DI SIDODADI KIJANG
MAKALAH
oleh
Kelompok 8
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BUDAYA PERILAKU KELUARGA BANYAK ANAK
DI SIDODADI KIJANG
MAKALAH
diajukansebagaipemenuhantugasterstruktur Transkultural
oleh
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
Ada sebuah pepatah kuno “Banyak Anak Banyak Rejeki”. Kalau dinalar
dengan logika, justru pengeluaran akan banyak seiring dengan jumlah anak yang
lebih banyak. Namun para tetua selalu percaya bahwa setiap anak itu memiliki
rejekinya masing-masing. Dengan harapan, nantinya semua anaknya akan menjadi
orang sukses, minimal punya pendapatan tetap dan mumpuni. Hidup mandiri,
syukur-syukur bisa membantu meringankan beban orang tua.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
A. Pengkajian
Pendidikan
Faktor Ekonomi
Fenomena yang terjadi saat ini adalah masyarakat begitu menyakini bahwa
kepemilikan anak yang banyak akan berpengaruh pada perekonomian mereka.
Dengan kata lain banyak anak, banyak rezeki. Selain itu alasan tidak memiliki
kendaraan untuk menempuh jarak rumah sakit puskesmas atau praktek bidan juga
menjadi penghambat Keluarga Berencana bagi mereka. Mereka juga menyatakan
anak sudah banyak jadi tidak perlu mengikuti program Keluarga Berencana, biar
saja anak tetap lahir. Dan ada juga yang menyatakan bahwa orang tua mereka
menyarankan untuk memiliki banyak anak tanpa memberikan alasan yang cukup
jelas dikarenakan tradisi turun temurun keluarga. Namun banyak masyarakat yang
menjadikan ekonomi sebagai alasan utama terhadap ketidakikutsertaan mereka
terhadap Keluarga Berencana.
Faktor Teknologi
B.Diagnosa
D.Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau
beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan
yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Dari kasus tersebut masyarakat mampu mengubah presepsi tentang
dampak yang dapat ditimbulkan dari memiliki banyak anak terutama dampaknya
bagi kesehatan.
Maka dari itu, dari permasalahan yang ada kita sebagai perawat harus
memberikan suatu pendekatan dan membantu sebuah keluarga agar mempunyai
rencana yang matang. Perencanaan yang dilakukan mencakup segala
aspek.Kehamilan yang direncanakan akan berimbas kepada pendidikan dan
kesehatan anak. Asupan gizi anak pun bisa dijaga jika selang waktu hamil dan
melahirkan berjarak minimal dua tahun.Orang tua harus mengetahui bahwa jarak
kelahiran kurang dari dua tahun, perhatian dan pengasuhan orang tua terhadap
anak tertua akan berkurang.Hal ini akan mempengaruhi kesehatan psikologis
seorang anak.Memang, sebagai orang tua kasih sayang langsung terbagi pada
anak yang baru lahir. Biasanya mengatur pola makan si kakak, setelah adiknya
lahir rutinitas ini akan sedikit demi sedikit berkurang. Kasih sayang pun demikian,
jika semula menimang-nimang si kakak tiap saat, begitu si adik lahir perhatian ini
perlahan-lahan terkurangi dengan sendirianya. Banyak persoalan muncul sehingga
sebuah keluarga dianjurkan untuk mengikuti program keluarga berencana. Orang
tua tidak hanya memperhatikan tumbuh-kembang seorang anak secara fisik
namun juga batin. Fisik anak bisa saja dilihat perkembangannya secara detail.
Batin anak belum tentu bisa dipahami dengan mudah. Pendidikan yang diberikan
orang tua kepada anaknya tidak membeda-bedakan antara si sulung dengan si
bungsu. Orang tua bersikap tegas pada perilaku semua anak. Orang tua
menenangkan dan mendukung maupun memotivasi anak dalam setiap kegiatan
mereka.
BAB 3. PENUTUP
Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd
Ed,
Philadelphia:JB Lippincot Company.
Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention, 2nd Ed, Missouri :Mosby Year Book Inc.
Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and
Nursing
Diagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia.
Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya, Jakarta:UI Press.
1. Ny dan Tn.Y tinggal di sebuah desa terpencil yang kumuh dengan lima
orang anak. Tn.Y adalah seorang pemulung,sedangkan sang istri adalah
seorang ibu rumah tangga. Keluarga Tn.Y merasa kebutuhan pokok
mereka sehari-hari belum tercukupi,akibatnya kelima anak mereka terlihat
kurus.Setelah dikaji,ternyata Tn dan Ny,Y tidak pernah sekolah dan
mereka sehingga mereka tidak mengetahui apa itu program Keluarga
Berencana.Menurut kasus diatas, faktor Leininger yang berperan adalah..
a. Faktor Agama
b. Pendidikan
c. Falsafah hidup
d. Kebijakan
e. Ekonomi
2. Bapak A adalah warga asli Betawi.Iya merupakan anak ke 4 dari 12
bersaudara.Saat ini Bapak A telah memiliki 9 orang anak. Menurut
keyakinan suku Betawi, semakin banyak anak akan menambah rejeki
mereka. Dari kasus diatas faktor Leininger yang berperan adalah..
a. Pendidikan
b. Faktor Teknologi
c. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga
d. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang berlaku
e. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup
3. Masyarakat suku Tionghoa, dalam hidup berkeluarga mereka memang
diharuskan untuk memiliki banyak anak karena menurut kepercayaan
budaya dan tradisi suku mereka, banyak anak akan membawa kebaikan
dan keberuntungan bagi keluarga mereka. Khususnya keluarga besar suku
Tionghoa.Dari kasus diatas faktor Leininger yang berperan adalah..
a. Falsafah Hidup dan Faktor Agama
b. Pendidikan
c. Teknologi
d. Ekonomi
e. Kebijakan dan peraturan yang berlaku
4. Budaya “banyak anak banyak rejeki” merupakan budaya yang masih
dipertahankan oleh masyarakat Indonesia. Padahal banyak dampak dari
perilaku tersebut.Salah satu dampak negatif dari perilaku tersebut adalah..
a. Asupan gizi cukup
b. Kasih sayang orang tua akan adil diberikan kepada anak-anak mereka
c. Terjadinya gizi buruk
d. Pemerataan tenaga kerja dan lapangan pekerjaan
e. Status ekonomi meningkat
5. Masyarakat begitu menyakini bahwa kepemilikan anak yang banyak akan
berpengaruh pada perekonomian mereka. Selain itu alasan tidak memiliki
kendaraan untuk menempuh jarak rumah sakit puskesmas atau praktek
bidan juga menjadi penghambat Keluarga Berencana bagi mereka. Mereka
juga menyatakan anak sudah banyak jadi tidak perlu mengikuti program
Keluarga Berencana, biar saja anak tetap lahir. Dan ada juga yang
menyatakan bahwa orang tua mereka menyarankan untuk memiliki banyak
anak tanpa memberikan alasan yang cukup jelas dikarenakan tradisi turun
temurun keluarga. Diagnosa yang cocok dengan kasus diatas adalah ...
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem
nilai yang diyakini.
d. Gangguan pengambilan keputusan berhubungan dengan usia
e. Kurangnya pengetahuan tentang KB dikarenakan minimnya
pendidikan
6. Saat ini pemerintah masuk dengan membawa sebuah program yang
mengajak masyarakatnya untuk mengikuti Keluarga Berencana, dengan
tujuan mensejahterakan masyarakat dengan dua anak cukup. Ternyata
masyarakat sebelum itu sudah memiliki pengetahuan yang bertolak
belakang dengan pemerintah. Mereka meyakini bahwa perkataan orang tua
mereka jauh lebih baik jika dibandingkan dengan ajakan pemerintah yaitu
mengenai program Keluarga Berencana. Berdasarkan hal tersebut yang
berperan dalam teori Leininger adalah ...
a. Teknologi
b. Komunikasi antar keluarga yang kurang
c. Gaya hidup
d. Ekonomi
e. Kebijakan yang berlaku
7. Dalam hal intervensi keperawatan transkultural yaitu Cultural care
preservation/maintenance, hal apa yang dapat dilakukan oleh perawat
kepada klien yang memiliki pandangan berbeda dengan kita mengenai
perilaku memiliki anak banyak..
a. Menjudge klien bahwa perilaku yang dilakukan itu sangat salah
dan bertentangan dengan agama
b. Menyuruh klien untuk tetap ada pada pendiriannya mengenai
perilaku tersebut karena hal itu merupakan urusan pribadi
c. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi
dengan klien. Disini perawat dilarang melakukan judge
terhadap perilaku pasien tentang budayanya
d. Menyalahkan klien bahwa budaya yang dianut itu salah dan
berdampak negatif
e. Menyarankan klien untuk mengakomodasi perilaku dari budaya
lain saja
8. Dalam intervensi keperawatan transkultural Cultural care
repartening/reconstruction, hal yang menyatakan bahwa saat perawat
memberikan intervensi diharapkan dibantu oleh keluarga klien adalah...
a. Jangan menjudge klien karena perilaku memiliki anak banyak dan
tidak mau mengikuti KB
b. Menyalahkan klien karena perilakunya itu berdampak negatif
terhadap dirinya dan orangtuanya
c. Gunakan pihak ketiga untuk membantu intervensi
d. Berikan informasi tentang dampak perilaku tersebut terhadap
kesehatan.
e. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
9. Mencari tau penyebab-penyebab dari terjadinya perilaku memiliki anak
banyak adalah salah satu cara untuk membantu orang tua tersebut
melakukan perubahan. Dari pernyataan tersebut, hal apa yang perlu
dilakukan perawat...
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
10. Suku Sunda memiliki keyakinan bahwa semakin banyak anak akan
menambah rejeki mereka. Dari kasus diatas faktor Leininger yang
berperan adalah..
a. Pendidikan
b. Faktor Teknologi
c. Faktor Sosial dan Keterikatan Keluarga
d. Faktor Kebijakan dan Peraturan yang berlaku
e. Faktor Nilai Budaya dan Gaya Hidup