Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

“KEPATUHAN MINUM OBAT”

DISUSUN OLEH:
Kelompok 43 T & 43 U :

 Mohamad Rafli (20190420025)


 Ni Luh Putu Septia Pratiwi Ariska (20190420143)
 Ni Made Indah Prasatiya Ningsih (20190420144)
 Nindy Prawitasari (20190420145)
 Nining Putri Lindiasari (20190420146)
 Novany Tiara Sandy (20190420147)
 Noviati Prayangsari (20190420148)
 Ngurah Bagus Raditya Sri Damar (20190420026)
 Nurfadini (20190420149)
 Nurrochmah Ihayani Istiqomah (20190420150)
 Paulus Erick Djuanda (20190420151)
 Puteri Nabila Laudita Zaynul (20190420152)
 Putri Aisyah Achmad A (20190420153)
 Putri Diana Mauliyah Ulfa (20190420154)
 Andre Fernando Gunadi (20170420011)

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN


UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
BEKERJA SAMA DENGAN
UNIT PKRS RUMKITAL Dr. RAMELAN
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) “Kepatuhan Minum Obat” telah dikonsulkan dan
telah dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Jumat / 14 Juni 2019
Tempat : Ruang Rawat Inap Paviliun VI Rumkital Dr. Ramelan
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien

Surabaya, 14 Juni 2019

Pembimbing

Dokter Penanggung Jawab Ka Klinik Poli Psikiatri


Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

dr. Ade Irawati, Sp.KJ dr. I Putu Eka S.,


Sp.KJ
Letkol Laut (L)

Mengetahui

Ka Unit PKRS

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Dra. Mila Abdullah, M.M., Apt

Kolonel Laut (K/W) NRP. 11682/P

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
SATUAN ACARA PENYULUHAN........................................................................................4
I. PENDAHULUAN...........................................................................................................4
II. TUJUAN UMUM...........................................................................................................5
III. TUJUAN KHUSUS........................................................................................................5
IV. MATERI......................................................................................................................5
V. METODE....................................................................................................................5
VI. MEDIA............................................................................................................................5
VII. KEGIATAN PENYULUHAN....................................................................................6
VIII. EVALUASI.................................................................................................................7
IX. PENGORGANISASIAN.............................................................................................8
LAMPIRAN...............................................................................................................................9
MATERI PENYULUHAN........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................2
DAFTAR ABSENSI................................................................................................................17
LEMBAR OBSERVASI..........................................................................................................20
DOKUMENTASI....................................................................................................................22

3
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TOPIK : Kepatuhan Minum Obat
SUBTOPIK : Pentingnya minum obat teratur serta dukungan dari keluarga untuk
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat
HARI/TANGGAL : Jumat / 14 Juni 2019
PUKUL : 10.00-10.30
WAKTU : 30 menit
TEMPAT : Ruang Rawat Inap Paviliun VI Rumkital Dr. Ramelan
PESERTA : Pasien dan Keluarga Pasien

I. PENDAHULUAN
Kepatuhan terhadap pengobatan jangka panjang pada pasien dengan
gangguan jiwa merupakan kunci dalam pengendalian gejala dan menghindari
kekambuhan. Tingkat kepatuhan dalam pengobatan merupakan sebuah fenomena
kompleks yang dinamis dengan berbagai faktor yang berdampak pada perilaku
pasien dalam pengobatan. Pelayanan kesehatan yang tidak menyeluruh,
pemahaman dan kepatuhan pengobatan yang kurang menjadi kendala besar untuk
menemukan solusi yang efektif. Factor – factor penting yang dipertimbangkan
pada pasien, perawat dan penyedia pelayanan kesehatan dapat menjadi kontribusi
dalam kepatuhan penggunaan obat.

Pengoobatan pada pasien dengan gangguan jiwa tergantung pada pengetahuan


pasien ada tidaknya upaya dari diri sendiri atau motivasi dan dukungan untuk
berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi
obat. Dampak jika pasien dengan gangguan jiwa berhenti minum obat adalah
munculnya gejala – gejala yang semakin parah dan dapat menimbulkan
kekambuhan yang akan menyebabkan gangguan tersebut semakin parah.

Dari uraian tersebut di atas untuk itu kami ingin melakukan penyuluhan pada
pasien dengan gangguan jiwa di Pav. VI RSAL Dr. RAMELAN Surabaya.

II. TUJUAN UMUM


Sebagai sarana dan prasarana bagi seluruh pasien dan keluarga untuk memperoleh
informasi dan edukasi mengenai pentingnya kepatuhan minum obat.

4
III. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga diharapkan :
1. Mampu menjelaskan definisi kepatuhan minum obat
2. Mampu menyebutkan manfaat, tujuan dan prinsip pemberian obat
3. Mampu menjelaskan alasan serta akibat ketidakpatuhan minum obat
4. Mampu mengetahui tanda – tanda kekambuhan dan tindakan yang dilakukan
saat terjadinya kekambuhan

IV. MATERI
1. Definisi kepatuhan dan kepatuhan munum obat
2. Jenis – jenis kepatuhan
3. Cara meningkatkan kepatuhan
4. Obat – obatan untuk pasien gangguan jiwa
5. Manfaat dan tujuan pemberian obat
6. Reaksi obat efektif
7. Prinsip 5 benar pemberian obat
8. Penyebab pasien gangguan jiwa tidak mau minum obat
9. Akibat ketidakpatuhan minum obat
10. Alasan pentingnya minum obat
11. Cara atau dukungan keluarga dalam minum obat
12. Tanda – tanda kekambuhan
13. Tindakan yang dilakukkan saat muncul tanda – tanda kekambuhan

V. METODE
Presentasi dan Tanya jawab

VI. MEDIA
Power point dan leaflet

5
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu
1. Pra Persiapan 5 menit
kegiatan
penyuluhan
2. Pembukaan 1. Mengucapkan salam Menjawab salam 5 menit
2. Perkenalan diri
3. Menjelaskan tujuan Memperhatikan dan
penyuluhan memberikan respon yang
4. Kontrak waktu baik
5. Appersepsi
2. Kegiatan A. Memahami dan Memperhatikan 15 menit
Inti menguraikan materi penjelasan penyuluhan
tentang: dengan cermat:
1. Definisi kepatuhan dan 1. Memperhatikan
kepatuhan munum obat dan
2. Jenis – jenis kepatuhan mendengarkan
3. Cara meningkatkan 2. Menanyakan hal
kepatuhan – hal yang belum
4. Obat – obatan untuk jelas
pasien gangguan jiwa 3. Memperhatikan
5. Manfaat dan tujuan jawaban penyuluh
pemberian obat
6. Reaksi obat efektif
7. Prinsip 5 benar pemberian
obat
8. Penyebab pasien
gangguan jiwa tidak mau
minum obat
9. Akibat ketidakpatuhan
minum obat
10. Alasan pentingnya minum
obat
11. Cara atau dukungan
keluarga dalam minum
obat
12. Tanda – tanda
kekambuhan
13. Tindakan yang
dilakukkan saat muncul
tanda – tanda kekambuhan
B. Peserta memberikan
pertanyaan
C. Menjawab pertanyaan

6
yang diberikan
3. Penutup 1. Kesimpulan materi 5 menit
2. Ucapan terima kasih
3. Salam penutup

VIII. EVALUASI
Diberikan setelah acara penyuluhan dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan.

1. Kriteria evaluasi
Evaluasi Struktur
1) Pasien dan keluarga pasien ikut dan hadir dalam kegiatan penyuluhan
kepatuhan minum obat.
2) Kegiatan penyuluhan dilakukan di Paviliun VI RSAL Dr. RAMELAN
Surabaya
3) Pengorganisasian penyuluhan dilakukan pada hari sebelumnya
Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan berakhir
3) Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan

Evaluasi Hasil

1) Prosedur
2) Bentuk : Pertanyaan Terbuka
3) Presentator
Hasil : sasaran mampu menjawab pertanyaan
a. >80% = Berhasil
b. 50-80% = Cukup
c. <50% = Kurang berhasil
2. Evaluasi umum :
Acara penyuluhan berjalan dengan baik dan lancar, peserta kooperatif dan
antusias terhadap penyuluhan mengenai kepatuhan minum obat.

IX. PENGORGANISASIAN
Penyaji :

7
1. Novany Tiara Sandy
2. Ngurah Bagus Raditya Sri Damar

Moderator :

1. Nurrochmah Ihayani Istiqomah

Fasilitator :

1. Nindy Prawitasari

Observer :

1. Shofa Chasani, S.Kep., NS


Peserta :

1. Pasien dan Keluarga Pasien

MATERI PENYULUHAN
1. Definisi kepatuhan dan kepatuhan minum obat

8
Kepatuhan merupakan tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan dokter atau yang lain. Kepatuhan adalah suatu bentuk
perilaku yang timbul akibat adanya interaks antara petugas kesehatan dan pasien
sehingga pasien mengerti rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui
rencana tersebut serta melaksanakannya. (Kemenkes RI, 2011).

Kepatuhan dalam pengobatan menurut Slamet (2007) merupakan tingkat


ketaatan pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yan disarankan oleh
dokter atau orang lain yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan,
baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter.

Kepatuhan terhadap pengobatan adalah sejauh mana upaya dan perilaku


seorang individu menunjukkan kesesuaian dengan peraturan atau anjuran yang
diberikan oleh profesional kesehatan untuk menunjang kesembuhannya. (Ian &
Marcus, 2011).

2. Jenis – jenis kepatuhan


Menurut Cramer (2007), jenis – jenis kepatuhan diantaranya terbagi dua yaitu :
a. Kepatuhan penuh (total Complience) Pada keadaan ini penderita tidak hanya
berobat secara teratur sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga
patuh memakai.
b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non Complience) yaitu penderita
yang putus obat atau tidak menggunakan obat sama sekali.
3. Cara meningkatkan kepatuhan
Menurut Cramer (2007), antara lain :
a. Berikan informasi kepada pasien akan manfaat dan pentingnya pengobatan
b. Berikan keyakinan kepada pasien akan efektifitas obat dalam penyembuhan.
c. Berikan informasi resiko ketidakpatuhan.
d. Adanya dukungan dari pihak keluarga, teman, dan orang-orang sekitarnya
untuk selalu mengingatkan pasien agar teratur minum obat demi keberhasilan
pengobatan.

4. Obat – obatan untuk pasien gangguan jiwa


A. Anti psikotik

9
 Anti psikotik termasuk golongan mayor trasquilizer atau psikotropik :
neuroleptika.
 Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor dopamin dalam otak
(diganglia dan substansia nigra) pada sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal.
 Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktivitas motorik,
mengurangi insomnia, sangat efektif untuk mengatasi : delusi,
halusinasi, ilusi dan gangguan proses berpikir.
 Jenis obat anti psikotik yang sering digunakan : Chlorpromazine
(thorazin) disingkat (CPZ), Halloperidol disingkat Haldol, Serenase.
B. Anti depresi
 Efek farmakologi : Mengurangi gejala depresi, penenang.
 Efek samping : yaitu efek samping kolonergik (efek samping terhadap
system saraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur,
konstipasi, hipotensi orthostatik.
 Jenis obat yang sering digunakan : trisiklik (generik), MAO inhibitor,
amitriptyline (nama dagang).
C. Anti maniak
 Mekanisme kerja : menghambat pelepasan serotonim dan mengurangi
sensitivitas reseptor dopamine, mengurangi hiperaktivitas, tidak
menimbulkan efek sulit tidur, mengontrol pola tidur dan perasaan
mudah tersinggung.
 Efek farmakologi : Mengurangi agresivitas, tidak menimbulkan efek
sedative, mengoreksi/mengontrol pola tidur, iritabel dan adanya flight
of idea.
 Efek samping : Efek neurologik ringan : fatique, lethargi, tremor di
tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi nausea, diare.
 Efek toksik : Pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang
koordinasi, nistagmus dan disorientasi : pada ginjal (meningkatkan
jumlah lithium, sehingga menambah keadaan oedema.

D. Anti cemas

10
Ansxiolytic agent, termasuk minor tranquilizer. Jenis obat antara lain :
diazepam (chlordiazepoxide).
E. Anti insomnia : Phenobarbital
F. Anti panik : Imipramine
5. Manfaat dan tujuan pemberian obat
a. Membantu istirahat
b. Membantu mengendalikan emosi
c. Membantu mengendalikan perilaku
d. Membantu proses pikir (konsentrasi)
e. Membantu pasien untuk istirahat
f. Membantu pasien dalam mengendalikan emosi
g. Membantu pasien untuk proses berfikir
h. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang lain
6. Reaksi obat efektif
a. Emosional stabil
b. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
c. Halusinasim agresi, delusi, menarik diri menurun
d. Perilaku mudah diarahkan
e. Proses berpikir ke arah logika
f. Efek samping obat
g. Tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal
7. Prinsip 5 benar pemberian obat
Yang dimaksud dengan 5 benar itu yaitu : Benar pasien,benar Obat,Benar
dosis,benar cara dan benar waktu.
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan
identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung
kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara
verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental
atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan
langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2. Benar Obat
11
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan
nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa
nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama
generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien,
label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya
perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun
tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual,
parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai yaitu melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti
tablet ISDN.
b. Parenteral, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
d. Rektal, yaitu pemberian obat melalui anus
e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran
nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan
demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya,
12
misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau
dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika
obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat
mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang
harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
8. Penyebab pasien gangguan jiwa tidak mau minum obat
a. Banyaknya obat yang harus dikonsumsi
b. Merasa bosan
c. Takut mengalami efek samping
Sebagai contoh adalah pengalaman partisipan lima macam dalam satu
hari. Kompleksitas pengguna obat (jumlah maupun dosis) merupakan
faktor resiko ketidak patuhan pasien yang mendapatkan 3 jenis medikasi
dalam satu hari atu jika medikasinya harus digunakan lebih dari 4 kali
dalam sehari cenderung tidak patuh terhadap pengobatannya
9. Akibat ketidakpatuhan minum obat
a. Bertambah parahnya penyakit yang diderita
b. Penyakit menjadi kronis dan susah disembuhkan
c. Berkurangnya efektivitas obat yang dikonsumsi
d. Penyakit yang diderita sering kambuh kembali sehingga harus rawat inap
ulang
e. Terjadi overdosis (untuk penggunaan yang berlebihan)
10. Alasan pentingnya minum obat
Banyak orang berharap bisa segera kembali normal dalam beberapa hari
setelah berhenti minum obat. Sama halnya dengan saat mulai minum obat, orang
ingin merasakan hasil yang instan, tetapi ternyata hasilnya baru terasa setelah
beberapa minggu, menghentikan obat terlalu cepat dapat membuat otak seperti
dialiri listrik. Seperti obat antidepresan yang paling umum adalah jenis selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI), yang menurut penjelasan Valuck, memblokir
13
reabsorpsi serotonin kimia otak dan meninggalkannya mengambang bebas.
Berhenti minum obat, maka serotonin akan diserap lagi. Ini dapat mengakibatkan
perubahan suasana hati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika orang
berhenti minum antidepresan, mereka mungkin menghadapi peningkatan risiko
keinginan untuk bunuh diri. Adapun akibat lain ketika pasien tidak patuh minum
obat sebagai berikut :
a. bisa menyebabkan parahnya penyakit
b. penyakit bisa menjadi kronis dan susah disembuhkan
c. terjadinya overdosis (untuk penggunaan yang berlebihan)
d. penyakit yang diderita sering kambuh kembali.
11. Cara / dukungan keluarga dalam minum obat
a. Buat kesepakatan dengan penderitaan (membuat jadwal minum obat).
b. Jelaskan manfaat pengobatan bagi penderita. Serta akibat jika lupa atau
menolak minum obat.
c. Konsultasikan dengan dokter mengenai pilihan obat
d. Modifikasi pemebrian obat seperti diberikan / dimunumkan bersama- sama
saat makan buah
e. Memberikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai keinginan
sendiri untuk minum obat
f. Libatkan anggota keluarga untuk mengawasi penderita minum obat
(memastikan obat bener-bener diminum)
12. Tanda - tanda kekambuhan
a. Ada penawaran minum obat (menolak minum obat)
b. Sulit tidur dan mondar-mandir
c. Malas berbicara dengan orang lain
d. Banyak menyendiri dan melamun
e. Malas melakukan aktifitas harian
f. Malas perawatan diri
g. Malas cemas dan khawatir yang berlebihan
h. Cepat marah dan mudah tersinggun
i. Keluyuran/pergi tanpa tujuan
j. Merusak tanaman dan mengganggu lingkungan
k. Merusak alat-alat rumah tangga
l. Memukul atau melukai orang lain
14
m.Melukai diri sendiri (mencoba bunuh diri)
n. Mengatakan keinginan untuk mati/bunuh diri
o. Mengancam orang lain
p. Teriak-teriak
q. Bicara dan tertawa sendiri
13. Tindakan yang dilakukan saat muncul tanda – tanda kekambuhan
Dalam pemberian obat oleh tenaga medis, ada jangka waktu yang diperkirakan
oleh tenaga medis hingga obat habis. namun jika dalam prosesnya ternyata obat
belum habis dan tanda-tanda kekambuhan muncul, maka keluarga wajib
mengantarkan kembali pasien untuk kontrol sehingga dapat dilihat perkembangan
dan diproses mana obat tersebut tidak efektif.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cramer, JA, 2007. Compliance In Medical Practice and Clinical Trail. New York : Raven
Press

Kemenkes Kesehatan RI, 2011. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2011-2014.
Jakarta

Maramis, Willy F, dan Maramis, Albert A (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya :
Airlangga

Slamet, Suprapti dan Sumarmo Markam. 2007. Pengantar Psikologi Klinis.Jakarta : UI Press

Stuart, G.W, & Sundeen, SJ. 2007. Buku saku keperawawtan jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC

Dharmadi. 2002. Skizoprenia. Diakses pada 12 Agustus 2010 dari


http://www.resep.web.id/kesehatan/mengenal-penyakit-skizofrenia-salah-satu-
gangguan-psikosis-fungsional.html
Siswono. 2003. Dinamika keluarga dengan skizoprenia. Diakses pada 12 Agustus 2010 dari
http://onlineassociate.net/pdf/angka-kejadian-skizofrenia-di-indonesia/
http://nursingbegin.com/prinsip-enam-benar-dalam-pemberian-obat/
Pariwisata. 2006. Skizofrenia. (http://faktor-kekambuhan-skizofrenia.com, Diakses 23
September 2014).

16
DAFTAR ABSENSI

17
18
LEAFLET

19
LEMBAR OBSERVASI
PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Tema : Kepatuhan Minum Obat


Hari/tanggal : Jumat, 14 Juni 2019
Tempat : Ruang Rawat Inap Paviliun VI Rumkital Dr. Ramelan
Persiapan : Proposal, Leaflet LCD dan laptop untuk presentasi, kursi untuk pasien dan
keluarga pasien serta hadiah untuk peserta yang bertanya dan menjawab
pertanyaan
Pelaksanaan :

Organisasi Pemateri:
1. Novany Tiara Sandy
2. Ngurah Bagus Raditya Sri Damar
Moderator:
1. Nurrochmah Ihayani Istiqomah
Fasilitator:
1. NindyPrawitasari
Waktu Mulai : 10.00
Penjelasan: 30 menit
Peserta Jumlah : 7 peserta
Laki – laki : 4
Perempuan : 3
Penyajian Penyampaian : penyajiannya baik, dalam penyampaian
materi, bahasa serta intonasi dan dalam menjawab
pertanyaan yang di presentasikan melalui power point.
Kendala : -
Solusi : -
Diskusi Proses diskusi : berjalan dengan lancar, peserta tampak
aktif dan antusias dalam bertanya dan memperhatikan
apa materi serta jawaban yang disampaikan oleh penyaji.
Kendala : -
Solusi : -

Daftar pertanyaan 1. Apakah pasien boleh bertanya kepada dokter jika


Nama : timbul gejala yang tidak enak setelah mengkonsumsi

20
1. Sigit obat?
2. Tanto 2. Apakah obat – obatan tersebut bisa mengurangi
3. Hermawan gejala sakitnya atau bahkan sembuh ?
3. Apakah ada pasien sembuh tanpa minum obat?
Jawaban 1. Boleh , karena gejala yang timbul setelah minum
Nama : obat merupakan suatu efek samping dari obat
tersebut, tetapi kita telah memberikan juga obat
untuk mengatasi efek samping yang akan timbul dari
obat yang dikonsumsi oleh pasien.
2. Bisa, karena semakin rutin minum obat gejala akan
semakin berkurang dan jika memungkinkan dosis
akan diturunkan sesuai dengan kebutuhan pasien dan
apabila gejala sudah membaik obat tersebut harus
tetap diminum , dan cara penyembuhannya hanya
bias dengan obat.
3. Lebih baik minum obat agar gejala tidak semakin
memburuk dan menghindari terjadinya kekambuhan
penyakit.

Masukan Penyuluhan ini harus tetap dipertahankan, sehingga


dapat membantu memfasilitasi pasien Dalam
pemahaman serta membantu program PKRS dan
bermanfaat untuk pasien dan keluarga.

Surabaya, 14 Juni 2019


Observer

Shofa Chasani, S.Kep., NS

DOKUMENTASI

21
22

Anda mungkin juga menyukai