Anda di halaman 1dari 28

BUKU PENUNTUN

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SAMARINDA

2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 1
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 2019

DOSEN PEMBIMBING

Triswanto Sentat, M.Farm-Klin., Apt.

Yulistia Budianti S., M.Farm., Apt

LABORAN

Santi Pratiwi, A.Md.Far.


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 2
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PEMBAGIAN KELOMPOK

Hari Rabu 13.00 s.d 15.50


Kelas B
Kelompok 1
1 19482011042 Monisa Princiska Agustina
2 19482011045 Muhammad Ardiansyah
3 19482011047 Muhammad Yogi
4 19482011049 Naufal Rachman
5 19482011055 Nurhayati Putriajuli Salsyabrina
6 19482011057 Nurul Kamila
7 19482011064 Rizka Ayu Fitriana Dewi
8 19482011066 Sa'diah Muliawati
9 19482011072 Thessalonika Putri
10 19482011074 Wahyu Isnaini Nurhidayanti
Kelompok 2
1 19482011046 Muhammad Surya Ananda
2 19482011048 Nancy Dea Fatricia Dew
3 19482011050 Noor Lathifah
4 19482011056 Nurul Hikmah Safitri
5 19482011058 Nurul Magfirah
6 19482011063 Riko Kridho Utomo
7 19482011065 Rosita Mardiana
8 19482011067 Shallina Dwi Handayani
9 19482011073 Ulfi Nurazizah Juwairyyah
10 19482011075 Wellen Meiliana Warang Gamas
Kelompok 3
1 19482011040 Ma'rifatul Awaliah
2 19482011043 Muchamad Zainal Fanani
3 19482011051 Noorhayati
4 19482011053 Novi Vijayanti
5 19482011059 Paskalia Dwi Ajeng Putri Baskoro
6 19482011061 Putri Anatasya
7 19482011068 Siti Rahmah Nurjanah
8 19482011070 Sukmawati Retno Pratiwi
9 19482011076 Widya Mulia Metta
10 19482011078 Yunda Najwa Sugiyanto
Kelompok 4
1 19482011041 Maulida Salsabilla Hidayat
2 19482011044 Muhammad Andre Suryanto
3 19482011052 Norsyifa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 3
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

4 19482011054 Nur Aini


5 19482011060 Putri Amanda
6 19482011062 Regina Gusti Cahyani Fachsi
7 19482011069 Sri Rahmawati
8 19482011071 Syarifah Fahira Fasya Azzahra
9 19482011077 Yohana

Hari Kamis 08.00 s.d 10.50


Kelas A
Kelompok 1
1 19482011004 Andi Wahyutullah Putra Arwana
2 19482011009 Desi Noviani Siang
3 19482011011 Devi Setiani
4 19482011015 Dicky Setiaji
5 19482011022 Elgi Nurul Hidayah
6 19482011024 Elmira Ayu Fadillah
7 19482011025 Fadhilah Rahman
8 19482011032 Ika Yulisa
9 19482011034 Indra
10 19482011036 J.V.Martaliani Wan
Kelompok 2
1 19482011005 Andika Permana Putra
2 19482011010 Devi Sapitri
3 19482011012 Devi Shadila Hermanto
4 19482011016 Dimas Yogi Pratama
5 19482011023 Elma Susilestari
6 19482011026 Fasya Adania
7 19482011028 Firman Al'imron
8 19482011033 Ilham
9 19482011035 Irma Andini Saputri
10 19482011037 Jian Tiara Putri
Kelompok 3
1 19482011001 Addy Zekarian Alfarizi
2 19482011006 Anis Marliana
3 19482011007 Ardhi Ridhwaan Sori
4 19482011013 Dewi Rayi Dinanti Sucipto
5 19482011018 Dony Mahreza Saputra
6 19482011019 Dwi Aprilianto
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 4
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

7 19482011027 Fauziah Zuliani


8 19482011030 Hanna Rahimmanuelia
9 19482011038 Khairunnisa Woro Damayanti
10 19482011079 Dewi
Kelompok 4
1 19482011002 Adhi Wahyu Hidayat
2 19482011008 Christine Septania Mekel
3 19482011014 Dhonny Pratama Putra
4 19482011017 Divya Miranti
5 19482011020 Dwi Nur Faizah
6 19482011021 Eland Ari Cryfones
7 19482011029 Halimatus Sya'diyah
8 19482011031 Hayatul Ilmi
9 19482011039 Maria Friska Novalia Due
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 5
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 2019

1. Pre Test dilaksanakan pada hari yang sudah ditentukan. Praktikan yang tidak
mengikuti Pre Test boleh ikut dalam praktek namun nilai Pre Test dianggap 0, dan
tidak ada perbaikan. (Kecurangan dalam Nilai Pre Test = 0)

2. Lembar kerja / jurnal sementara dibuat sebelum praktikum dimulai dan merupakan
syarat setiap kelompok Praktikan untuk mengikuti praktikum. Dikumpulkan diawal
praktikum ke Dosen Pembimbing praktikum untuk sekaligus didiskusikan bersama dan
di Acc / disetujui untuk dilaksanakan.

3. Laporan sementara yang sudah berisi data hasil praktikum, dikumpulkan pada akhir
praktikum dan di Acc oleh Dosen Pembimbing praktikum sebagai bukti kerja dan
diskusi.

4. Laporan Akhir dikumpulkan seminggu setelah praktikum ke masing-masing Dosen


Pembimbing. Bila tidak mengumpulkan Laporan Akhir, maka kelompok Praktikan
tersebut tidak boleh mengikuti pre test dan praktikum yang sedang berlangsung.

5. Nilai praktikum terdiri dari : nilai Pre Test (20%) yang sudah ditambahkan nilai
keaktivan pribadi Praktikan, laporan praktikum akhir (40%), dan ujian akhir (40%).

6. Bila Praktikan merusakan suatu alat praktikum harap segera melapor pada Laboran
dan Kelompok Praktikan yang bersangkutan diwajibkan mengganti seusuai spesifikasi
alat tersebut.

7. Praktikan wajib membawa tissue, serbet dan label serta keperluan praktikum umum
yang sudah ditentukan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 6
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA 2019

1. Cover Depan :
 Judul Materi Praktikum
 Logo Kampus STIKSAM
 Keterangan :
o Nama Kelompok : Kelas A/B, Kelompok 1/2
o Hari dan Tanggal Praktikum
o Nama Dosen Pembimbing
 Nama dan Nim Anggota Kelompok (berikan tambahan (aktif), bila memberikan
kontribusi dalam kelompok, kosongkan bila pasif)
 Program Studi S1 Farmasi, STIKSAM dan Tahun 2019

2. Isi Laporan :

Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Bab II Dasar Teori
Bab III Cara Kerja
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab V Kesimpulan
Daftar Pustaka
Lampiran Gambar / Foto Praktikum (Boleh disisipkan sesuai dengan fungsinya)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 7
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM I
MIKROMERITIK

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui dan memahami cara menentukan ukuran partikel dengan
menggunakan metode tertentu.
B. DASAR TEORI
Mikromeritik adalah ilmu dan teknologi partikel kecil (Dalla Valle). Ilmu ini
menyangkut pengendalian ukuran dan kisaran ukuran dari suatu kumpulan partikel.
Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara : ukuran diameter rata-rata,
ukuran luas permukaan rata-rata, ukuran volume rata-rata dan lain sebagainya.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan
mikroskop biasa, sedang dispersi emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus
berada dalam jangkauan mikroskop optik. Dispersi yang mempunyai ukuran serbuk
lebih kasar, dan granul tablet berada dalam kisaran ayakan dapat dilihat dengan
kasat mata.
Setiap kumpulan partikel lebih dari satu ukuran disebut polidispersi. Kondisi
kumpulan partikel yang sama ukuran sangat sulit dijumpai secara alami, karena itu
perlu untuk mengetahui bukan hanya satu (1) ukuran dari suatu partikel tertentu,
tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang sama ada dalam
sampel. Hal yang dapat dilakukan adalah perkiraan kisaran ukuran tertentu yang
ada, dan jumlah banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari data
tersebut bisa dihitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut secara
keseluruhan.
Bagi seorang farmasis ialah penting untuk mempelajari mikromeritik, karena :
1. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting dalam farmasi,
sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam:
a. Pembuatan sediaan obat.
b. Stabilitas fisik berbagai bentuk sediaan.
c. Pengelepasan zat aktif menuju reseptor.
2. Bentuk partikel mempengaruhi sifat alir dan pengemasan dari suatu serbuk.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 8
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel :


1. Pengayakan
2. Mikroskopi (optik ; elektron)
3. Sedimentasi (pengendapan)
4. Ultrasentifuge
5. Penentuan volume (Coulter Counter)
6. Permeabilitas udara
7. Adsorbsi
Pada buku pedoman praktikum ini akan dibahas 2 metode saja yaitu
Pengayakan dan Mikroskopi.
 Pengayakan
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran partikel adalah
menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran
lubang tertentu. Istilah ”mesh” digunakan untuk menyatakan jumlah lubang
tiap inchi linear.
Ayakan bisa disusun lima berturut-turut dari yang kasar di atas sampai dengan
yang terhalus dibawah. Suatu sampel serbuk yang ditimbang dengan teliti
ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan tersebut digoyangkan
untuk suatu periode waktu tertentu, serbuk yang tertinggal di atas setiap
ayakan ditimbang. Partikel yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang
dijumpai, berjatuhan melewatinya (lolos). Partikel yang tinggal kembali pada
ayakan, membentuk bahan kasar.
Faktor penentu kesalahan yang dapat berarti pada metode ini adalah geometrik
partikel. Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan garis
tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti.
Dalam keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang sama. Makanya harus
dicari jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen,
yang menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang
mempunyai luas permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 9
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

tengah permukaan ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas
permukaan yang sama seperti partikel yang diperiksa.
 Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi, diencerkan atau
tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan pada pentas
mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat,
diletakkan lensa mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya
dari dua dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak
ada perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel
dengan memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus
dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari
distribusi, menjadikan metode tersebut memerlukan ketelitian dan waktu yang
lama. Namun demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel seharus selalu
dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis ukuran partikel lainnya,
karena adanya gumpalan dan partikel-partikel lebih dari satu komponen
seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.

C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT DAN BAHAN
a. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan digital, 1 Set
ayakan/mesh, mesin pengayak (shieve shaker), kertas timbang dan kuas.

b. Bahan yang digunakan


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Titanium Oksida, dan
Magnesium Stearat.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 10
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

2. CARA KERJA

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


b. Bahan serbuk yang akan ditimbang harus dipanaskan dalam cawan porselen
untuk menguapkan air yang terikat didalam serbuk sambil diaduk aduk
dengan batang pengaduk hingga homogen dan kering.
c. Ditimbang semua bahan masing-masing sebanyak 25 g
d. Setiap ayakan lebih dahulu dibersihkan dengan kuas untuk memastikan
tidak ada partikel tertinggal yang dapat menghalangi proses pengayakan
dan mengganggu ketepatan penimbangan.
e. Ayakan kemudian diset pemasangannya pada mesin pengayak (shieve
shaker) pengayak dengan nomor mesh besar berada paling bawah disusul
secara berurutan ke atas : Pan – Mesh 170 – Mesh 140 – Mesh 120 – Mesh
100 – Mesh 80 – Tutup.
f. Serbuk bahan yang telah ditimbang 25 g ditempatkan pada pengayak nomor
mesh kecil, ditutup rapat mesin fibrator, kemudian mesin dijalankan dengan
ketentuan 100 kali goncangan, waktu goncangan diukur untuk menjadi
standar untuk serbuk bahan yang selanjutnya.
g. Setelah 100 kali goncangan, mesin dihentikan. Ayakan kemudian masing-
masing dibuka/diambil dari mesin fibrator.
h. Fraksi serbuk yang tertinggal pada masing-masing pengayak dengan nomor
mesh berbeda ditampung di kertas timbang yang sudah disiapkan
sebelumnya, serbuk ditimbang menggunakan timbangan digital.
i. Dicatat data yang diperoleh dan dihitung nilai % tertahan serta ukuran
diameter partikel rata-rata serbuk bahan.
j. Dilakukan urutan kerja seperti di atas dengan sampel lain sebanyak 25 g.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 11
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Menghitung Luas Permukaan Partikel Sampel :


Masukkan berat timbangan serbuk sampel yang tertinggal di masing-masing
ayakan ke dalam Tabel , isi kolom dengan mengalikan berat timbangan dengan
kisaran ukuran rerata. Kemudian hitung luas permukaan sampel dengan rumus di
bawah ini :


Keterangan :
Dsn : rata-rata angka luas permukan partikel
n : Jumlah partikel dalam cakupan ukuran ( atau dapat menggunakan berat
timbangan)
d : rata-rata jangkauan ukuran partikel yang tertahan diameter lubang ayakan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 12
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

D. HASIL PRAKTIKUM

Hitung Luas Permukaan Partikel dari masing-masing Sampel, Bandingkan


dan Bahas apakah sesuaikah dengan data teoritis.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 13
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM II RHEOLOGI
( PENENTUAN VISKOSITAS LARUTAN NEWTON DAN NON-NEWTON )

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari cara penentuan viskositas larutan Newton dengan viskosimeter
Ostwald.
2. Mempelajari cara penentuan viskositas larutan Non Newton dengan
viskosimeter Brookfield
3. Mempelajari pengaruh suhu larutan terhadap viskositas larutan.

B. DASAR TEORI
Rheologi (Rheo= mengalir, Logos = ilmu) adalah ilmu yang mempelajari sifat
alir beberapa cairan serta perubahan dalam berbagai benda padat. Dalam bidang
farmasi peranan Rheologi penting karena menyangkut stabilitas, keseragaman
dosis, keseragaman hasil produksi, serta tujuan praktis dalam penggunaan
suspensi dan emulsi.
Pada dasarnya Rheologi mempelajari hubungan antara tekakanan gesek
(Shearing rate) pada cairan, atau strain dan stress pada bentuk padat, kaitannya
dengan deformasi zat padat. Pada cairan Newton hubungan antara shearing rate
dan shearing stress memiliki hubungan linier, dengan viskositas dan koefiaien
viskositas.
Namun demkian, pada cairan Non Newton, kedua besaaran tersebut tidak
memiliki hubungan linier, dengan perkataan lain viskositasnya akan berubah-
berubah tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan. Disamping itu ada
beberapa tipe zat cair, jika tekanan tersebut dihentikan, viskositas cairan tidak
segera kembali keadaan semula. Dalam hal demikian, maka penentuan
viskositas cairan kurang sekali manfaatnya, sedangkan penentuan sifat aliran
justru banyak memberi manfaat. Untuk pengukuran sifat alir ini perlu yang dapat
diubah-ubah besar shearing stressnya, sehingga shearing ratenya yang dapat
diatur, sehingga shearing stressnya yang diamati, dimana alat ini dikenal sebagai
rotating viscometer. Dari hubungan antara shearing rate dengan shearing stress
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 14
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

dapat dihasilkan rheogram. Berdasarkan tipe alir cairan dapat dibedakan


menjadi:
1. Cairan Newton
2. Cairan Non Newton :
a. “Time Independent”
- Pseudoplastik
- Plastik
- Dilatan
b. “Time Dependent”
- Tiksotropi
- Anti Tiksotropi
- Reopeksi
- Anti reopeksi

Viskometer Ostwald (Kapiler)


Viscometer kapiler merupakan salah satu viscometer yang tergolong sebagai alat
ukur satu titik (one point instrument) karena penggunaan viscometer kapiler hanya
dapat menghasilkan satu titik parameter rheologi yaitu viskositas. Pengukuran
viskositas dengan viscometer ini didasarkan pada persamaan Poiseuille untuk
aliran zat cair melalui tabung kapiler, yang dinyatakan dalam persamaan
matematis sebagai berikut:

dengan ketentuan: η menyatakan viskositas cairan, r menyatakan jari-jari tabung


kapiler, t menyatakan waktu alir, P menyatakan perbedaan tekanan ujung atas
dan ujung bawah pipa kapiler pada saat cairan mengalir, l menyatakan panjang
pipa kapiler, dan v menyatakan volume cairan.

Perbedaan tekanan bergantung pada densitas cairan, percepatan gravitasi bumi,


dan perbedaaan tinggi cairan pada kedua lengan viscometer, sedangkan
percepatan gravitasi bumi bersifat konstan dan bila panjang pipa kapiler dibuat
tetap, maka persamaan Poiseuille dapat dinyatakan menjadi persamaan berikut:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 15
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Dan bila digunakan bahan yang sudah diketahui densitasnya (ρ0) serta
viskositasnya (η0) sebagai standart, maka dapat ditentukan viskositas relatif cairan
lainnya, dengan persamaan:

𝜂rel
Viskometer kapiler atau viscometer Oswald digunakan untuk menentukan
viskositas cairan Newtonian.
Viskometer Cone and Plate (Brookfield)
1. Pengertian dan Gambar Viskometer Cone and Plate (Brookfield) Viskometer Cone
and Plate atau Brookfield merupakan alat ukur kekentalan untuk menentukan
viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil. Cone dan plate memberikan
ketelitian yang diperlukan untuk pengembangan data rheologi lengkap.

2. Kegunaan Viskometer Cone and Plate (Brookfield) Viskometer Cone and Plate
digunakan untuk menentukan viskositas absolut cairan dalam volume sampel kecil.
Dapat menentukan laju geser (Shear Rate) dan tekanan geser (Shear stress).
3. Fungsi bagian-bagian Viskometer Cone and Plate (Brookfield) :
 Layar : Untuk menampilkan hasil pembacaan alat
 Handle : Untuk menurunkan dan menaikkan alat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 16
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

 Guard Leg : Sebagai pelindung pengaduk


 Spindle : Sebagai pengaduk sampel
 Buttons : 1. Print : Untuk mencetak hasil pembacaan 2. Set Spindle :
Untuk mengatur pengaduk 3. Enter and Auto Range : Pengukuran
otomatis 4. Select Display : Untuk memilih tampilan 5. Set Speed : Untuk
mengatur kecepatan (rpm) 6. On and Off : Untuk mengaktifkan dan
menonaktifkan viskometer 7. Option and Tab : Pengaturan viskometer 8.
Cross Up and Down : Tombol atas dan bawah
4. Prinsip Kerja Viskometer Cone and Plate (Brookfield) Cara menggunakannya
adalah :
 Sampel ditempatkan pada wadah (sampel container)
 Kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut / pengaduk.
 Kerucut / pengaduk digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan
dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang diam dan
kemudian kerucut yang berputar.
 Prinsip kerja dari viscometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran
semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar.
5. Kajian Konsep Fisika yang berkaitan dengan Viskometer Cone and Plate
(Brookfield)
 Gaya Gesek Pada metode ini sebuah spindle dicelupkan ke dalam cairan
yang akan diukur viskositasnya. Gaya gesek antara permukaan spindle
dengan cairan akan menentukan tingkat viskositas cairan, jadi semakin
kuat putaran semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin
besar.
6. Kelebihan dan Kekurangan Viskometer Cone and Plate (Brookfield)
 Kelebihan :
 Memiliki spindle yang sesuai dengan tingkat kekentalan sampel,
 Dapat mengetahui kekentalan sampel yang tinggi
 Dapat menguji sampel yang berwarna maupun tidak berwarna
 Kekurangan :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 17
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

 Cairan silikon murninya harus diganti setiap tahun

C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT DAN BAHAN
a. Viskometer Brookfield, Viskometer Ostwald, Gelas Ukur, Beaker Glass,
thermometer,
b. Aquades, Alkohol, Larutan Gula 10%, 20%, 30%, Larutan Na-CMC
2. CARA KERJA
a. Pengukuran Viskositas dengan Viskosimeter Ostwald
1) Disiapkan viskosimeter Ostwald yang sudah dibersihkan
2) Dipipet kurang lebih 10 ml air, dimasukan dalam lubang a
3) Cairan dinaikan, sampai di atas garis c menggunakan pompa yang di
pasang pada lubang a. ketika cairan telah berada digaris C maka lubang b
ditutup dengan jari tangan
4) Lubang b dibuka dan dilakukan pencatatan waktu dengan stopwatch
5) Lakukan replikasi

b. Pengukuran Viskositas dengan Viskometer Brookfield


Menentukan pengaruh temperatur terhadap viskositas sediaan Dipilih
nomor spindel yang sesuai, kemudian sediaan dipanaskan pada suhu 30,
35, 40, 45, dan 50°C, diukur viskositasnya pada masing-masing suhu.
Cara Menggunakan Viskometer Brookfield
1. Nyalakan viskometer
2. Pasang spindel pada gantungan spindel (terletak di bawah viskometer).
3. Masukkan sampel pada wadah, lalu turunkan spindel hingga batas
tercelup ke dalam cairan sampel yang akan diukur viskositasnya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 18
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

4. Zero-kan dahulu display pada viskometer dengan memutar tombol pada


viskometer.
5. Jalankan rotor dengan cara menekan tombol yang ada di viskometer.
6. Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum pada skala sesuai rotor yang
kita gunakan.
7. Bacalah angka yang ditujukan pada display viskometer tersebut untuk
menghitung viskositasnya.

D. HASIL PRAKTIKUM

Hitung Viskositas dari Masing-masing Sampel


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 19
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM III
BOBOT JENIS DAN RAPAT JENIS

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa mampu menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari beberapa zat
cair dengan menggunakan piknometer.

B. DASAR TEORI

Bobot Jenis (specific gravity)


Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara
massa (g) dengan volume (ml), sehingga satuan bobot jenis g/ml. Cara penentuan
bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang farmasis, karena bobot jenis
merupakan salah satu karakteristik kemurnian dari suatu zat, khususnya yang
berbentuk larutan.
Di samping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan
mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak
dengan zat lainnya.Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot
jenis maka percobaan ini dilakukan.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25o C). Bobot jenis adalah bilangan murni
atau tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan
rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan
sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada
suhu 40C atau temperatur lain yang telah ditentukan.
Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, sedangkan hidrogen atau udara
digunakan standar untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama
menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan
sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 20
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Rapat Jenis
Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis sampel dengan bobot jenis
air suling. Definisi lain mengatakan rapat jenis merupakan massa per unit volume
suatu zat pada temperatur tertentu(biasanya dinyatakan sebagai 25o /25o, 25o/4o,
4o/4o). Untuk bidang farmasi biasanya 25 o/25o.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika paling definitif, dengan demikian
dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa
dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan bobot molekul suatu komponen,
tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat ”pemadatan” (Packing
Characteristic). Dalam sistem matriks, kerapatan di ukur dengan gram/milimeter
(untuk cairan) atau gram/cm2.

Metode Penentuan untuk Cairan:


Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan
dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan
bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume
piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu
suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat
volume cairan yang terdesak.
Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada
balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan
bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal
adalah penggunan waktu yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Metode Areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala
(timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung
gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 21
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

RUMUS PERHITUNGAN:

BJ =

RJ =

C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah piknometer, beaker glass,
gelas ukur, timbangan digital, lap kasar, lap halus, baskom, oven dan
thermometer.
2. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air, alkohol 70%, alkohol
95%, olive oil, canola oil, larutan -CMC 0,1% dan 0,5%
3. CARA KERJA
Pengukuran Bobot Jenis dengan Piknometer
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Piknometer dibersihkan dengan air suling, kemudian dibilas dengan
alkohol
c. Piknometer dikeringkan dalam hair dryer pada suhu 1000C selama 60
menit, lalu didinginkan pada suhu kamar
d. Dikeluarkan piknometer setelah pengeringan selama 1 jam, kemudian
ditimbang bobotnya dalam keadaan kosong pada timbangan analitik,
hasilnya dicatat. Penimbangan dilakukan 3 kali replikasi.
e. Dimasukkan dalam baskom berisi es/air dingin piknometer kosong tadi,
sampai mencapai 250C dan ditimbang dengan timbangan analitik (secara
triplo) dan dicatat hasilnya.
f. Aquadest dikeluarkan dari piknometer lalu dibilas dengan alkohol 70%
lalu dikeringkan
g. Diisikan piknometer kosong dengan sampel dengan volume sesuai yang
tertera pada piknometer (perlakuan dilakukan secara triplo) dengan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 22
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

prosedur yang sama.


h. Dihitung bobot jenis masing-masing sampel termasuk aquadest, dengan
cara menghitung selisih dari penimbangan piknometer berisi sampel
dengan piknometer kosong.

D. HASIL PRAKTIKUM

Hitung Bobot Jenis dan Rapat Jenis dari Masing-masing Sampel


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 23
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM IV
STABILITAS OBAT

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui dan memahami kinetika suatu reaksi kimia dan
menentukan waktu kadaluarsa obat.

B. DASAR TEORI
Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang
berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien.
Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan
yang dihasilkan cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang
cukup lama, dimana sediaan obat masih mengandung zat berkhasiat dalam jumlah
yang cukup untuk memberikan efek terapi.
Parameter stabilitas obat yaitu :

1. Waktu Paro ( t1/2)


Waktu yang diperlukan untuk meluruh/hilangnya zat menjadi separuhnya.
Waktu paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu
gambaran terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-
asam alkali, oksigen, cahaya dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan
rusaknya obat.
Rumus t1/2 Order Nol
C0
t1/ 2 
2k

Rumus t1/2 Order Satu


0,693
t1/ 2 
k

Rumus t1/2 Order Dua


1
t1/ 2 
C0 k
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 24
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Waktu paro (t½) pada reaksi order satu adalah konstan. Tanpa perlu
diperhatikan berapa jumlah atau konsentrasi obat pada keadaan awal, maka
waktu yang diperlukan untuk berkurang separuhnya adalah konstan. Sedangkan
waktu paro (t½) pada reaksi order nol berjalan tidak tetap. Harga t ½ reaksi order
nol adalah sebanding dengan jumlah atau konsentrasi awal obat dan berbanding
terbalik dengan tetapan laju reaksi order nol. Oleh karena t ½ berubah secara
berkala dengan berkurangnya konsentrasi obat, maka t½ untuk reaksi order nol
ini hanya sedikit kegunaannya.

2. Kecepatan Reaksi (k)


Kecepatan dekomposisi obat ditujukan oleh kecepatan perubahan
konsentrasi mula-mula dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi (k), yang
untuk order kesatu. Persamaan tetapan kecepatan reaksinya seperti tercantum
dibawah ini :
Rumus k Order Nol
C0  C
k
t

Rumus k Order Satu

2,3 C
k log 0
t C
dimana :
k = tetapan kecepatan reaksi
Co = konsentrasi mula-mula zat
C = konsentrasi pada waktu t

3. Waktu Kadaluarsa
Waktu dimana kandungan jumlah obat dalam sediaan masih mencukupi
untuk memberikan efek terapi (dimisalkan masih tinggal 90% dari kandungan
semula pada saat produksi).

Order Nol
0,1 C0
t 90% 
k
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 25
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Order Satu
0,105
t 90% 
k

4. Orde Reaksi
Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode.
1. Metode Substitusi. Data yang terkumpul dari hasil percobaan/pengamatan
suatu reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan
berbagai orde reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap
konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap
berjalan sesuai dengan orde tersebut.
2. Metode Grafik. Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk
mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan
didapatkan garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde
pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi
orde dua akan memberikan garis lurus bila 1/(a-x) di plot terhadap t (jika
konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x)2 terhadap t menghasilkan
garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-mula, reaksi
adalah orde ketiga.
3. Metode Waktu-Paruh.

C. KEGIATAN PRAKTIKUM
1. ALAT
Beaker Glass, Batang pengaduk, Pipet volume 10 ml, Erlenmeyer, , Buret,
Bunsen, Sendok tanduk, Corong kaca, Termometer, Statip, Timbangan analitik
dan Gelas kimia.

2. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asetosal, Aquadest,
Alkohol, Natrium Hidroksida 0,1 N, Kertas timbang, Lap kasar, Tissue
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 26
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

3. CARA KERJA
a. Timbang 2 g Asetosal, larutkan dalam 50 ml alkohol, tambahkan air sampai
200 ml aduk sampai homogen.
b. Ambil 10 ml larutan (a.) dengan menggunakan pipet volume masukkan ke
dalam tabung lakukan sebanyak 12 kali untuk 12 tabung.
c. Panaskan air dalam beaker glass di atas api bunsen sampai lebih dari suhu
60o C (gunakan Termometer yang digantung dengan statip untuk
mengetahui suhu air dalam beaker).
d. Masukkan 10 tabung (b.) ke dalam beaker glass (c.) bersamaan. Waktu
pemanasan mulai dihitung dengan stopwatch setelah 2 menit.
e. Setiap 10 menit ambil 2 tabung dan dinginkan dalam air es (2 menit)
kemudian dilakukan penetapan kadar asetosal dengan titrasi.
f. Dua tabung yang tidak dipanaskan dilakukan titrasi juga, sebagai kontrol.
g. Titrasi : pindahkan 10 ml larutan pada tabung yang telah didinginkan ke
dalam erlenmeyer, tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein. Titrasi dengan
natrium hidroksida 0,1 N. Titik Akhir Titrasi (TAT) dicapai dengan
indikator perubahan warna tepat menjadi merah muda sekali (MMS). Catat
volume titrasi setiap tabung.

Kadar
Pemanasan Rata-rata
No. A (ml) B (ml) Asetosal
(Menit) (ml)
(mg)
1. 0
2. 10
3. 20
4. 30
5. 40
6. 50
7. 60
Ket. : 1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 18,02 mg Asetosal (C 9H8O4)

1. Tentukan Tetapan Kecepatan Reaksi Mengikuti reaksi Orde nol dan Orde
Satu
2. Tentukan Waktu Paruh (t ½)
3. Tentukan Waktu Kadaluarsa bila dianggap batas kadaluarsa 90% kadar
semula
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 27
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

DAFTAR PUSTAKA

Ansel H.C.,(1989),”Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi”, Terjemahan Faridah Ibrahim,


Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, edisi III, Depkes RI, Jakarta.

Ditjen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depkes RI, Jakarta.

Jenkins, G.L., (1957), “Scoville’s ; The Art Of Compounding’, Ninth Edition, McGraw-
Hill Book Company,Inc., New York, Toronto.

Lachman, L., dkk., (1994), ”Teori dan Praktek Farmasi Industri II”, Edisi III,
diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta.

Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke., (1988), “Analisis Farmasi”, UGM-Press,


Yogyakarta.

Sinko, P.J. (2012), Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin, Edisi ke 5.
diterjemahkan oleh Joshita Djajadisastra, EGC, Jakarta.

Voigt, R., (1994), “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi”, Edisi V, UGM-Press,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai