2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 1
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
DOSEN PEMBIMBING
LABORAN
PEMBAGIAN KELOMPOK
1. Pre Test dilaksanakan pada hari yang sudah ditentukan. Praktikan yang tidak
mengikuti Pre Test boleh ikut dalam praktek namun nilai Pre Test dianggap 0, dan
tidak ada perbaikan. (Kecurangan dalam Nilai Pre Test = 0)
2. Lembar kerja / jurnal sementara dibuat sebelum praktikum dimulai dan merupakan
syarat setiap kelompok Praktikan untuk mengikuti praktikum. Dikumpulkan diawal
praktikum ke Dosen Pembimbing praktikum untuk sekaligus didiskusikan bersama dan
di Acc / disetujui untuk dilaksanakan.
3. Laporan sementara yang sudah berisi data hasil praktikum, dikumpulkan pada akhir
praktikum dan di Acc oleh Dosen Pembimbing praktikum sebagai bukti kerja dan
diskusi.
5. Nilai praktikum terdiri dari : nilai Pre Test (20%) yang sudah ditambahkan nilai
keaktivan pribadi Praktikan, laporan praktikum akhir (40%), dan ujian akhir (40%).
6. Bila Praktikan merusakan suatu alat praktikum harap segera melapor pada Laboran
dan Kelompok Praktikan yang bersangkutan diwajibkan mengganti seusuai spesifikasi
alat tersebut.
7. Praktikan wajib membawa tissue, serbet dan label serta keperluan praktikum umum
yang sudah ditentukan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 6
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
1. Cover Depan :
Judul Materi Praktikum
Logo Kampus STIKSAM
Keterangan :
o Nama Kelompok : Kelas A/B, Kelompok 1/2
o Hari dan Tanggal Praktikum
o Nama Dosen Pembimbing
Nama dan Nim Anggota Kelompok (berikan tambahan (aktif), bila memberikan
kontribusi dalam kelompok, kosongkan bila pasif)
Program Studi S1 Farmasi, STIKSAM dan Tahun 2019
2. Isi Laporan :
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Dasar Teori
Bab III Cara Kerja
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab V Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran Gambar / Foto Praktikum (Boleh disisipkan sesuai dengan fungsinya)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 7
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
PRAKTIKUM I
MIKROMERITIK
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui dan memahami cara menentukan ukuran partikel dengan
menggunakan metode tertentu.
B. DASAR TEORI
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi partikel kecil (Dalla Valle). Ilmu ini
menyangkut pengendalian ukuran dan kisaran ukuran dari suatu kumpulan partikel.
Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara : ukuran diameter rata-rata,
ukuran luas permukaan rata-rata, ukuran volume rata-rata dan lain sebagainya.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop biasa, sedang dispersi emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus
berada dalam jangkauan mikroskop optik. Dispersi yang mempunyai ukuran serbuk
lebih kasar, dan granul tablet berada dalam kisaran ayakan dapat dilihat dengan
kasat mata.
Setiap kumpulan partikel lebih dari satu ukuran disebut polidispersi. Kondisi
kumpulan partikel yang sama ukuran sangat sulit dijumpai secara alami, karena itu
perlu untuk mengetahui bukan hanya satu (1) ukuran dari suatu partikel tertentu,
tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam
sampel. Hal yang dapat dilakukan adalah perkiraan kisaran ukuran tertentu yang
ada, dan jumlah banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari data
tersebut bisa dihitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut secara
keseluruhan.
Bagi seorang farmasis ialah penting untuk mempelajari mikromeritik, karena :
1. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi,
sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam:
a. Pembuatan sediaan obat.
b. Stabilitas fisik berbagai bentuk sediaan.
c. Pengelepasan zat aktif menuju reseptor.
2. Bentuk partikel mempengaruhi sifat alir dan pengemasan dari suatu serbuk.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 8
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa.
Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan lensa mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya
dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak
ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel
dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus
dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari
distribusi, menjadikan metode tersebut memerlukan ketelitian dan waktu yang
lama. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel seharus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya,
karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen
seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan digital, 1 Set
ayakan/mesh, mesin pengayak (shieve shaker), kertas timbang dan kuas.
2. CARA KERJA
∑
∑
Keterangan :
Dsn : rata-rata angka luas permukan partikel
n : Jumlah partikel dalam cakupan ukuran ( atau dapat menggunakan berat
timbangan)
d : rata-rata jangkauan ukuran partikel yang tertahan diameter lubang ayakan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 12
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
D. HASIL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM II RHEOLOGI
( PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DAN NON-NEWTON )
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari cara penentuan viskositas larutan Newton dengan viskosimeter
Ostwald.
2. Mempelajari cara penentuan viskositas larutan Non Newton dengan
viskosimeter Brookfield
3. Mempelajari pengaruh suhu larutan terhadap viskositas larutan.
B. DASAR TEORI
Rheologi (Rheo= mengalir, Logos = ilmu) adalah ilmu yang mempelajari sifat
alir beberapa cairan serta perubahan dalam berbagai benda padat. Dalam bidang
farmasi peranan Rheologi penting karena menyangkut stabilitas, keseragaman
dosis, keseragaman hasil produksi, serta tujuan praktis dalam penggunaan
suspensi dan emulsi.
Pada dasarnya Rheologi mempelajari hubungan antara tekakanan gesek
(Shearing rate) pada cairan, atau strain dan stress pada bentuk padat, kaitannya
dengan deformasi zat padat. Pada cairan Newton hubungan antara shearing rate
dan shearing stress memiliki hubungan linier, dengan viskositas dan koefiaien
viskositas.
Namun demkian, pada cairan Non Newton, kedua besaaran tersebut tidak
memiliki hubungan linier, dengan perkataan lain viskositasnya akan berubah-
berubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan. Disamping itu ada
beberapa tipe zat cair, jika tekanan tersebut dihentikan, viskositas cairan tidak
segera kembali keadaan semula. Dalam hal demikian, maka penentuan
viskositas cairan kurang sekali manfaatnya, sedangkan penentuan sifat aliran
justru banyak memberi manfaat. Untuk pengukuran sifat alir ini perlu yang dapat
diubah-ubah besar shearing stressnya, sehingga shearing ratenya yang dapat
diatur, sehingga shearing stressnya yang diamati, dimana alat ini dikenal sebagai
rotating viscometer. Dari hubungan antara shearing rate dengan shearing stress
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 14
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
Dan bila digunakan bahan yang sudah diketahui densitasnya (ρ0) serta
viskositasnya (η0) sebagai standart, maka dapat ditentukan viskositas relatif cairan
lainnya, dengan persamaan:
𝜂rel
Viskometer kapiler atau viscometer Oswald digunakan untuk menentukan
viskositas cairan Newtonian.
Viskometer Cone and Plate (Brookfield)
1. Pengertian dan Gambar Viskometer Cone and Plate (Brookfield) Viskometer Cone
and Plate atau Brookfield merupakan alat ukur kekentalan untuk menentukan
viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil. Cone dan plate memberikan
ketelitian yang diperlukan untuk pengembangan data rheologi lengkap.
2. Kegunaan Viskometer Cone and Plate (Brookfield) Viskometer Cone and Plate
digunakan untuk menentukan viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil.
Dapat menentukan laju geser (Shear Rate) dan tekanan geser (Shear stress).
3. Fungsi bagian-bagian Viskometer Cone and Plate (Brookfield) :
Layar : Untuk menampilkan hasil pembacaan alat
Handle : Untuk menurunkan dan menaikkan alat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 16
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT DAN BAHAN
a. Viskometer Brookfield, Viskometer Ostwald, Gelas Ukur, Beaker Glass,
thermometer,
b. Aquades, Alkohol, Larutan Gula 10%, 20%, 30%, Larutan Na-CMC
2. CARA KERJA
a. Pengukuran Viskositas dengan Viskosimeter Ostwald
1) Disiapkan viskosimeter Ostwald yang sudah dibersihkan
2) Dipipet kurang lebih 10 ml air, dimasukan dalam lubang a
3) Cairan dinaikan, sampai di atas garis c menggunakan pompa yang di
pasang pada lubang a. ketika cairan telah berada digaris C maka lubang b
ditutup dengan jari tangan
4) Lubang b dibuka dan dilakukan pencatatan waktu dengan stopwatch
5) Lakukan replikasi
D. HASIL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM III
BOBOT JENIS DAN RAPAT JENIS
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari beberapa zat
cair dengan menggunakan piknometer.
B. DASAR TEORI
Rapat Jenis
Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis sampel dengan bobot jenis
air suling. Definisi lain mengatakan rapat jenis merupakan massa per unit volume
suatu zat pada temperatur tertentu(biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o,
4o/4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25 o/25o.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika paling definitif, dengan demikian
dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa
dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan bobot molekul suatu komponen,
tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat ”pemadatan” (Packing
Characteristic). Dalam sistem matriks, kerapatan di ukur dengan gram/milimeter
(untuk cairan) atau gram/cm2.
RUMUS PERHITUNGAN:
BJ =
RJ =
C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piknometer, beaker glass,
gelas ukur, timbangan digital, lap kasar, lap halus, baskom, oven dan
thermometer.
2. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air, alkohol 70%, alkohol
95%, olive oil, canola oil, larutan -CMC 0,1% dan 0,5%
3. CARA KERJA
Pengukuran Bobot Jenis dengan Piknometer
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Piknometer dibersihkan dengan air suling, kemudian dibilas dengan
alkohol
c. Piknometer dikeringkan dalam hair dryer pada suhu 1000C selama 60
menit, lalu didinginkan pada suhu kamar
d. Dikeluarkan piknometer setelah pengeringan selama 1 jam, kemudian
ditimbang bobotnya dalam keadaan kosong pada timbangan analitik,
hasilnya dicatat. Penimbangan dilakukan 3 kali replikasi.
e. Dimasukkan dalam baskom berisi es/air dingin piknometer kosong tadi,
sampai mencapai 250C dan ditimbang dengan timbangan analitik (secara
triplo) dan dicatat hasilnya.
f. Aquadest dikeluarkan dari piknometer lalu dibilas dengan alkohol 70%
lalu dikeringkan
g. Diisikan piknometer kosong dengan sampel dengan volume sesuai yang
tertera pada piknometer (perlakuan dilakukan secara triplo) dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 22
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
D. HASIL PRAKTIKUM
PRAKTIKUM IV
STABILITAS OBAT
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui dan memahami kinetika suatu reaksi kimia dan
menentukan waktu kadaluarsa obat.
B. DASAR TEORI
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang
berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien.
Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan
yang dihasilkan cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama, dimana sediaan obat masih mengandung zat berkhasiat dalam jumlah
yang cukup untuk memberikan efek terapi.
Parameter stabilitas obat yaitu :
Waktu paro (t½) pada reaksi order satu adalah konstan. Tanpa perlu
diperhatikan berapa jumlah atau konsentrasi obat pada keadaan awal, maka
waktu yang diperlukan untuk berkurang separuhnya adalah konstan. Sedangkan
waktu paro (t½) pada reaksi order nol berjalan tidak tetap. Harga t ½ reaksi order
nol adalah sebanding dengan jumlah atau konsentrasi awal obat dan berbanding
terbalik dengan tetapan laju reaksi order nol. Oleh karena t ½ berubah secara
berkala dengan berkurangnya konsentrasi obat, maka t½ untuk reaksi order nol
ini hanya sedikit kegunaannya.
2,3 C
k log 0
t C
dimana :
k = tetapan kecepatan reaksi
Co = konsentrasi mula-mula zat
C = konsentrasi pada waktu t
3. Waktu Kadaluarsa
Waktu dimana kandungan jumlah obat dalam sediaan masih mencukupi
untuk memberikan efek terapi (dimisalkan masih tinggal 90% dari kandungan
semula pada saat produksi).
Order Nol
0,1 C0
t 90%
k
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 25
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
Order Satu
0,105
t 90%
k
4. Orde Reaksi
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode.
1. Metode Substitusi. Data yang terkumpul dari hasil percobaan/pengamatan
suatu reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan
berbagai orde reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap
konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap
berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2. Metode Grafik. Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk
mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan
didapatkan garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde
pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi
orde dua akan memberikan garis lurus bila 1/(a-x) di plot terhadap t (jika
konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x)2 terhadap t menghasilkan
garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mula, reaksi
adalah orde ketiga.
3. Metode Waktu-Paruh.
C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT
Beaker Glass, Batang pengaduk, Pipet volume 10 ml, Erlenmeyer, , Buret,
Bunsen, Sendok tanduk, Corong kaca, Termometer, Statip, Timbangan analitik
dan Gelas kimia.
2. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asetosal, Aquadest,
Alkohol, Natrium Hidroksida 0,1 N, Kertas timbang, Lap kasar, Tissue
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 26
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
3. CARA KERJA
a. Timbang 2 g Asetosal, larutkan dalam 50 ml alkohol, tambahkan air sampai
200 ml aduk sampai homogen.
b. Ambil 10 ml larutan (a.) dengan menggunakan pipet volume masukkan ke
dalam tabung lakukan sebanyak 12 kali untuk 12 tabung.
c. Panaskan air dalam beaker glass di atas api bunsen sampai lebih dari suhu
60o C (gunakan Termometer yang digantung dengan statip untuk
mengetahui suhu air dalam beaker).
d. Masukkan 10 tabung (b.) ke dalam beaker glass (c.) bersamaan. Waktu
pemanasan mulai dihitung dengan stopwatch setelah 2 menit.
e. Setiap 10 menit ambil 2 tabung dan dinginkan dalam air es (2 menit)
kemudian dilakukan penetapan kadar asetosal dengan titrasi.
f. Dua tabung yang tidak dipanaskan dilakukan titrasi juga, sebagai kontrol.
g. Titrasi : pindahkan 10 ml larutan pada tabung yang telah didinginkan ke
dalam erlenmeyer, tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein. Titrasi dengan
natrium hidroksida 0,1 N. Titik Akhir Titrasi (TAT) dicapai dengan
indikator perubahan warna tepat menjadi merah muda sekali (MMS). Catat
volume titrasi setiap tabung.
Kadar
Pemanasan Rata-rata
No. A (ml) B (ml) Asetosal
(Menit) (ml)
(mg)
1. 0
2. 10
3. 20
4. 30
5. 40
6. 50
7. 60
Ket. : 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 18,02 mg Asetosal (C 9H8O4)
1. Tentukan Tetapan Kecepatan Reaksi Mengikuti reaksi Orde nol dan Orde
Satu
2. Tentukan Waktu Paruh (t ½)
3. Tentukan Waktu Kadaluarsa bila dianggap batas kadaluarsa 90% kadar
semula
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 27
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Ditjen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Jenkins, G.L., (1957), “Scoville’s ; The Art Of Compounding’, Ninth Edition, McGraw-
Hill Book Company,Inc., New York, Toronto.
Lachman, L., dkk., (1994), ”Teori dan Praktek Farmasi Industri II”, Edisi III,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta.
Sinko, P.J. (2012), Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin, Edisi ke 5.
diterjemahkan oleh Joshita Djajadisastra, EGC, Jakarta.