Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN


JIWA DIRUANG SADEWA
RSUD BANYUMAS

DISUSUN OLEH:

1. JOKO TRI PAMUNGKAS 180104061


2. KRISTIANTO 180104063
3. LILIS TRI WARDHIJANI 180104066
4. NANIK WIYATI 180104073
5. AMIN SUSANTO 180104008
6. MUTIAH KHMOSATUN 180104072
7. YUMIARTI 180104114

PRAKTEK STASE KEPERAWATN KESEHATAN JIWA


PRAOGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
DIRUANG SADEWA RSUD BANYUMAS

Pokok Bahasan : Minum obat


Sub Pokok Bahasan : Patuh Minum Obat
Sasaran : Klien Gangguan Jiwa
Tempat : Ruang Sadewa RSUD Banyumas
Waktu : 30 Menit
Hari/Tanggal : Selasa/ 09 April 2019

1. Latar Belakang
Menurut Dharmadi (2002) mengemukakan bahwa, skizofrenia merupakan
penyakit gangguan jiwa terberat yang dialami manusia, bahkan bisa dinilai lebih
buruk dibanding penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV), bukan
karena tidak bisa diobati, tetapi penyembuhannya yang membutuhkan waktu
yang lama. Sedangkan menurut Siswono (2003) mengemukakan bahwa, Sekitar
1% sampai 2% dari seluruh penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada
suatu waktu dalam hidupnya. Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan
skizofrenia, antara lain penderita tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter
secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter,
kurangnya dukungan dari keluarga danmasyarakat, serta adanya masalah
kehidupan yang berat yang membuat stress, sehingga penderita kambuh dan
perlu dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu pengawasan minum obat oleh
keluarga dengan gangguan jiwa sangat penting demi kesembuhan pasien
gangguan jiwa.
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan tentang penyuluhan kesehatan jiwa selama 15
menit diharapkan keluarga mampu memahami tentang pemberian obat.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 20 menit diharapkan
keluarga klien mampu :
1) Menyebutkan manfaat obat
2) Menyebutkan 5 benar pemberian obat.
3) Menyebutkan akibat Jika Putus Obat

3. Kegiatan Pembelajaran

No Tahap Kegiatan Media


1 Pembukaan (5 menit)  Mengucapkan  Menjawab
salam salam
 Memperkenalkan  Mendengarkan
diri
 Menjelaskan
maksud dan
tujuan
 Apersepsi
dengan cara
menggali
pengetahuan
yang dimiliki
peserta
kepatuhan
minum obat
2 Pembukaan (20 menit)  Menjelaskan  Leaflet
materi tentang  Lembar balik
kepatuhan  Menjawab
minum obat (
manfaat, 5 benar
pemberian obat,
akibat putus
obat)
 Tanya jawab
3 Penutup (5 menit)  Mengevaluasi  Menjawab
peserta tentang salam
materi yang telah
diberikan
 Menutup dengan
salam
4. Materi
Terlampir
5. Media Dan Alat
a. Leaflet
b. Lembar balik
6. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab.
7. Evaluasi
a. Standart Persiapan
- Menyiapkan materi penyuluhan
- Menyiapkan materi penyuluhan, leaflet.
b. Evaluasi Hasil
- Peserta mampu mengetahui tentang manfaat patuh minum obat
- Peserta mampu mengetahui 5B pemberian obat.
- Peserta mampu mengetahui tentang akibat putus obat.
LAMPIRAN MATERI

PMO atau Pengawas Minum Obat Adalah orang yang ditunjuk untuk mengawasi
dan mengingatkan pasien untuk minum obat untuk menjamin seorang
menyelesaikan pengobatan. PMO sebaiknya adalah seseorang yang dekat dan
dipercaya oleh klien sehingga klien akan menuruti ketika minum obat.
A. Manfaat Obat
1. Membantu istirahat
2. Membantu mengendalikan emosi
3. Membantu mengendalikan perilaku
4. Membantu proses pikir (konsentrasi)
B. Prinsip Lima Benar Pemberian Obat
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas
ditempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non
verbaldapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari
caraidentifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya.
Bayiharus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya
atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol
atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan
obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yangdiminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya
tidak terbaca, isinyatidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian
farmasi.Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi.
Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini
membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki
dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat
kerjayang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,
topikal,rektal, inhalasi.
1) Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak
dipakai,karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga
diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet
ISDN.
2) Parenteral kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,
enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
3) Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
4) Rektal obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp).
Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan
pemberian obatdalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
5) Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas
memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat
harusdiminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan,
harus diberisatu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang
tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian
besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah
makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya
asam mefenamat.
C. Tanda-tanda Kekambuhan
1. Ada penawaran minum obat (menolak minum obat)
2. Sulit tidur dan mondar-mandir
3. Malas berbicara dengan orang lain
4. Banyak menyendiri dan melamun
5. Malas melakukan aktifitas harian
6. Malas perawatan diri
7. Malas cemas dan khawatir yang berlebihan
8. Cepat marah dan mudah tersinggung
9. Keluyuran/pergi tanpa tujuan
10. Merusak tanaman dan mengganggu lingkungan
11. Merusak alat-alat rumah tangga
12. Memukul atau melukai orang lain
13. Melukai diri sendiri (mencoba bunuh diri)
14. Mengatakan keinginan untuk mati/bunuh diri
15. Mengancam orang lain
16. Teriak-teriak
17. Bicara dan tertawa sendiri
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan , Harold I. (2010). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta Widya Medika.
Keliat, B.A. Diktat Kuliah FK. UI : Terapi Aktifitas Kelompok, Jakarta
1994.
Keliat, Budi A. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: EGC
http://www.docstoc.com/docs/35697079/KTI-Isolasi-Sosial
http://andreyrsj.blogspot.com/2010/06/asuhan-keperawatan-askep-isolasi-
sosial.html
http://nursingbegin.com/prinsip-enam-benar-dalam-pemberian-obat/

Anda mungkin juga menyukai