Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRATIKUM

FARMAKOLOGI II
AKTIVITAS ANALGETIK

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
ANGGOTA KELOMPOK:
Meliza Fauziah (1801011)
Atika Novdila ( 19011150)
Putri Maudia Syahandy (19011152)
Shindy Yesi J (19011155)
Nafisah (19011161)
Nova Widia (19011164)

Dosen Pengampu :
Ifora,m.farm.Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGI II
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
(STIFARM)
PADANG
2021
OBJEK PRATIKUM 3
AKTIVITAS ANALGETIK

I. Tujuan Percobaan
Dapat mengamati respon geliat atau writhing reflex pada mencit akibat induksi
kimia
Dapat mengetahui mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat (duration
of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum

II. Teori
Nyeri merupakan gejala yang sering terjadi pada manusia, yang bisa dikurangi
tanpa kehilangan kesadaran dengan analgesik. Salah satu obat analgesik-antipiretik
adalah parasetamol. Jika parasetamol digunakan dalam dosis besar dan dalam jangka
waktu lama dapat meningkatkan risiko hepatotoksik.  ( Pradistapuspa, 2020)

Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri, dimana nyeri biasanya disebabkan
oleh trauma mekanik, fisika, kimia, ataupun trauma lain yang mengakibatkan
rangsangan pada reseptor nyeri. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang

tidak menyenangkan dan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan .Obat yang
digunakan dalam penanganan nyeri adalah analgetik misalnya ibuprofen. Obat

nyeri atau obat antiinflamasi non steroid jika digunakan dalam jangka panjang dapat
merugikan kesehatan, dari efek samping seperti sakit kepala,mual, muntah sampai
kerusakan hati dan ginjal. (Syamsul, 2016

Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan dirasakan sebagai
rasa sakit. Nyeri dapat timbul dibagian tubuh manapun sebagai respons terhadap
stimulus yang berbahaya bagi tubuh, seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin, tertusuk benda tajam, dan patah tulang. Rasa nyeri timbul apabila terjadi
kerusakan jaringan akibat luka, terbentur, dan terbakar. Hal ini akan menyebabkan
individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi tubuhnya (Hanifa,2017).
Sensasi nyeri tersebut bisa diminimalisir dengan pemberian obat-obatan
penghilang rasa nyeri (analgesik). Analgesik adalah zat-zat yang dalam dosis tertentu
dapat memberikan efek mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri (Schmitz dkk.,
2008). Obat yang memiliki sifat anti-inflamasi, antipiretik, dan analgesik disebut obat
anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Beberapa contoh OAINS yang dapat berfungsi
sebagai analgesik antara lain adalah aspirin, asam mefenamat, diklofenak, ibuprofen,
meloksikam. Meloksikam merupakan OAINS yang selektif terhadap siklooksigenase-
2 (COX-2) tanpa menghambat aktifitas enzim COX-1, penghambatan enzim COX-1
menghindari pembentukan prostacyclin (PgI2) yang bertanggung jawab untuk efek
iritasi lambung-usus. Obat-obat tersebut merupakan obat kimia sintetik yang tidak
terlepas dari efek sampingEfek samping obat tersebut diantaranya adalah gangguan
pencernaan, edema, nyeri kepala, anemia, insomnia, batuk, pruritus, rash, dan
gangguan miksi . Hal ini menyebabkan pengobatan dengan cara tradisional dan
pemakaian obat tradisional masih banyak dilakukan dalam mengurangi bahkan
menghilangkan nyeri oleh masyarakat secara luas baik di daerah pedesaan maupun
daerah perkotaan (Hanifa, 2017)

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika
umum) . Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok
besar, yakni : a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang
tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk
kelompok ini. b. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti pada fraktur dan kanker ( costa, 2016)

Asetosal adalah obat golongan anti-inflamasi non-steroid salisilat yang


memiliki banyak kesamaan sifat dengan anti-inflamasi non-steroid non-asetosal.
Asetosal dan salisilat lain memiliki sifat analgesik, anti-inflamasi, dan sifat antipiretik
mereka bertindak sebagai inhibitor enzim siklooksigenase, yang menghasilkan
penghambatan langsung biosintesis prostaglandin dan tromboksan dari asam
arakidonat. Asetosal juga menghambat agregasi platelet; sedangkan non-asetat
salisilat tidak. Asetosal digunakan untuk menghilangkan ringan sampai nyeri sedang
seperti sakit kepala, dismenorea, mialgia, dan rasa sakit pada gigi. Asetosal juga telah
digunakan dalam pengelolaan rasa sakit dan peradangan pada rematik akut dan kronis
gangguan seperti rheumatoid arthritis, juvenile idiopathic arthritis, osteoarthritis, dan
ankylosing spondylitis. Dalam pengobatan kondisi demam ringan, seperti pilek atau
influenza, asetosal dapat mengurangi suhu dan meredakan sakit kepala serta nyeri
sendi dan otot (costa, 2016)

Metode-metode pengujian aktivitas analgesik bertujuan untuk menentukan


secara reprodusibel suatu zat uji terhadap ambang nyeri dengan mengukur respon
refleknya terhadap rangsangan syok panas, tekanan, listrik dan kimia. Induksi nyeri
meliputi mekanik, elektrik dan kimia. Pada umumnya daya kerja analgesik pada
hewan dinilai dengan : 1. Mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang haru
diberikan sampai ada respon nyeri. 2. Jangka waktu ketahanan hewan terhadap
stimulus nyeri. 3. Besarnya frekuensi respon nyeri. (costa,2016)

Obat-obat antiradang, analgesikdan antipiretik merupakan suatu kelompok


senyawa yang heterogen, sering tidak berkaitan secara kimia (walaupun kebanyakan
diantaranya merupakan asam organik) namun mempunyai kerja terapeutik dan efek
samping tertentu yang sama. Protetipenya adalah aspirin; oleh karena itu, senyawa-
senyawa ini sering disebut obat mirip aspirin dan juga sering disebut obat antiradang
nonsteroid atau NSAID (Non Steroid Antiinflamasi Drugs)NSAID adalah suatu
kelompok agen yang berlainan secara kimiawi dan memeiliki perbedaan dalam
aktivitas antipeiretik, analgesik dan anti-inflamasinya. Obat ini terutama bekerja
melalui penghambatan enzim siklooksigenasi yang mengkatalisis langkah pertama
dalam biosisntesis prostanoid. NSAID dalam digolongkan menjadi

1. Aspirin dan derivatnya

2. Derivat asam propionic

3. Derivat asam acetit

4. Derivat oxicam

5. Fenamte

6. Asam hetoaryl acetic

7. Nabumetone8.Celecoxib

(Stevani,2017)
Agar intensitas nyeri berkurang, maka dapat diberikan obat analgesik. Obat
analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan hilangnya
kesadaran.. Kombinasi obat yang berasal dari golongan yang berbeda dapat
memberikan efek analgesik dengan dosis yang lebih rendah, sehingga dapat
mengurangi efek samping penggunaan obat.. Parasetamol dan tramadol merupakan
contoh kombinasi obat yang sering digunakan dan terbukti efektif untuk mengobati
nyeri sedang hingga berat.Parasetamol tergolong obat analgesik antipiretik dengan
efek anti inflamasi minimal,yang umumnya digunakan untuk meredakan sakit kepala,
demam dan nyeri ringan hingga sedang.Apabila dikombinasikan dengan analgesik
opioid, parasetamol dapat digunakan untuk pengobatan nyeri yang lebih berat, seperti
nyeri paska operasi dan terapi paliatif untuk pasien kanker.Berbagai macam opioid
yang sering dikombinasikan dengan parasetamol. (Haspari,2016)

Dosis tetap analgesik kombinasi dengan dua obat atau lebih dapat memberikan
manfaat sinergistik untuk mengobati beberapa mekanisme nyeri.Studi in vivo pada
tikus menunjukkan bahwa kombinasi parasetamol dan tramadol menghasilkan efek
sinergis pada berbagai dosis.Beberapa percobaan lain juga membuktikan bahwa
kombinasi kedua obat tersebut dapat meredakan nyeri dengan lebih cepat,
dibandingkan dengan penggunaan obat sebagai monoterapi.Penelitian megenai
pengaruh kombinasi obat analgesik terhadap kadar ureum masih terbatas. Penelitian
sebelumnya menunjukkan terjadinya peningkatan kadar ureum pada tikus albino yang
diberi obat golongan OAINS selain parasetamol.Sementara itu, penelitian yang
menggunakan kombinasi parasetamol dan tramadol tidak meneliti kadar ureum
sebagai indikator pengaruh obat terhadap fungsi ginjal. ( Haspari, 2016)

Parasetamol bekerja dengan menghambat pusat COX, dan diyakini memiliki potensi
lemah untuk menghambat sintesis prostaglandin perifer bila diberikan pada dosis
terapi. Sehubungan dengan metabolisme parasetamol, hanya ada sedikit bukti untuk
pengaruh parasetamol pada fungsi ginjal. Obat dengan aktivitas anti-prostaglandin
dapat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk meregulasi tekanan glomerular dan
menurunkan GFR. Tetapi dari salah satu studi sebelumnya didapatkan hasil bahwa
parasetamol telah terbukti tidak berpengaruh pada GFR pada subjek normal.
(Haspari,2016)

Perhitungan besar kecilnya daya analgetik pada masing masing kelompok


dapat ditentukan setelah didapat jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam
dengan menghitung presentase daya analgetiknya masing kelompok dengan
rumus :

% daya analgetik = 100% - (p/k x 100%). P= Jumlah kumulatif geliat mencit


kelompok perlakuan; K= Jumlah kumulatif geliat mencit kelompok kontrol
negatif. (Syamsul, 2016)
III. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT

Batang pengaduk

Spuit oral (sonde oral)

Spuit 1 ml

Stop watch

Timbangan berat badan

3.2 BAHAN

Paracetamol 500mg/kbBB manusia PO

Meloksikam 15mg/kbBB manusia PO

Asetosal 500mg/kbBB manusia PO

Asam asetat 1%, 0,2 ml PO

Nacmc
IV. CARA KERJA

Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing-masing kelompok


terdiri dari 3 ekor mencit. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda.
Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta
memperlihatkan perilaku normal.

1. Digunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor setelah ditimbang, hewan


dikelompokkan secara rawu yang dibagi dalam 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari
3 ekor.

Kelompok I sebagai kontrol dan diberikan N.CMC

Kelompok II sebagai asam asetat 1% dan asetosal

Kelompok III sebagai asam asetat 1% dan Parasetamol

Kelompok IV sebagai asam asetat 1% dan Meloksikam

2. Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing
mencit

3. 15-30 menit setelah pemberian uji, semua mencit kemudian disuntik secara
intraperitoneal dengan larutan 0,2 ml asam asetat 1% v/v (10ml/kg)

4. Amati dan catat jumlah geliatan mencit setelah pemberian asam asetat, geliatan
mencit dapat berupa perut kejang dan kaki tertarik ke belakang selama 30 menit setiao
5 menit
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL

BB mencit dan Dosis diberikan dalam Volume

Mencit 1 = 25,6 g 1/100 x 25,6 = 0,256 ml

Mencit 2 = 29,5 g 1/100 x 29,5 = 0,295 ml

Mencit 3 = 24,9 g 1/100 x 24,9 = 0,249 ml

Tabel Volume

PERLAKUAN Replikasi Berat Volume Pemberian (ml) % Daya


Badan Analgetik
(BB) Peoral Intraperitoneal

ASAM ASETAT 1% 1 25,6 g 0,256

2 29,5 g 0,295

3 24,9 g 0,249

ASETOSAL 1 27,5 g 0,275 52,9 %

2 27 g 0,27

3 27,8 g 0,278

PARACETAMOL 1 28,4 g 0,284 60,7 %

2 27,9 g 0,279

3 27,8 g 0,278

MELOKSIKAM 1 25,6 g 0,256 46,2 %

2 24,5 g 0,245

3 24,9 g 0,249

Na CMC 1 25,4 g 0,254

2 27,7 g 0,277

3 27,0 g 0,27
Perlakuan No. Jumlah Geliat Hasil Jumlah
mencit rata-
5 10 15 20 25 30 rata

Nacmc 1 35 31 34 30 25 35 191 719/3


=239,6
2 54 63 38 26 35 30 246

3 68 58 54 48 22 20 282

Asetosal 1 15 46 42 40 28 21 142 339/3


=113
2 13 14 14 7 10 8 66

3 15 30 30 25 17 14 131

Parasetamol 1 12 24 13 15 9 14 87 287/3
=94,33
2 3 1 5 21 7 1 38

3 20 40 30 23 24 21 158

Meloksikam 1 25 25 12 56 50 39 207 387/3


=129
2 22 18 26 15 13 9 103

3 30 5 13 15 8 6 77

% Daya Analgetik = 100 - jumlah geliatan perlakuan x 100%

Jumlah geliatan kontrol

= 100 - 129 x 100%

239,66

= 100 - 0,538 x 100 %

= 100 - 53,8 %

= 46,2 % meloksikam

% Daya Asetosal = 100 - 113 x 100

239,66
= 100 - 0,471 x 100%

= 100 - 47,1 %

= 52,9 %

% Daya Patacetamol = 100- 94,33 x 100%

239,66

= 100 - 0,393 x 100%

= 100- 39,3 %

= 60,7 %
5.2 PEMBAHASAN

Pada pratikum kali ini kami melakukan percobaan uji aktivitas analgetik
mencit. Metode uji aktivitas analgesik yang digunakan pada pratikum ini adalah
writhing reflex dengan cara penghambatan nyeri akibat induksi kimia larutan asam
asetat yang diberikan secara oral pada mencit putih. Metode ini dipilih karna lebih
sederhana dan lebih mudah pelaksanaan serta pengamatannya. Senyawa yang kami
gunakan yaitu, asam asetat 1%, Na.CMc, Parasetamol, Asetosal dan Meloksikam.
Pengujian aktivitas analgetik ini dilakukan oleh empat kelompok dimana tiap
kelompok terdiri dari 3 ekor mencit, setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang
berbeda. Hewan yang kami gunakan hewan yang dianggap sehat , berat badan standar
serta memperlihatkan perilaku normal.

Kelompok I sebagai kontrol diberikan asam asetat 1% dan N.CMC

Kelompok 2 sebagai kelompok Asam asetat 1% dan Asetosal

Kelompok 3 sebagai kelompok asam asetat 1% dan parasetamol

Kelompok 4 sebagai kelompok asam asetat 1% dan meloksikam

Geliatan pada mencit terjadi sebagai respon nyeri akibat diberikannya penginduksi
nyeri larutan asam asetat 1% setlah 30 menit pemberian asam asetat, dilanjutkan
dengan uji kelompok yang telah dibagikan senyawanya. Dimana kami kelompok 4
mendapat senyawa meloksikam, dengan melakukan penyuntikkan intraperitonial pada
hewan uji coba. Aktivitas analgetik ditentukan dengan mengamati jumlah geliat pada
mencit setelah pemberian senyawa yang akan diuji secara intraperitonial .
Pengamatan kami terhadap perlakuan jumlah geliat dilakukan untuk mengetahui
aktivitas analgesik dari suatu senyawa yang kami uji cobakan. Lalu jumlah geliatan
yang terjadi pada tiap ekor mencit diamati 30 menit . Setelah pemberian senyawa
akan diujikan ditunggu selama 30 menit dengan harapan senyawa tersebut sudah
mencapai sel target dan kerja obat(onset of action) lalu dilakukan lagi pengamatan
jumlah geliat selama 30 menit berselang 5 menit setelah pemberian penginduksi nyeri
larutan asam asetat. Hasil pengamatan respon nyeri dapat dilihat pada tabel hasil yang
telah kami uji.
Analgetik adalah suatu obat atau senyawa yang digunakan untuk mengurangi
atau menghalau rasa sakit atau nyeri. Tujuan dari percobaan ini adalah mengenal
berbagai cara untuk mengevaluasi efek analgesik dari suatu obat.

Meloksikam bekerja menghambat prostaglandin,

Obat analgetik berupa meloksikam untuk kelompok kami, diberikan pada


mencit dilakukan secara per oral. Setelah diberikan didiamkan dan biarkan dia tenang
selama 15 menit.

Geliatan mencit yang kami amati dengan

1. Torsi pada satu sisi

2. Kontraksi otot yang terputus putus

3. Kaki belakang dan kepala tertarik kearah belakang sehingga menyentuh dasar
ruang yang ditempatinya

4. Penarikan kembali kelala serta kaki belakang ke arah abdomen

Setiap satu kali dilakukannya pergerakan sesuai dengan data diatas maka termasuk
dalam perhitungan jumlahnya

Hewan uji yang dipakai adalah mencit jantan yang sehat dengan berat badan
20-30g. Berperilaku normal, berbulu halus, tidak mengalami penyusutan berat badan
setiap harinya. 3 ekor mencit yang sudah dibagikan tiap kelompok dilakukan
penimbangan berat badan. Dimana berat badan mencit :

1 = 25,6

2 = 29,1

3 = 24,9,

setelah melakukan penimbangan dapat kita cari jumlah volume, hasil yang diperoleh
yang akan kita intraperitonialkan pada mencit.

Pemberian asam asetat 1% pada hewan percobaan yang digunakan sebagai


penginduksi nyeri karena menyebabkan rasa sakit akibat iritasi yang berat pada
mukosa membran rongga perut sehingga kaki tertarik ke belakang, meregang dan
abdomen menyentuh dasar plate form. Nyeri seperti ini termasuk nyeri dalaman
(viseral) atau nyeri perut mirip sifat menekan dan disertai reaksi vegetatif. Nyeri ini
disebabkan oleh adanya rangsang yang merangsang syaraf nyeri di daerah visceral
terutama dalam rongga dada dan perut . Penggunaan asam asetat sebagai indikator
dalam percobaan ini karena hiperalgeria asam. Asetat merupakan asam lemah yang
tidak berkonjugasi dalam tubuh, pemberiaan sediaan asam asetat terhadap hewan
percobaan akan meransang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat
adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.

Prostaglandin menyebabkan sensitasi reseptor nyeri terhadap


stimulasimekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan
heperalgesia. Kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin meransang
dan menimbulkan nyeri nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki belakang
saat efek duri penginduksi ini bekerja.

Larutan asam asetat diberikan setelah 15 menit juga bertujuan agar obat yang
telah diberikan sebelumnya mengalami fasg absorbsi untuk meredakan rasa nyeri,
setelah beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat dengan ditandai perut
kejang dan kaki ditarik ke belakang.

Pemilihan pemberian secara intra peritoneal karena memungkinkan sediaan


lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh cepat memberi efek. Pemeberian asam asetat
melalui oral sangat dihindari karena akan merusak saluran pencernaan, karena sifat
kerongkongan yang tidak tahan asam.

Pada pratikum kali ini didapatkan jumlah geliat dari simencit dengan larutan
meloksikam dan asam aseat 1% setelah disondekan ke mencit sebanyak 129 geliat.

Perhitungan besar kecilnya daya analgetik pada masing masing kelompok


dapat ditentukan setelah didapat jumlah kumulatif geliat mencit selama 1 jam dengan
menghitung presentase daya analgetiknya masing kelompok dengan rumus : % daya
analgetik = 100% - (p/k x 100%). P= Jumlah kumulatif geliat mencit kelompok
perlakuan; K= Jumlah kumulatif geliat mencit kelompok kontrol negatif. % daya
analgetik dari kelompok kami dengan menggunakan senyawa obat meloksikam yaitu
46,2 %. kelompok 1 sebagai kelompok kontrol mendapatkan jumlah geliat sebanyak
239,66. Dari jumlah geliat mencit dengan menggunakan senayawa obat meloksikam
dapat kita peroleh hasil % daya analgetiknya.
Dari hasil yang kita pereloh kelompok 1 yang sebagai pengamat kontrol mencit
menghasilkan respon yang banyak jumlah geliatan, karena na cmc tidak mempunyai
aktivitas analgetik. Sedangkan asetosal,paracetamol,dan meloksikam bekerja
menghambat prostaglandin yang menyebabkan rasa nyeri. Nyeri tersebut yang dapat
menurunkan jumlah geliat pada mencit. kelompok kontrol negatif tidak mempunyai
pengaruh terhadap hewan uji dan tidak mempunyai efek analgetik.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

 Obat analgetika adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri
 Obat analgetika dibagi menjadi dua golongan
1.non opioid
2.opioid
 Hasil pengerjaan percoban didapatkan hasil persen proteksi yang menunjukan
keefektifan obat dalam menghilangkan nyeri,yaitu paracetamol lebih efektif
dari pada asetosal

6.2 Saran

 Hati –hati saat pelaksanaan pratikum berlangsung .


 Diharapkan praktikan mematuhi prosedur pratikum sesui aturan yang
diterapkan.
 Diharapkan praktikan teliti dalam melaksanakan praktikum
 Telitilah dalam menghitung jumlah geliat
DAFTAR PUSTAKA
Costa, canindera. 2016. Uji aktivitas analgesik senyawa 4-bromobenzoilurea pada
mencit putih (mus musculus) dengan metode writhing test. Surabaya:
Universitas airlangga

Hanifa, widya., isa, m , dkk. 2017. Potensi Insfusa batang sernai ( wedelia biflora)
sebagai analgesik pada mencit ( mus muscular). Laboratorium
farmakologi: FK Universitas Syiah kuala

Haspari, ayuningtyas I., Nugroho, eko T,.2016. Pengaruh pemberian analgesik


kombinasi parasetamol dan tramadol terhadap kadar ureum serum
tikus wistar. Vol. 5, No. 4 . Semarang: Universitas Diponegoro

Praditapuspa, Nurma E ., kresnamurti, angelica., dkk. 2020. Uji Aktivitas Analgesik


Minyak Ikan Salmon pada Mencit ( mus musculus) Jantan Galur
Balb/c dengan metode hot plate. Jurnal sain dan kesehatan. Vol. 2

Stevani, hendra. 2017. Pratikum farmakologi. Jakarta selatan: Kementerian kesehatan


Republik Indonesia

Syamsul, Siswanto E., Andani, Fitriya.2016. Uji aktivitas analgetik ektrak etanolik
daun kerehau ( callicqrpa longifolia). Pada mencit putih. Vol. 21 (2).
Kalimanatan: akademi farmasi samarinda
Dokumentasi

3 ekor mencit untuk masing-masing alat dan bahan

Kelompok dalam kadangnya

Berat mencit 1 Berat mencit 2


Berat mencit 3 Larutan obat meloksikam

Sonde oral larutan meloksikam Penyuntikkan asam asetat 1% secara

intraperitoneal

Anda mungkin juga menyukai