Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN


TENTANG KEJANG DEMAM DI RUANG BOUGENVILLE RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
dr. HARYOTO LUMAJANG

OLEH:
Kelompok 4
Iqbal Luthfi Nauri, S.Kep NIM 182311101028
Mahda Febriyanti Eka Pertiwi Putri, S.Kep NIM 182311101035
Nishrina Dini Kurniawati, S.Kep. NIM 182311101059
Della Annisa Widayu Putri, S.Kep. NIM 182311101060
Fauziyah, S.Kep NIM 182311101076
Rischa Isrotul Nur Afida, S.Kep. NIM 182311101083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JANUARI, 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Tentang Kejang Demam di


Ruang Bougenville Rumah Sakit Umum Daerah dr. Haryoto Lumajang telah
disetujui dan disahkan pada :
Hari, Tanggal :
Tempat :

Lumajang, Januari 2019

Mahasiswa:
Kelompok 4 RSUD dr. Haryoto Lumajang
Iqbal Luthfi Nauri, S.Kep NIM 182311101028
Mahda Febriyanti Eka Pertiwi Putri, S.Kep NIM 182311101035
Nishrina Dini Kurniawati, S.Kep. NIM 182311101059
Della Annisa Widayu Putri, S.Kep. NIM 182311101060
Fauziyah, S.Kep NIM 182311101076
Rischa Isrotul Nur Afida, S.Kep. NIM 182311101083

Ketua Kelompok 4
RSUD dr. Haryoto Lumajang

Iqbal Luthfi Nauri, S.Kep


NIM 182311101028

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang Bougenville
Universitas Jember RSUD dr. Haryoto Lumajang

Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes. Ns. Rif'ah Puspitasari, S.Kep


NIP. 19780323 200501 2 002 NIP 19841026 200903 2 006
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik/materi : Kejang demam


Sasaran : Keluarga pasien
Waktu : 09.00 – 09.30
Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Januari 2019
Tempat : Ruang Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang
1. Tujuan Umum
Keluarga pasien dapat mengerti apa itu Kejang demam pada anak
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan mengenai Kejang demam selama 30
menit, diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat memahami tentang penyakit
kejang demam yang meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta
pengobatan.
3. Kompetensi Dasar
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian kejang demam
2. Menyebutkan penyebab kejang demam
3. Menyebutkan tanda dan gejala kejang demam
4. Menyebutkan klasifikasi kejang demam
5. Menjelaskan penatalaksanaan kejang demam
6. Menyebutkan dampak (komplikasi) dari kejang demam
7. Menjelaskan pencegahan dari kejang demam
4. Pokok Bahasan
Kejang demam
5. Subpokok Bahasan
1. Pengertian kejang demam
2. Penyebab kejang demam
3. Tanda dan gejala kejang demam
4. Klasifikasi kejang demam
5. Penatalaksanaan kejang demam
6. Dampak kejang demam
7. Pencegahan kejang demam
6. Waktu
1x 30 menit
7. Bahan/Alat yang Diperlukan
Leaflet
8. Model Pembelajaran
a. Jenis model pembelajaran : Diskusi dan ceramah
b. Landasan teori : Kontruktivisme
c. Langkah pokok :
1) Menciptakan suasana orientasi yang baik
2) Mengajukan pertanyaan
3) Mengidentifikasi pilihan tindakan
4) Memberi kesimpulan akhir

9. Persiapan
Pemateri mempersiapkan materi, bahan dan tempat untuk kegiatan pendidikan
kesehatan
10. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab :1.)Della Annisa Widayu Putri, S.Kep.
2.) Nilam Ganung Permata P, S.Kep
2) Moderator : Nishrina Dini Kurniawati, S.Kep
3) Penyaji :1.)Mahda Febriyanti Eka Pertiwi
Putri, S.Kep.
2.) Ayunda.....
4) Fasilitator : 1) Rischa Isrotul Nur Afida, S.Kep
2) Fauziyah, S.Kep.
3) Annisa Clara.....
4) Iqbal Luthfi Nauri, S.Kep
11. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan peserta
Pendahuluan 1. Salam pembuka Memperhatikan 3 Menit
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan umum dan
tujuan khusus
Penyajian 1. Pengertian kejang demam 1. Keluarga pasien 24 menit
2. Penyebab kejang demam memperhatikan penjelasan
3. Tanda dan gejala kejang tentang pengertian,
demam penyebab, tanda dan gejala,
4. Klasifikasi kejang demam serta penatalaksanaan
5. Penatalaksanaan kejang kejang demam
demam 2. Keluarga menanyakan
6. Dampak kejang demam tentang hal-hal yang belum
7. Pencegahan kejang demam jelas

Penutup 1. Menyimpulkan materi yang Memperhatikan dan


telah diberikan menanggapi
2. Mengevaluasi hasil pendidikan
kesehatan
3. Memberikan reiforcement
4. Salam penutup
12. Lampiran
1) Berita acara
2) Daftar hadir
3) Materi
4) Leaflet
Lampiran 1. Berita Acara

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS (PSP2N)
T.A 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, Sabtu, 05 Januari 2019 pukul 09.00 – 09.30 bertempat di Ruang
Bougenville RSUD dr. Haryoto Lumajang telah dilaksanakan Kegiatan
Pendidikan Kesehatan tentang Kejang Demam oleh Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember. Kegiatan ini
diikuti oleh orang

NO. NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
11. 11.
12. 12.
13. 13.
14. 14.
15. 15.
Lumajang, Januari 2019

Mahasiswa Kelompok 4 RSUD dr. Haryoto Lumajang


1. Iqbal Luthfi Nauri, S.Kep. 182311101007
2. Mahda Febriyanti E.P.P, S.Kep. 182311101035
3. Nishrina Dini K., S.Kep. 182311101059
4. Della Annisa Widayu P., S.Kep 182311101060
5. Fauziyah, S.Kep. 182311101076
6. Rischa Isrotul Nur A., S.Kep. 182311101083
Penyuluh
Ketua Kelompok 4
RSUD dr. Haryoto Lumajang

Iqbal Luthfi Nauri, S.Kep


NIM 182311101028
Pembimbing Klinik
Ruang Bougenville
RSUD dr. Haryoto Lumajang

Ns. Rif'ah Puspitasari, S.Kep


Mengetahui NIP 19841026 200903 2 006
Pembimbing Akademik
Fakultas Keperawatan
Universitas Jember

Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes.


NIP. 19780323 200501 2 002
Lampiran 3. Materi
KEJANG DEMAM

1. Pengertian
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38 C) terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun
(Riyadi dan Sukarmin, 2009). Kejang demam / Step adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38 C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium ( = di luar rongga tengkorak). Kejang tersebut
biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi ( demam ). Demamnya sendiri dapat
disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah infeksi. Demam
yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi terjadinya kejang
demam.Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Menurut Consensus Statement on Febrile
Seizures, kejang demam adalah bangkitan kejang pada bayi dan anak, biasanya
terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi
tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang
pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak
termasuk dalam kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi
yaitu yang ditandai dengan kejang berulang tanpa demam.
Pada saat mengalami kejang, anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat,
kemudian kaku, dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa
waktu, nafas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya.
Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Serangan kejang pada penderita
kejang demam dapat terjadi satu, dua, tiga kali atau lebih selama satu episode
demam. Jadi, satu episode kejang demam dapat terdiri dari satu, dua, tiga atau
lebih serangan kejang (Price S.A 2000).

2. Penyebab
Demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam pada anak.
Demam sering disebabkan oleh berbagai penyakit infeksi seperti infeksi saluran
pernafasan akut, otitis media akut, gastroenteritis, bronkitis, infeksi saluran kemih,
dan lain-lain. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Kejang tidak
selalu timbul pada suhu yang paling tinggi. Pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, serangan kejang telah terjadi pada suhu 38°C bahkan kurang,
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi, serangan kejang baru terjadi
pada suhu 40°C bahkan lebih.
Beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kejang demam menurut
Lumban Tobing (2005) :
1. Demam itu sendiri, yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu
timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui
atau enselofati toksik sepintas.
Kejang bisa terjadi pada bayi yang baru lahir dan pada anak-anak. Pada
bayi yang baru lahir, kejang bisa terjadi karena cedera saat persalinan, kekurangan
oksigen, dan bayi kuning. Sedang pada anak-anak, kejang bisa terjadi karena
infeksi otak, trauma kepala, kekurangan cairan karena diare atau muntaber,
epilepsi atau ayan serta febris konvulsi atau kejang demam.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala anak yang mengalami kejang demam adalah sebagai berikut :
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang-kadang nafas dapat
berhenti beberapa saat.
3. Tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang ,
disusul gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik ke
atas.
5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.
7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
(Djamaludin, 2010).

4. Klasifikasi
Kejang demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) Adapun ciri-ciri kejang
demam sederhana antara lain :
a. Berlangsung singkat (< 15 menit)
b. Menunjukkan tanda-tanda kejang tonik dan atau klonik. Kejang tonik yaitu
serangan berupa kejang/kaku seluruh tubuh. Kejang klonik yaitu gerakan
menyentak tiba-tiba pada sebagian anggota tubuh.
c. Kejang hanya terjadi sekali / tidak berulang dalam 24 jam.

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) Adapun ciri-ciri kejang


demam kompleks antara lain :
a. Berlangsung lama (> 15 menit).
b. Menunjukkan tanda-tanda kejang fokal yaitu kejang yang hanya melibatkan
salah satu bagian tubuh.
c. Kejang berulang/multipel atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

5. Penatalaksanaan
1.Penatalaksana Medis
Menurut Livingston (2001) penatalaksanaan medis adalah:
a) Menghentikan kejang secepat mungkin Diberikan antikonvulsan secara
intravena jika klien masih kejang.
b) Pemberian oksigen
c) Penghisapan lendir kalau perlu
d) Mencari dan mengobati penyebab Pengobatan rumah profilaksis intermitten.
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipiretika.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Semua pakaian ketat dibuka
b) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
c) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
d) Monitor suhu tubuh, Cara paling akurat adalah dengan suhu rektal
e) Obat untuk penurun panas, pengobatan ini dapat mengurangi ketidaknyamanan
anak dan menurunkan suhu 1 sampai 1,5 ºC.
f) Berikan Kompres Hangat Mengompres dilakukan dengan handuk atau
washcloth (washlap atau lap khusus badan) yang dibasahi dengan dibasahi air
hangat (30ºC) kemudian dilapkan seluruh badan. Penurunan suhu tubuh terjadi
saat air menguap dari permukaan kulit. Oleh karena itu, anak jangan
“dibungkus” dengan lap atau handuk basah atau didiamkan dalam air karena
penguapan akan terhambat. Tambah kehangatan airnya bila demamnya
semakin tinggi. Sebenarmya mengompres kurang efektif dibandingkan obat
penurun demam. Karena itu sebaiknya digabungkan dengan pemberian obat
penurun demam, kecuali anak alergi terhadap obat tersebut.
g) Menaikkan Asupan Cairan Anak Anak dengan demam dapat merasa tidak lapar
dan sebaiknya tidak memaksa anak untuk makan. Akan tetapi cairan seperti
susu (ASI atau atau susu formula) dan air harus tetap diberikan atau bahkan
lebih sering. Anak yang lebih tua dapat diberikan sup atau buah-buahan yang
banyak mengandung air.
h) Istirahatkan Anak Saat Demam Demam menyebabkan anak lemah dan tidak
nyaman. Orang tua sebaiknya mendorong anaknya untuk cukup istirahat.
Sebaiknya tidak memaksa anak untuk tidur atau istirahat atau tidur bila anak
sudah merasa baikan dan anak dapat kembali ke sekolah atau aktivitas lainnya
ketika suhu sudah normal dalam 24 jam.(Nita,2004)

6. Komplikasi
Dampak kejang bisa mengakibatkan cacat fisik, cacat mental, gangguan
perilaku, gangguan belajar, epilepsi, bahkan meninggal. Beberapa penyakit yang
bisa timbul akibat kejang adalah cerebral palsy atau lumpuh otak, development
delay (lambat pertumbuhan) yang meliputi motoric delay (lambat motorik atau
gerak), speech delay (lamban bicara) dan cognitive delay (lamban kognitif),
terjadi kelumpuhan, epilepsi, kelainan perilaku hingga keterlambatan mental.

Gangguan-gangguan yang dapat terjadi akibat dari kejang demam anak


antara lain :
1. Kejang Demam Berulang.
Kejang demam berulang adalah kejang demam yang timbul pada lebih dari
satu episode demam. Beberapa hal yang merupakan faktor risiko berulangnya
kejang demam yaitu :
a. Usia anak < 15 bulan pada saat kejang demam pertama
b. Riwayat kejang demam dalam keluarga
c. Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam
d. Riwayat demam yang sering e. Kejang demam pertama merupakan kejang
demam kompleks.
2. Kerusakan Neuron Otak.
Kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai dengan
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot akhirnya
menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat karena metabolisme
anaerobik, hipotensi arterial, denyut jantung yang tak teratur, serta suhu tubuh
yang makin meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas otot sehingga
meningkatkan metabolisme otak. Proses di atas merupakan faktor penyebab
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsung kejang lama. Faktor
terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang
mengakibatkan kerusakan neuron otak.
3. Retardasi Mental, terjadi akibat kerusakan otak yang parah dan tidak
mendapatkan pengobatan yang adekuat.
4. Epilepsi, terjadi karena kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama. Ada 3 faktor risiko yang
menyebabkan kejang demam menjadi epilepsi dikemudian hari, yaitu : a. Riwayat
epilepsi pada orangtua atau saudara kandung. b. Kelainan neurologis atau
perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama. c. Kejang demam
pertama merupakan kejang demam kompleks. Menurut American National
Collaborative Perinatal Project, 1,6% dari semua anak yang menderita kejang
demam akan berkembang menjadi epilepsi, 10% dari semua anak yang menderita
kejang demam yang mempunyai dua atau tiga faktor risiko di atas akan
berkembang menjadi epilepsi.
5. Hemiparesis, yaitu kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai serta
wajah pada salah satu sisi tubuh. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami
kejang lama (kejang demam kompleks). Mula-mula kelumpuhan bersifat flaksid,
setelah 2 minggu timbul spasitas.

7. Pencegahan
Pencegahan Kejang Demam
1. Pencegahan Primordial
Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap kasus
kejang demam pada seorang anak dimana belum tampak adanya faktor
yang menjadi risiko kejang demam. Upaya primordial dapat berupa:
a. Upaya untuk meningkatkan status gizi anak, dengan cara memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Jika status gizi anak baik maka akan meningkatkan
daya tahan tubuhnya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit
infeksi yang memicu terjadinya demam. b. Menjaga sanitasi dan
kebersihan lingkungan. Jika lingkungan bersih dan sehat akan sulit bagi
agent penyakit untuk berkembang biak sehingga anak dapat terhindar dari
berbagai penyakit infeksi.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang anak
mengalami kejang demam. Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok
yang mempunyai faktor risiko. Dengan adanya pencegahan ini diharapkan
keluarga/orang terdekat dengan anak dapat mencegah terjadinya serangan
kejang demam. Upaya pencegahan ini dilakukan ketika anak mengalami
demam. Demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang demam.
Jika anak mengalami demam segera kompres anak dengan air hangat dan
berikan antipiretik untuk menurunkan demamnya meskipun tidak
ditemukan bukti bahwa pemberian antipiretik dapat mengurangi risiko
terjadinya kejang demam.
2. Pencegahan Sekunder
Yaitu upaya pencegahan yang dilakukan ketika anak sudah mengalami
kejang demam. Adapun tata laksana dalam penanganan kejang demam
pada anak meliputi :
a. Pengobatan Fase Akut Anak yang sedang mengalami kejang, prioritas
utama adalah menjaga agar jalan nafas tetap terbuka. Pakaian
dilonggarkan, posisi anak dimiringkan untuk mencegah aspirasi. Sebagian
besar kasus kejang berhenti sendiri, tetapi dapat juga berlangsung terus
atau berulang. Pengisapan lendir dan pemberian oksigen harus dilakukan
teratur, bila perlu dilakukan intubasi. Keadaan dan kebutuhan cairan,
kalori dan elektrolit harus diperhatikan. Suhu tubuh dapat diturunkan
dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik. Pemberantasan
kejang dilakukan dengan cara memberikan obat antikejang kepada
penderita. Obat yang diberikan adalah diazepam. Dapat diberikan melalui
intravena maupun rektal.
b. Mencari dan mengobati penyebab
Pada anak, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan akut,
otitis media, bronkitis, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Untuk
mengobati penyakit infeksi tersebut diberikan antibiotik yang adekuat.
Kejang dengan suhu badan yang tinggi juga dapat terjadi karena faktor
lain, seperti meningitis atau ensefalitis. Oleh sebab itu pemeriksaan cairan
serebrospinal (lumbal pungsi) diindikasikan pada anak penderita kejang
demam berusia kurang dari 2 tahun. Pemeriksaan laboratorium lain
dilakukan atas indikasi untuk mencari penyebab, seperti pemeriksaan
darah rutin, kadar gula darah dan elektrolit. Pemeriksaan EEG dilakukan
pada kejang demam kompleks atau anak yang mempunyai risiko untuk
mengalami epilepsi.
c. Pengobatan profilaksis terhadap kejang demam berulang Pencegahan
kejang demam berulang perlu dilakukan karena menakutkan keluarga dan
bila berlangsung terus dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap.
Terdapat 2 cara profilaksis, yaitu:
1. Profilaksis intermitten pada waktu demam Pengobatan profilaksis
intermittent dengan antikonvulsan segera diberikan pada saat penderita
demam (suhu rektal lebih dari 38ºC). Pilihan obat harus dapat cepat masuk
dan bekerja ke otak. Obat yang dapat diberikan berupa diazepam,
klonazepam atau kloralhidrat supositoria.
2. Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari Indikasi
pemberian profilaksis terus menerus adalah:
a. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan atau
gangguan perkembangan neurologis.
b. Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang
tua atau saudara kandung.
c. Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan
neurologis sementara atau menetap. Kejang demam terjadi pada bayi
berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu
episode demam. Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama
1-2 tahun setelah kejang terakhir, kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan. Pemberian profilaksis terus menerus hanya berguna
untuk mencegah berulangnya kejang demam berat, tetapi tidak dapat
mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari. Obat yang dapat diberikan
berupa fenobarbital dan asam valproat.
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya
kecacatan, kematian, serta usaha rehabilitasi. Penderita kejang demam
mempunyai risiko untuk mengalami kematian meskipun kemungkinannya
sangat kecil. Selain itu, jika penderita kejang demam kompleks tidak
segera mendapat penanganan yang tepat dan cepat akan berakibat pada
kerusakan sel saraf (neuron). Oleh karena itu, anak yang menderita kejang
demam perlu mendapat penanganan yang adekuat dari petugas kesehatan
guna mencegah timbulnya kecacatan bahkan kematian.
Lampiran 4. Leaflet
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Perawatan Bayi Dan Anak. Ed 1. Jakarta : Pusat pendidikan
Tenaga Kesehatan.

Djamaludin. 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita (Cetakan I). Jakarta :
Wahyu Media.

Hidayat, Aziz alimun. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :


Salemba.

Irdawati. 2009. Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Berita Ilmu


Keperawatan. (2) : 3.

Lumbantobing, SM.2003.Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak .Jakarta :


FKUI

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC

Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak (Edisi 1).
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sacharin, M Rossa. 2001. Prinsip Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L., et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Volume 2.
Alih bahasa Agus Sunarta, dkk. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai