A. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan
individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang
secara fisik, mental dan mampu mempunyai hubungan sosial yang optimal,
mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dapat memenuhi segala
kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga (Menkes RI, 2002)
Kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis (serasi), memperhatikan
semua segi kehidupan manusia dalam hubungan dengan manusia lain (Menkes
RI, 2002). Data dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SK-RT) yang
dilakukan Badan Litbang Departmen Kesehatan Indonesia pada tahun 1995
menunjukan, diperkirakan terdapat 264 dari 1000anggota rumah tangga
menderita gangguan kesehatan jiwa (Administrator, 2008)
Pasien yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan secara
teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan samapidengan 9
bulan (Depkes RI, 2000). Pasien lalai jika lebih dari 3 hari samapi 2 bulan dari
tanggal perjanjian dan dikatakan drop out juka lebih dari 2 bulan berturut-turut
tidak datang berobat setelah dikunjungi petugas kesehatan (Depkse RI, 2000).
Kepatuhan yang dimaksud pada pasien, yaitu ketaatan dan kemauan yang
baik dari pasien untuk selalu melakukan kontrol yaitu rawat jalan kepelayanan
kesehatan berupa unit rawat jalan poliklinik rumah sakit jiwa setiap bulan
setelah pasien menjalani rawat inap. Kontrol rutin/ perawatan jalan kesehatan
perlu dilakukan oleh pasien agar tdak terjadi putus obat, dan para tenaga
kesehatan jug dapat mengetahui perkembangan kesehatan pasien menurut
Niven (2002), kepatuhan pasien untuk melakukan kontrol terhadap kesehatan
jiwa dipengaruhi oleh individu atau pasien sendiri, dukungan dari keluarga,
dukungan sosial dan juga dukungan dari keluarga, dukungan sosial dan juga
dukungan dari petugas kesehatan.
Dalam penanganan terhadap pasien gangguan jiwa obat bukanlah segala-
galanya namun perlu dilakukan konseling, psikoterapi serta rehabilitasi, disini
peran keluarga sangat diharapkan terhadap penyembuhan pasien gangguan
jiwa.
Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi proteksi yaitu keluarga
memberikan perlindungan dan perawatan baik fisik maupun sosial keada para
anggota keluarganya. Keluarga berperan menciptakan persahabatan kecintaan,
rasa aman hubungan antar pribadi yang bersifat kontinyu yang keseluruhannya
merupakan dasar-dasar bagi perkembangan kepribadian anak. Salah satu
perlindungan yang dilakukan oleh keluarga dalam kehidupan anggota-
anggotanya adalah kesehatan, baik kesehatan jasmani mapun kesehatan rohani.
Peranan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses pengobatan pasien
gangguan jiwa, kondisi ini yang menyebabkan pentingnya peranan keluarga,
karena keluarga merupakan kelompok kecil yang apat berinteraksi dengan
pasien, secara pribadi keluarga merupakan faktor utama alam penyembuhan
pasien.
Dalam upaya pengobatan penyakit jiwa ini, keluarga berperan penting,
karena keluarga mempunyai keterampilan khusus dalam menangani penderita
ganguan jiwa, karena pada penderita penyakit jiwa ini penderita mengalami
suatu kelemahan mental yang mana suatu keadaan terhenti atau tidak
lengkapya perkembangan pikiran yang mencakup gangguan makna
intelegensia dan fungsi sosial (Roan. W.M, 1979 dalam Hamdani, 2005)
Gangguan jiwa adalah kondisi dimana proses fisiologik atau mentalnya
kurang berfungsi dengan baik sehingga mengganggu dalam fungsi sehari-hari.
Gangguan jiwa yang dialami oleh seseorang bisa memiliki bermacam-macam
gejala, baik yang tampak jelas maupun yang hanya terdapat dalam pikirannya.
Mulai dari perilaku menghindar dari lingkungan, tidak mau berhubungan/
berbicara dengan orang lain dan tidak mau makan hingga yang berbicara yang
tidak jelas (Stuart & Sundeen, 2009).
B. TUJUAN
a. Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga dan klien
mampu memahami tentang kepatuhan minum obat.
b. Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat
:
1. Memahami pengertian kepatuhan minum obat
2. Memahami cara meningkatkan kepatuhan minum obat
3. Memahami manfaat obat
4. Memahami reaksi obat
5. Memahami penyebab pasien gangguan jiwa tidak patuh minum
obat
6. Memahami prinsip benar dalam pemberian obat
7. Memahami cara atau tips dukungan keluarga dalam minum obat
C. SASARAN
Sasaran : keluarga klien
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
Keterangan :
Keterangan :
1 : Anggota keluarga
2 : Penyaji
G. SUSUNAN ACARA
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
.
1. 3 Menit Pembukaan:
Membuka kegiatan dengan
Menjawab salam
mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan topik dan tujuan Mendengarkan
Memperhatikan
dari penyuluhan
Menggali pengetahuan tentang Menjawab pertanyaan
kepatuhan minum obat yang diajukan penyaji
2. 20 Menit Pelaksanaan:
Menjelaskan materi tentang :
Memahami pengertian Memperhatikan
kepatuhan minum obat
Memahami cara
meningkatkan kepatuhan
minum obat
Memahami manfaat minum
obat
Memahami reaksi obat
Memahami penyebab pasien
gangguan jiwa tidak patuh
minum obat
Memahami prinsip benar
dalam pemberian obat
Memahami cara atau tips
dukungan keluarga dalam
minum obat
3. 4 menit Evaluasi: Menjawab pertanyaan
Melakukan evaluasi dengan
memberikan pertanyaan.
4. 3 menit Terminasi :
Mengucapkan terimakasih atas Mendengarkan
peran serta peserta.
Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
H. KRITERIA EVALUASI
Tahap Indikator Keberhasilan
benar
keluarga :
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Niven, N. (2013). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan
Profesional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC.
2. Format Referensi Elektronik diakses dari
http;//wartawarga.gunadarma.ac.id tentang pengertian-bentuk-fungsi-
peranan.html tanggal 16 Agustus 2017.
3. Rsud.kebumenkab.go.id/mencegah-memahami-dan-menanggulangi-
gangguan-jiwa/
4. Wardani, ice yulia. 2009. Pengalaman keluarga analisis. Diakses dari
lib.ui.ac.id pada tanggal 17 Agustus 2017.
5. Stuart&Sundeen (1998). Konsep Gangguan Jiwa dalam PPDGJ di
Sumatera Utara diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/20II.pdf. Diakses pada tanggal 17
Agustus 2017
LAMPIRAN MATERI
A. KONSEP KEPATUHAN
1. Definisi Kepatuhan
5. Manfaat Obat
a. Membantu istirahat
b. Membantu mengendalikan emosi
c. Membantu mengendalikan perilaku
d. Membantu proses pikir (konsentrasi)
e. Membantu pasien untuk istirahat
f. Membantu pasien dalam mengendalikan emosi
g. Membantu pasien untuk proses berfikir
h. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan orang lain
a. Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya keluarga/pasien
harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali, yakni:
ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
b. Tepat dosis
Untuk menghidari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan
dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti, obat
cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, atau sendok khusus,
alat untuk membelah tablet, dll. Dengan demikian, menghitung
dosis benar untuk diberikan kepada pasien/ diminum.
c. Tepat pasien
Orang yang akan diberikan hendaknya benar-benar pada pasien yang
diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi
identitas kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor
registrasi, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
d. Tepat jalur pemberian
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek
sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu cara pemberiannya dengan
melihat cara pemberian atau jalur obat pada label yang ada
dikemasan sebelum pemberian kepada pasien.
e. Tepat waktu
Pemberian obat atau meminum obat harus benar-benar sesuai dengan
waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang
dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
b. Jelaskan manfaat pengobatan bagi penderita. Serta akibat jika lupa atau
menolak minum obat.
DAFTAR PUSTAKA
Cramer, JA, 2007. Compliance In Medical Practice and Clinical Trail. New
York : Raven Press
Kemenkes Kesehatan RI, 2011. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2011-2014. Jakarta
Stuart, G.W, & Sundeen, SJ. 2007. Buku saku keperawawtan jiwa Edisi 5.
Jakarta : EGC