondioksida dengan wadah khusus

2. Pentobarbital natrium dengan dosis 135 – 180 mg / kg

3. Dengan cara fisik dapat dilakukan dislokasi leher

Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher.proses dislokasi dilakukan dengan cara :

1. Ekor mencit dipegang dan kemudian ditempatkan pada permukaan yang bisa
dijangkau,biarkan mencit meregangkan badannya

2. Saat mencit meregangkan badannya, pada tengkuk ditempatkan suatu panahan, misalnya
pensil atau batang logam yang dipegang dengan tangan kiri

3. Ekornya ditarik dengan tangan kanan dengan keras, sehingga lehernya akan terdislokasi
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Rahmad., dkk.2020.Penuntun pratikum farmakologi. Padang: Fakultas


Farmasi Universitas Andalas

Agustina, Karang K. Kesejahteraan hewan laboratorium.Fakultas kedokteran:


Universitas Udayana

Departemen farmakologi farmasi. 2019.Penuntun Pratikum Farmakologi dan


Toksikologi Fakultas Farmasi Usu. Fakultas farmasi: Universitas Sumatera Utara

Syamsul, Siswanto E., Andani, Fitriya.2016. Uji aktivitas analgetik ektrak etanolik
daun kerehau ( callicqrpa longifolia). Pada mencit putih. Vol. 21 (2). Kalimanatan:
akademi farmasi samarinda

Wahyuwardani, Sutiastuti., Noor, SM. 2020.Etika Kesejahteraan Hewan Dalam


Penelitian dan Pengujian:Implementasi dan Kendalanya. Bogor: Balai besar penelitian
veteriner
DOKUMENTASI

Cara memegang mencit Cara menjinakkan mencit

Mencit disuntikkan secara intraperitonial Cara memegang tikus


Cara penyuntikan melalui esophagus Mencit yang didalam kandang

Alat yang digunakan untuk praktikum

Anda mungkin juga menyukai