Oleh :
NIM : 22221072
PENDAHULUAN
2. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Aspani,
2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung.
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung
melalui beberapa mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam,
tirotoksikosis).
3. Manifestasi Klinis
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar saturasi
oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3 atau
“gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
(PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas,
sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan (Purba, 2016).
b. Gagal Jantung Kanan
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena dihepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan (Wijaya & Yessi, 2013).
4. Klasifikasi
Klasifikasi CHF yang digunakan di kancah internasional untuk mengelompokkan
CHF adalah klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA). NYHA
mengkasifikasikan CHF menurut derajat dan beratnya gejala yang timbul (AHA,
2012).
a. NYHA I
Aktivitas fisik tidak mengalami pembatasan. Ketika melakukan aktivitas biasa
tidak menimbulkan gejala lelah, palpitasi, sesak nafas atau angina.
b. NYHA II
Aktivitas fisik sedikit terbatas. Ketika melakukan aktivitas biasa dapat
menimbulkan gejala lelah, palpitasi, sesak nafas atau angina tetapi akan merasa
nyaman ketika istirahat.
c. NYHA III
Ditandai dengan keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan aktivitas. Ketika
melakukan aktivitas yang sangat ringan dapat menimbulkan lelah, palpitasi,
sesak nafas.
d. NYHA IV
Tidak dapat melakukan aktivitas dikarenakan ketidaknyamanaan. Keluhan-
keluhan seperti gejala insufisiensi jantung atau sesak nafas sudah timbul pada
waktu pasien beristirahat. Keluhan akan semakin berat pada aktivitas ringan.
5. Komplikasi
Menurut (Kasron, 2012) komplikasi akut gagal jantung meliputi :
1) Edema paru
2) Gagal ginjal akut
3) Aritmia
Komplikasi kronis meliputi :
1) Intoleransi terhadap aktivitas
2) Gangguan ginjal
3) Kakeksia jantung
4) Kerusakan metabolik dan Tromboembolisme
6. Penatalaksanaan
1. Terapi Oksigen
Pemberian oksigen ditujukkan pada klien gagal jantung disertai dengan edema
paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan
membantu memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Terapi nitrat dan vasodilator
Pengunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, sangat dianjurkan dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded (penurunan
afterload-beban akhir), dengan adanya vasodilatasi perifer.
3. Terapi Diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air
serta diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar menurunkan preload
(beban awal) dan kerja jantung.
4. Digitalis
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Digitalis
diberikan dalam dosis yang sangat besar dan dengan cepat diulang. Klien
dengan gagal jantung lebih berat mungkin mendapat keuntugan dengan terapi
digitalis jangka panjang. Mempertahankan kadar obat serum 1,54 sampai 2,56
nmol/liter.
5. Inotropik positif
Dopamin bisa juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada keadaan
bradikardi di saat tropin tidak menghasilkan kerja yang efektif pada dosis 5-20
mg/kg/menit. Dopamin sering kali diberikan dalam bentuk campuran dengan
konsentrasi 400-800 mg dalam 250 mi dekstrosa 5% dalam air dan diberikan
secara IV melalui pompa infus volumetrik untuk mendapatkan dosis yang
akurat.
6. Terapi Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedative untuk mengurangi
kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 mg empat kali sehari
dengan tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.
7. Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan
otot jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola
makan klien dan pembatasan natrium (Brunner and Suddarth, 2013
kontraktilitas
Gagal jantung
i. Abdomen
Adanya hepatomegali
Adanya splenomegali
Adanya asites
j. Eliminasi
Penurunan frekuensi kemih
Urin berwarna gelap
Nokturia (berkemih pada malam hari)
Diare/ konstipasi.
k. Ekstremitas
Terdapat edema dan CRT kembali > 2 detik
Adanya edema
Sianosis perifer (Smeltzer & Bare, 2013)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien CHF menurut Kasron (2012)
diantaranya :
1) Elektrokardiografi (EKG)
Kelainan EKG yang ditemukan pada pasien CHF adalah:
Sinus takikardi dan bradikardi
Atrial takikardia / futer / fibrilasi
Aritmia ventrikel
Iskemia / infark
Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen
Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan
stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi
Blok atrioventikular
Mikrovoltase
Left bunddle branch block (LBBB) kelainan segmen ST/T
menunjukkan disfungsi ventrikel kiri kronis
Deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi
kanan menunjukkan disfungsi ventrikel kanan
2) Ekokardiografi Gambaran yang paling sering ditemukan pada CHF
akibat penyakit jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, dan beberapa
kelainan katup jantung adalah dilatasi ventrikel kiri yang disertai
hipokinesis seluruh dinding ventrikel.
3) Rontgen Toraks
4) Pemeriksaan Laboratrium
Enzym hepar : meningkat dalam gagal jantung/ kongesti.
Elektrolit : kemungkinan berubah karena perpindahan cairan,
penurunan fungsi ginjal.
Oksimetri nadi : kemungkinan saturasi oksigen rendah.
AGD : Gagal jantung ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan COP2
Albumin : kemungkinan besar dapat menurun sebagai akibat
penurunan protein.
b. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau kerentanan respon dari seorang individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas (Herdman, 2015).
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan volume paru
3) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan jantung
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
c. Intervensi Keperawatan
1. Meningkat
2. Cukup meningkat
3. Sedang
4. Cukup menurun
5. Menurun
3. Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Tingkat nyeri NIC : Pemberian Analgesik
iskemia jaringan jantung ditandai Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dengan : selama …x 24 jam, diharapakan nyeri dapat 1. Identifikasi
- Bukti nyeri dengan teratasi. karakteristik nyeri (pencetus, pereda,
menggunakan standar periksa Indikator Awal Tujuan kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
nyeri unruk pasien yang tidak Keluhan nyeri 1 5 durasi)
Meringis 1 5
dapat mengungkapkannya Gelisah 2 5 2. Identifikasi riwayat
- Diaforesis Kesulitan tidur 3 5 alergi
Uterus teraba 3 5
- Dilatasi pupil 3. Identifikasi
membulat
- Ekspresi wajah nyeri Ketegangan otot 2 5 kesesuaian jenis analgesik
- Keluhan tentang karakteristik 4. Monitor tanda-tanda
nyeri dengan standar instrument vital sebelum dan sesudah pemberian
nyeri analgesik
- Laporan dengan perilaku nyeri Indikator : 5. Kolaborasi
- Mengekspresikan perilaku 1. Meningkat pemberian dosis dan jenis analgesik,
(missal: gelisah, merengek, 2. Cukup meningkat sesuai indikasi
menangis) 3. Sedang
4. Cukup meningkat
- Perilaku distraksi 5. Menurun NIC : Manajemen Nyeri
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis (terapi
music, aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
5. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan NOC : Toleransi Aktivitas NIC : Manajemen Energi
dengan ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan tindakan keperawatan
suplai dan kebutuhan oksigen selama …x 24 jam, diharapakan Intoleransi 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
ditandai dengan : aktivitas dapat teratasi
2. Monitor pola dan jam tidur
- Dispnea setelah beraktivitas 3. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
- Keletihan Indikator Awal Tujuan
kunjungan)
- Ketidaknyamanan setelah Kemudahan 1 5 4. Berikan distraksi yang menyenangkan
dalam melakukan 5. Anjurkan tirah baring
beraktivitas
6. Anjurkan melakukan aktivitas secara
- Perubahan elektrokardiogram aktivitas sehari- bertahap
hari
(EKG), misalnya aritmia, Jarak berjalan 2 5
abnormalitas konduksi, iskemia. Kekuatan tubuh 2 5
Indikator :
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat