Anda di halaman 1dari 2

1.

Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan (Muttaqin, 2008)

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pencegahan tuberkulosis paru

a) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat


dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberculin,
mantoux, klinis, dan radiologis.
b) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok- kelompok
populasi tertentu misalnya : Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai
pengobatan, Penghuni rumah tahanan, dan Siswa-siswi pesantren.

c) Pemeriksaan rontgen thoraks

d) Pemeriksaan CT Scan

e) Pemeriksaan laboratorium (sputum, urine, cairan kumbah lambung, dll)

f) Vaksinasi Bacille Calmetle Guerin (BCG)

g) Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6- 12 bulan


dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit.

b. Pengobatan Tuberkulosis

Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan


obat anti-tuberkulosis (OAT) sesuai dengan kategori penyakit. Kategori
didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam program, untuk itu,
penderita dibagi dalam empat kategori sebagai berikut:

a) Kategori I

Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan
keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan neurologis, dan
penderita dengan sputum negative tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB
saluran kemih, dsb. Dimulai dengan fase 2 HRZS(E) obat diberikan setiap
hari selama 2 bulan. Bila 2 bulan sputum menjadi negative, maka dimulai
fase lanjutan. Bila setelah 2 bulan sputum masih tetap positif, maka fase
intensif diperpanjang 2-4 minggu lagi, kemudian diteruskan dengan fase
lanjutan tanpa melihat apakah sputum sudah negative atau belum. Fase
lanjutan adalah 4 HR atau 4H3R3.

b) Kategori II

Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif. Fase
intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZES. Bila setelah fase intensif sputum
menjadi negative, baru diteruskan ke fase lanjutan bila setelah 3 bulan sputum
masih tetepa positif, maka fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan
HRZE (juga dikenal sebagai obat sisipan). Bila setelah 4 bulan sputum masih
tetap positif, maka pengobatan di hentikan 2-3 hari. Kemudian periksa biakan
dan uji resistensi lalu pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan.

c) Kategori III

Kategori III adalah kasus dengan sputum negative tetapi kelainan parunya
tidak luas dan kasusu TB di luar paru selain yang di sebut di kategori I.
Pengobatan yang diberikan : 2 HRZ/6 HE, 2 HRZ/4 HR, dan 2 HRZ/4 H3R3.

d) Kategori IV

Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena


kemungkinan keberhasilan pengobatan kecil sekali. Untuk Negara kurang
mampu dari segi kesehatan masyarakat, dapat diberikan H saja seumur hidup.
Untuk Negara maju atau pengobatan secara individu (penderita mampu),
dapat dicoba pemberian obat berdasarkan uji resisten atau obat lapis ke 2
seperti Quinolon, Ethioamide, Sikloserin, Amikasin, Kanamisin, dsb.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada


masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai