EFEK ANALGETIKA
&
EFEK DIURETIKA
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PRODI SARJANA FARMASI
STIKES SAMARINDA
2020
BAB III & IV
EFEK ANALGETIKA & DIURETIKA
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui jumlah geliat dan perhitungan persen analgetika.
Mengetahui pengaruh pemberian terhadap aktivitas Diuretika.
Penggolongan diuretika
a. Diuretik osmotik
· Antagonis aldosteron
Dosis awal tiap hari 200-400 mg, pada terapi jangka panjang perhari
100-200 mg. Pada penggunaan yang lama, perlu dijaga keseimbangan
elektrolit pasien.
· Turunan sikloamidin
C.
Gambar alat
D. Prosedur Percobaan
1. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok.
2. Masing-masing kelompok mendapat 4 menict.
3. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam 4 kelompok.
4. Kelompok kontrol diberi larutan tragakan 0,5% melalui oral
dengan volume 0,2 ml/ 20 gram BB.
5. Kelompok asam mefenamat diberi suspensi asam mefenamat
150/kg BB dalam tragakan 0,5% melalui oral.
6. Kelompok parasetamol diberi suspensi parasetamol 150
mg/kg BB dalam tragakan 0,5% melalui oral.
7. Kelompok piroxicam diberi suspensi Piroxicam 150 mg/kg
BB dalam tragakan 0,5% melalui oral.
8. 30 menit kemudia seluruh kelompok hewan yang telah
mendapat perlakuan disuntik dengan larutan steril asam
asetat 0,5% v/v secara inta peritoneal dengan dosis 75 mg/kg
BB.
9. Beberapa menit kemudian mencit akan mengeliat, dihitung 1
(satu) geliat apabila mencit menempelkan perutnya ke lantai
dan kaki ditarik ke belakang.
10. Tulis hasil pengamatan pada kolom berikut:
Tabel Hasil Pengamatan Analgetika
Ke Rute/ No. Bb Vol. Vol. Jumlah geliat tiap 5 menit (X/5 Komul
I Dosis Mencit gr p.o i.p menit) atif
ml ml
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I
I
I
II
II
II
II
III
III
III
III
IV
IV
IV
IV
IV. Metodologi Percobaan Efek Diuretika
A. Alat yang digunakan
Timbangan, Spuit Injeksi dan jarum ukuranm 1ml,
Sonde/Kanulla, Sarunh tangan, Stop watch, Wadah
pengamatan.
B. Bahan-bahan yang digunakan
Furosemida, Herba A, dan C, Larutan NaCl 0.9 %,Alkohol
70%
C.
Gambar alat
D. Prosedur Percobaan
1. Tiap kelas dibagi ke dalam 4 kelompok.
2. Masing-masing kelompok mendapat 5 menict.
3. Setiap kelompok membagi mencit ke dalam 3 kelompok, 1
mencit untuk control normal, 1 mencit perlakuan dengan
furosemide, dan 3 mencit perlakuan dengan Herba A,B dan
C
4. Kelompok kontrol normal mendapat larutan NaCl 0,9% 0,2
ml per 20 gram
II Kontrol 6
Normal
II Furosemid 7
II Herbal B 8
Dosis 1
II Herbal B 9
Dosis 2
II Herbal B 10
Dosis 3
III Kontrol 11
Normal
III Furosemid 12
III Herbal C 13
Dosis 1
III Herbal C 14
Dosis 2
III Herbal C 15
Dosis 3
V. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetik
pada hewan percobaan yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan obat dalam hal ini adalah aspirin(sebagai kontrol)
danasam mefenamat, untuk menghilangkan atau mencegah
kesadaran sensasi nyeri.
Terdapat 2 macam percobaanefektifitas yaitu efektifitas obat
dalam mencegah dan efektifitas obat dala mengobati. Efek
pencegahan berarti hewan coba diberikan obat terlebih dahulu
kemudian di induksikan nyeri. Efek pengobatan berarti hewan
coba di indukdikan nyeri terlebih dahulu kemudian diberikan
obat. Pada percobaan ini dilakukan percobaan efektifitas
pencegahan obat, karena mencit terlebih dahulu diberikan
analgesik dan kemudian di induksikan nyeri dengan asam asetat
melalui intraperitonial.
Analgetika adalah obat atau senyawa yang dipergunakan
untuk mengurangi atau menghalau rasa sakit atau nyeri. Tujuan
dari percobaan kaliini adalah mengenal, mempraktekkan, dan
membandingkan daya analgetika dari obat parasetamol, asam
mefenamat, dan ibuprofen menggunakan metode rangsang
kimia. Percobaan ini dilakukan terhadap hewan percobaan,
yaitu mencit (Mus muscullus).
Metode rangsang kimia digunakan berdasar atas rangsang
nyeri yang ditimbulkan oleh zat-zat kimia yang digunakan
untuk penetapan daya analgetika.Percobaan menggunakan
metode Witkins yang ditujukan untuk melihatrespon mencit
terhadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon
menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada perut.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian obat-obat
analgetik pada tiap mencit. Setelah 30 menit I, mencit II, III,
dan IV disuntik secara intraperitoneal. Pemberian dilakukan
secara intraperitoneal karena untuk mrncegah penguraian asam
asetat saat melewati jaringan fisiologik pada organ tertentu. Dan
laruran asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan tubuh
jika diberikan melalui rute lain,misalnya per oral, karena sifat
kerongkongan cenderung bersifat tidak tahanterhadap pengaruh
asam.
Pada kelompok mencit yang diberi parasetamol, terlihat
jumlah geliat yang ditunjukan mencit cukup sedikit
dibandingkan dengan yang hanya diberika asam asetat. Karena
Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis
prostaglandin (PG) yang menstimulasi SSP. Efek analgetik
timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau ditempat
cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi,
udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan
histamin. PG dan Brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer
dengan membawa implus nyeri ke SSP. Parasetamol dapat
menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga menghambat
terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Karena mempunyai
mekanisme kerja menghambat berbagai reaksi in-vitro.
Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu
ketika pemberian oral tidak menggunakan spuit jarum oral
sehingga obat tidak mudah masuk dalam esophagus saat
disemprotkan sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang
diberikan, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami
beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit
stress, ,pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu,
sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan
stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya
dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat
yang diambil, bukan hanya larutannya dan yang terakhir tidak
di puasakan mencit yang akan di uji, Sebelum perlakuan mencit
(Mus musculus) terlebih dahulu dipuasakan untuk
menghilangkan faktor makanan karena interaksi makanan bisa
mempengaruhi pemberian obat kepada hewan perlakuan hewan
uji mencit (Mus musculus). Walaupun demikian faktor variasi
biologisnya dari hewan tidak dapat dihilangkan sehingga faktor
ini relative dapat memengaruhi hasil praktikum yang dilakukan
di laboratorium.
Diuretik merupakan obat-obatan yang dapata meningkatkan
laju aliranurin. Golongan obat ini menghambat penyerapan ion
Na pada bagian-bagian tertentu dari ginjal. Oleh karena itu
terdapat perbedaan tekanan osmotic yang menyebabkan air ikut
tertarik sehingga produksi urin semakin bertambah.
pada praktikum kali ini pengujian yang dilakukan adalah
dengan obat diuretic. Diuretik adalah obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urin sehingga mempercepat
pengeluaran urin dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretic
adalah untuk memobilisasi carian udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal. Obat yang digunakan dalam
praktikum kali ini adalah furosemid, dengan control negative
menggunakan aquadest. Obat furosemid yang digunakan
dengan bermacam-macam dosis sehingga dapat dilihat
perbedaan efek dari setiap pemberian dosisnya.
Hewan yang digunakan dalam uji diuretic ini adalah tikus.
Sebelum pemberian obat, seharusnya tikus dipuasakan terlebih
dahulu. Fungsi mempuasakan tikus sebelum perlakuan adalah
untuk menghindari pengeluaran urin yang dieksresikan dari
hasil makanan yang telah tikus konsumsi, karena dalam
pengujian ini yang akan dilihat adalah volume urin yang
disekresikan oleh hewan uji. Makanan yang dikonsumsi tikus
akan mempengaruhi metabolisme dari tikus tersebut.
Sebelum pemberian obat, tikus terlebih dahulu diberikan air
hangat secara oral. Air hangat yang diberikan melalui
perhitungan yaitu 15 ml air dikali dengan berat badan tikus.
Berat badan tikus kelompok 1 adalah 200 gram, sehingga air
hangat yang diberikan adalah sebanyak 3 ml. pemberian air
hangat adalah untuk membantu mempercepat atau
memperbanyak urin yang dikeluarkan. Pada kelompok 1
menggunakan control negative dengan hanya memberikan air
hangat tidak menggunakan obat diuretic. Control negatif
merupakan control tanpa perlakuan dalam hal ini yaitu tidak
menggunakan obat furosemid . dengan adanya control negative
ini dapat dihasilkan suatu baseline sehingga perubahan pada
variabel tertentu / pada perlakuan dengan obat furosemid dapat
terlihat. Dalam hal ini dapat terlihat hewan dengan control
positif mengeluarkan urin lebih cepat dan lebih banyak dari
pada hewan uji control negatif.
Tujuan nya adalah untuk membantu mempercepat atau
memperbanyak urin yang dikeluarkan. Pada tikus 1 dengan
berat badan 240 gram paling banyak mengeluarkan urine pada
menit ke 30 yaitu sebanyak 2,4 ml sedangkan paling sedikit
pada menit ke 10 yaitu 0,4 ml. Pada tikus 2 dengan berat badan
193 gram dapat mengeluarkan urine paling banyak pada menit
ke 60 yaitu 2,2 ml dan paling sedikit pada menit ke 30 yaitu 0,8
ml. Cara kerja obat furosemid, karena furosemid adalah diuretik
kuat yang digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari
tubuh. Pada ginjal, bahan-bahan seperti garam,air dan molekul
kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari darah dan
masuk kedalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring
menjadi air seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang
disaring dari darah diserap kedalam darah sebelum cairan
disaring menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh.
Furosemid bekerja menghalangi penyerapan natrium, klorida,
dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan mendalam output urin.
Daftar Pustaka